CATATAN KECIL PERINGATAN 9 TAHUN USIA PERNIKAHAN

amril-famscrop.jpg

“Jika kamu sudah yakin, jalanilah. Segera lamar calon pendamping hidupmu itu di Yogya. Jangan kamu tunda-tunda lagi. Insya Allah, kami, orangtuamu akan merestui keinginanmu, nak. Tetapkan niat, jangan ragu-ragu. Soal rezeki, itu semua Allah SWT yang berkehendak. Yang penting kamu tetap berusaha, berdoa dengan ikhlas serta bekerja dengan istiqomah”, demikian suara serak ayah saya terdengar dari ujung telepon sekitar awal Februari 1999.

Saya menggigit bibir. Jantung saya berdebar kencang.

Keputusan untuk menikah sebenarnya sudah lama saya simpan namun masih terbersit keraguan dihati terutama jika mengingat penghasilan yang saya miliki saat itu sebagai staff sebuah perusahaan plastik, sangat tidak memadai untuk hidup berkeluarga. Sedangkan hidup sendiri saja saya masih pas-pasan, bagaimana nanti hidup berdua dengan istri apalagi jika kelak punya anak?, demikian batin saya kerap menjerit.

Kalimat-kalimat yang ayah ungkapkan lewat telepon menjadi spirit yang membuat saya semakin memantapkan hati untuk menikah. Dan demikianlah, di hari yang sama saya menelepon ayah, saya langsung menemui kakek saya (kakak nenek dari pihak ibu) yang tinggal di Perumahan Pelni Cibubur. Disana, Bapu Kuna (sudah almarhum, wafat tahun 2003) sekeluarga menyambut kedatangan saya dengan hangat dan langsung menyanggupi untuk mewakili kedua orang tua saya melamar pacar saya waktu itu–yang kini menjadi ibu dari kedua buah hati saya–di Yogya, seminggu kemudian. Sepulang dari rumah kakek, entah kenapa, hati saya terasa begitu lapang. Saya semakin mantap menempuh hidup berkeluarga.Apalagi saya mendapat sejumlah wejangan berharga dari kakek tentang persiapan menjadi seorang kepala keluarga pasca menikah nanti.

Malam Sabtu seminggu kemudian (lupa tanggal persisnya), saya, Bapu Kuna dan istrinya sudah berada di Stasiun Kereta Gambir. Rencananya kami akan menggunakan kereta Senja jurusan Jakarta-Solo Balapan akan berangkat pukul 19.00 malam dari sana. Saya sengaja mengambil kereta jenis Chousette ber-AC (sekarang kayaknya sudah tidak ada lagi kereta jenis ini) yang menyediakan tempat tidur agar kedua orang tua yang saya bawa untuk melamar calon istri saya tersebut dapat beristirahat dengan baik. Saya sudah mengontak kerabat kami di Yogya, Om Abbas Kaluku (dosen Universitas Negeri Gorontalo yang sedang menempuh pendidikan S-2 di UGM) yang akan menjadi tempat persinggahan kami di Yogya nanti.

Pukul 19.15, kereta kamipun berangkat. Di kompartemen kami tersedia empat tempat tidur bertingkat. Dua dibagian kiri, dua dibagian kanan. Saya menempati tempat paling atas, sementara kakek saya dan istrinya di bagian bawah. Kebetulan saya memang sudah memesan satu kompartemen tersendiri, agar hanya kami bertiga disana dan tak ada orang lain. Saya membayar satu tiket lagi agar kami bisa “menguasai” satu kompartemen. Kami menyantap bekal makanan yang sudah dibawa nenek dari rumah dengan lahap. Setelah bercakap-cakap sebentar dan melalui pemeriksaan tiket, kamipun tidur.

Pukul 05.30 pagi, kereta kami tiba di Yogya. Om Abbas menjemput kami di stasiun dan segera membawa kami ke rumah kontrakannya di dekat kampus UGM. Kami disambut oleh istri dan kedua anak Om Abbas dengan ramah disana. Setelah berisirahat sejenak, “pasukan pelamar” pun bersiap-siap. Saya, Om Abbas, Bapu Kuna dan istri tampil rapi. Istri om Abbas tidak ikut dalam “pasukan” karena menjaga anak-anak di rumah. Pukul 10.00 pagi, dengan menumpang taksi, rombongan meninggalkan rumah kontrakan Om Abbas menuju ke lokasi yang bertempat di Desa Kuncen, Tegal Tirto, Kecamatan Berbah Sleman.

Sepanjang perjalanan perasaan saya tak menentu. Jemari tangan saya berkeringat. Hati deg-degan. “Jangan stress, ente. Mau dapat “enak” kok malah tegang!. Santai aja!,” seloroh Om Abbas seraya menepuk pundak saya yang duduk disebelah sang supir taksi. Bapu Kuna dan istrinya tertawa berderai, sementara sang supir taksi tersenyum penuh arti. Saya tersipu malu. Tapi tetap saja, hati saya diliputi rasa cemas.

Sesampai dirumah calon mertua saya, rombongan pelamar disambut hangat oleh keluarga dan kerabat calon istri saya. Ampun deh, kami yang cuma berempat ini, disambut oleh sekitar 100-an orang. Makin teganglah saya saat itu. “Kamu tunggu diluar aja ya nak. Biar kami yang selesaikan prosesi pelamarannya,” kata Bapu Kuna tegas. Saya mengangguk dan menunggu di teras depan rumah ditemani oleh adik laki-laki calon istri saya.

Sebelum datang ke Yogya, bersama calon istri dan keluarganya di Jakarta, saya sudah mendiskusikan beberapa poin-poin penting yang akan disampaikan kelak saat pelamaran. Agar mudah diingat, saya menyarankan agar waktu pernikahan dilakukan sehari setelah hari Ulang tahun saya, 9 April 1999 yang memang kebetulan jatuh di Hari Minggu. Hasil rembukan itupun sudah saya diskusikan dengan intens bersama Bapu Kuna dan Om Abbas. Jadi hari pelamaran ini adalah tinggal menegaskan saja dan membahas hal-hal yang belum sempat didiskusikan. Calon istri saya yang sudah datang 3 hari sebelumnya, “ngumpet” dikamar, tapi kami sempat “lirik-lirikan”dan ia mengintip saya dari balik jendela. Ah, serasa masih di zaman Siti Nurbaya.

Kurang lebih satu jam kemudian, pertemuan selesai. Kami dijamu makan siang dulu oleh pihak calon mertua saya sebelum pulang. Pada hari itu telah ditetapkan, prosesi akad nikah dan pernikahan saya bersama Sri Lestari akan dilaksanakan Hari Minggu, tanggal 10 April 1999 di aula Gedung Museum Wayang Kekayon Yogyakarta. “Nah, sudah tenang kan’ kamu sekarang. Tinggal siapkan fisik dan mental menghadapi perkawinan tanggal 10 April nanti. Terutama fisik lho ya supaya gak loyo,” ujar Om Abbas dengan nada kocak didalam taksi. Kami tidak langsung pulang ke rumah kontrakan om Abbas, namun mampir sejenak berwisata ke Keraton Yogyakarta dan membeli oleh-oleh di Malioboro. Kami kembali ke Jakarta dengan kereta senja malam harinya.

Dan hari ini, 10 April 2008, 9 tahun sejak prosesi pernikahan kami dilaksanakan, saya dan istri mengenang peristiwa itu dengan senyum mengembang. Tadi malam, tepat pukul 24.30, saya membangunkan istri untuk bersama-sama menunaikan sholat tahajjud, sekaligus memanjatkan rasa syukur tak terhingga bahwa kami telah melewati masa-masa 9 tahun pernikahan dengan penuh rasa suka dan duka. Semoga kami bisa mengayuh biduk pernikahan ini di tahun-tahun berikutnya dengan langgeng hingga menyaksikan anak-anak kami tumbuh besar, menikah dan menganugerahi kami cucu-cucu yang lucu-lucu.

Sambil merangkul pundak istri, di ambang pintu kamar, kami tersenyum bahagia menyaksikan kedua buah hati kami, Rizky dan Alya, tidur dengan pulas dan damai dipembaringan.

Sungguh, setiap kali merayakan ulang tahun perkawinan, saya senantiasa merasa mendapatkan berkah kado ulangtahun paling indah..

SELAMAT ULANG TAHUN PERKAWINAN KE-9, Daeng Battala! 

Related Posts
CATATAN DARI SIMPOSIUM MIGAS NASIONAL 2015 MAKASSAR (1)
allroom Phinisi Hotel Clarion Makassar terlihat ramai dan meriah, Hari Rabu pagi (25/2) saat saya tiba untuk menghadiri perhelatan akbar Simposium Migas Nasional (SNM) yang digelar Komunitas Migas Indonesia (KMI) ...
Posting Terkait
KEBERSAMAAN YANG MENGHARUKAN DALAM BUKBER KOMUNITAS MILIS CIKARANG BARU
emuanya terjadi begitu spontan. Namun menghentak. Adalah Pak Darmawan Syaefullah, yang akrab dipanggil Pak Wawan, melontarkan ide untuk melakukan kopdar, sekalian buka puasa bersama dirangkaikan dengan santunan untuk anak-anak yatim lewat ...
Posting Terkait
MENUJU PESTA BLOGGER DI TAHUN KEEMPAT
Gegap Gempita penyelenggaraan hajatan kopdar blogger terbesar di dunia, Pesta Blogger 2010, sudah mulai terasa di berbagai blog dan jaringan sosial media belakangan ini. Mulai dari  Kicauan di twitter, update ...
Posting Terkait
DENDANG NADA DERING YANG “MENENDANG”
Era teknologi komunikasi di Indonesia beberapa waktu belakangan ini kian memanjakan para pengguna sekaligus pemerhatinya. Satu hal yang menjadi sorotan saya adalah maraknya nada dering dan juga nada dering tunggu ...
Posting Terkait
“DUSUN VIRTUAL” BAGI PENGGIAT KOMPASIANA
Sekitar dua minggu silam, saya berinisiatif membangun portal komunitas penggiat (Penulis, Komentator, dan Pembaca) Kompasiana di www.kompasiana.ning.com yang bertagline "Rumah Sehat untuk Semua". Saya memanfaatkan situs gratisan di www.ning.com untuk ...
Posting Terkait
ABFI 2013 SOLO (2) : REFLEKSI WAJAH BUDAYA ASIA TENGGARA UNTUK KEBERSAMAAN MENUJU KOMUNITAS ASEAN 2015
ajah-wajah penuh antusias dari para blogger terlihat pada Hari Jum'at pagi (10/5) di Ruang Tirtasari Hotel Kusuma Sahid Prince Hotel Solo tempat pelaksanaan seminar ASEAN Blogger Festival 2013. Meski pulang ...
Posting Terkait
SEPEDA GEMBIRA YANG MENYENANGKAN
ari Sabtu (17/11) menjadi hari yang cukup padat kegiatan buat kami sekeluarga. Saat fajar merekah dan kesejukan pagi menyelusup hingga ke pori-pori tubuh, kami sudah bersiap dengan sepeda masing-masing menuju ...
Posting Terkait
CATATAN TERCECER DARI BLOGSHOP DAN TEMU KOMUNITAS DI YOGYAKARTA
Pulang Ke Kotamu Ada Setangkup Haru, Dalam Rindu Masih Seperti Dulu, Tiap sudut menyapaku Bersahabat, Penuh Selaksa Makna (Kla Project, Yogyakarta) Entahlah, selalu ada sentilan rasa yang berdesir di hati ketika mendengar lagu fenomenal dan ...
Posting Terkait
MENERBITKAN BUKU “NARSIS” DI NULISBUKU.COM
Hari ini adalah sebuah hari yang berbahagia buat saya, karena tepat di Hari Kesepuluh Bulan Januari 2011, buku saya yang merupakan kumpulan cerita Narsis atau Narasi Romantis berjudul "Balada Lelaki ...
Posting Terkait
MELESAT BAGAI KILAT BERSAMA TELKOMSEL FLASH
etbook saya si "Deliiani" (Dell Inspiron Mini 9) mendadak menjadi sangat mumpuni dan bagaikan "ngacir" menjelajah dunia maya ketika dalam internal modemnya saya pasangkan dengan kartu Telkomsel Flash. Daya ...
Posting Terkait
NGEBLOG ADALAH SALAH SATU CARA SAYA MENSYUKURI KEHIDUPAN
alam acara Blogilicious Jakarta yang diselenggarakan akhir Juni silam, saya sempat terhenyak pada pertanyaan seorang peserta kepada saya yang ketika itu membawakan materi mengenai "Tips Blogging". Peserta tersebut menanyakan, "Apakah ...
Posting Terkait
CATATAN DARI HALAL BI HALAL KOMUNITAS TDA & BLOGGER BEKASI
Sabtu pagi (31/8), sekitar pukul 10.15, saya tiba di Nic's Cafe Bekasi bersama-sama dengan juragan Netcomm Computer Pak Darmawan Syaefullah alias Pak Wawan. Kami memang janjian berangkat bareng dari Cikarang, ...
Posting Terkait
KISAH MUDIK 2010 (2) : TERHALANG BANJIR DAN DERITA MACET SEPANJANG MALAM
Dari Garut, kendaraan kami melaju kencang menyusuri pebukitan yang teduh namun minim penerangan lampu jalan. Pak Heru mengendarai kendaraannya dengan hati-hati. Dibelakang, Alya terbatuk-batuk tak bisa tidur. Rupanya radang tenggorokannya ...
Posting Terkait
LAMPU JALAN FUNKY BEYBEH!
Semalam, saya berhasil membuat sebuah terobosan baru dalam bidang teknologi per-lampu-jalanan. Jangan melotot takjub dulu. Ini bukanlah suatu inovasi teknologi yang melibatkan piranti-piranti canggih masa kini. Dibutuhkan bekal sedikit kegilaan ...
Posting Terkait
MUDIK LEBARAN KE YOGYA (2) : DARI MUSEUM BENTENG VREDEBURG HINGGA KE KOMPLEKS MAKAM RAJA IMOGIRI
agi yang cerah menyambut kehadiran kami saat keluar dari Malioboro Palace Hotel, Rabu (30/7). Perut kami terasa kenyang setelah menyantap hidangan sarapan yang disiapkan di lantai 5. Dengan penuh semangat, ...
Posting Terkait
PANGGUNG KOMUNITAS YANG HEBOH DAN MERIAH DI JOGJA
Acara Puncak Pesta Blogger Jogja yang diadakan pada malam minggu (9/10) yang diadakan di Pusat Kebudayaan Koenadi Hardjosoemantri Kampus UGM Jogha berlangsung begitu semarak dan meriah. Kami rombongan panitia Pesta ...
Posting Terkait
CATATAN DARI SIMPOSIUM MIGAS NASIONAL 2015 MAKASSAR (1)
KEBERSAMAAN YANG MENGHARUKAN DALAM BUKBER KOMUNITAS MILIS CIKARANG
MENUJU PESTA BLOGGER DI TAHUN KEEMPAT
DENDANG NADA DERING YANG “MENENDANG”
“DUSUN VIRTUAL” BAGI PENGGIAT KOMPASIANA
ABFI 2013 SOLO (2) : REFLEKSI WAJAH BUDAYA
SEPEDA GEMBIRA YANG MENYENANGKAN
CATATAN TERCECER DARI BLOGSHOP DAN TEMU KOMUNITAS DI
MENERBITKAN BUKU “NARSIS” DI NULISBUKU.COM
MELESAT BAGAI KILAT BERSAMA TELKOMSEL FLASH
NGEBLOG ADALAH SALAH SATU CARA SAYA MENSYUKURI KEHIDUPAN
CATATAN DARI HALAL BI HALAL KOMUNITAS TDA &
KISAH MUDIK 2010 (2) : TERHALANG BANJIR DAN
LAMPU JALAN FUNKY BEYBEH!
MUDIK LEBARAN KE YOGYA (2) : DARI MUSEUM
PANGGUNG KOMUNITAS YANG HEBOH DAN MERIAH DI JOGJA

17 comments

Leave a Reply to reynold gobel Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.