JADI GURU DAN SISWA, SAMA SUSAHNYA!

rupa031Ketika tengah asyik “tidur-tidur ayam” diatas bis 132 jurusan Bekasi-Lebak Bulus yang adem tadi pagi, mendadak saya dikejutkan oleh gosip dua orang ibu separuh baya yang duduk persis di sebelah saya. Biasanya, saya tak pernah ambil pusing dan melanjutkan tidur kembali. Namun, materi gossip yang diperbincangkan mendadak membuat “antena” telinga saya “mendeteksi” hal-hal yang menarik. Sayapun menguping dengan waspada seraya pura-pura mengatupkan mata.

“Susah dan menderita bener lho jeng jadi guru zaman sekarang,” ujar ibu berjilbab ungu yang duduk paling ujung didekat jendela dengan nada heboh.

“Lho kenapa? Bukannya sekarang gaji guru malah naik?,” sahut ibu yang berada disampingnya seraya memperbaiki letak duduknya. Ibu berjilbab merah ini duduk diantara saya (yang berada di pinggir “lorong” bis) dan rekannya yang duduk paling ujung.

“Gini lho jeng , Adikku yang jadi guru SMA (menyebut sebuah daerah di Jawa Barat) kemarin datang ke rumah bersama suami dan anaknya. Dia curhat ke saya. Katanya jadi guru itu sekarang bikin dia ketakutan gara-gara posisi guru bisa disamakan teroris,” kata ibu yang duduk di ujung dengan tampang serius.

“HAH? TERORIS? Kok bisa?,” pekik sang ibu berjilbab merah dengan kengerian tergambar di wajah. Saya dan beberapa penumpang bis sempat terkaget-kaget atas “jeritan”-nya.

“Lha iya jeng, lihat aja tuh..Ujian Akhir Nasional diawasi oleh Detasemen Khusus 88 anti Teror dan guru-guru yang diduga membocorkan lembar ujian nasional ditangkap sama pasukan khusus yang nangkep gembong teroris dokter Azahari di Malang. Di Deli Serdang-Sumatera Utara juga di beberapa daerah lain, malah ada guru yang ditangkap Densus 88 gara-gara membocorkan soal ujian. Ini yang membuat adik saya ketakutan setengah mati, jeng. Kan’ sama aja membandingkan guru dengan teroris toh?.

“Bener juga ya jeng. Guru zaman sekarang menghadapi tekanan sangat berat. Udah khawatir anak didiknya tidak lulus ujian..eh..malah ditakut-takuti oleh pasukan anti teror. Apes benar ya?”, tukas ibu berjilbab merah sambil menggeleng-gelengkan kepala tak percaya.

“Gak cuma guru lho jeng. Jadi siswa sekarang juga sama susahnya. Anakku yang mau lulus SMP sampai stres menghadapi ujian akhir. Kepalanya pusing dan susah tidur. Dia capek banget, mana mesti ikut les dan try-out sepulang sekolah. Sama sekali susah beristirahat. Kasihan lho, waktu saya masih seusia dulu tidak se-ribet dan se-pusing dia,” sahut ibu berjilbab ungu dengan nada prihatin.

“Akhirnya malah ibunya ikut-ikutan setres juga kan’?. Yang ujian siapa, yang setres siapa?,” ujar ibu berjilbab merah sambil tertawa getir.

“Ya pastilah jeng, ibunya pasti ikut “nyetrum” gara-gara si anak stres. Apalagi ketika itu sekolah anak saya mau bikin acara istighosah atau doa bersama menyongsong ujian. Ya, ampun jeng, saya sampai geleng-geleng kepala, ini mau ujian akhir kok seperti sedang hadapi bencana alam besar, pake acara istighosah segala,” kata ibu berjilbab ungu antusias.

Saya menghela nafas. Pilu.

Ingatan saya terbang ke belasan tahun silam saat menempuh ujian akhir nasional bernama EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional) agar memperoleh NEM (Nilai EBTANAS Murni) yang menjadi standar kelulusan siswa. Saya ingat betul betapa saya mesti belajar habis-habisan, bahkan sampai begadang untuk menggapai impian memperoleh hasil NEM tertinggi dan tentu saja lulus dari sekolah. Tekanan mental paling berat saya rasakan menjelang ujian tiba. Seperti diteror rasanya. Ketakutan bila tidak lulus ujian melanda batin. Guru-guru disekolah saya pun dengan giat menyelenggarakan les dan try out demi meluluskan anak didiknya dalam EBTANAS. Tapi untungnya (dan bedanya), guru-guru saya waktu itu tidak mendapatkan tambahan “teror” dari densus 88 seperti sekarang ini.

Saya melihat bahwa institusi Sekolah sebagai tempat belajar yang menyenangkan dan mencerahkan semakin bergeser spiritnya menjadi tempat agar bisa lulus ujian. Pola fikir siswa menjadi lebih pragmatis dan lebih berorientasi hasil, bukan proses. Lihat saja, proses belajar terasa nampak “kesibukan” dan tekanannya pada satu tahun terakhir menjelang kelulusan. Para siswa berkonsentrasi penuh untuk belajar demi mencapai nilai terbaik yang menentukan kelulusan mereka. Otonomi sekolah menjadi lemah karena “tekanan” ujian nasional yang dijadikan indikator mutlak syarat kelulusan siswa. Seyogyanya diperhitungkan pula–sebagai faktor penilaian kelulusan–proses belajar siswa bersangkutan dari awal hingga akhir. Dan tidak semata-mata bertumpu pada hasil Ujian Nasional.

Peninjauan kembali Ujian Nasional menjadi sesuatu yang esensil. Adalah tidak bijak rasanya menilai keunggulan siswa ditakar dengan Ujian Nasional, sementara pada saat yang sama, kompetensi dan kualitas guru serta sarana/fasilitas yang ada berbeda-beda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya, antara satu daerah dengan daerah lainnya. Dilain pihak, saya memahami bahwa tugas polisi adalah untuk menegakkan keamanan dan ketertiban. Namun dengan mengerahkan densus 88 untuk menangkap guru-guru yang mencurangi ujian nasional sungguh tak proporsional dan berlebihan. Akan terbit asumsi di masyarakat bahwa guru-guru yang memanipulasi ujian nasional sama halnya melakukan kegiatan terorisme.

Lamunan saya buyar ketika ibu berjilbab merah nyeletuk, “Jeng , tapi ada lho profesi guru yang aman dari teror”.

Sang ibu berjilbab ungu mendelik. “Apa tuh?”, tanyanya.

“Jadi guru silat,” kata rekan sejawatnya itu sambil nyengir. “Sudah gak pake ujian nasional yang bikin ribet, juga tidak perlu khawatir ditangkap densus 88. Kalaupun ada yang mau coba-coba curang..ya tinggal dikemplang ajaa…hahaha”.

Tawa keduanya pun meledak. Saya juga ikut tertawa. Malah lebih keras dari mereka.

Kedua ibu tadi menoleh heran ke arah saya yang buru-buru mengatupkan mata.

Pura-pura tidur.

Bis melaju kencang dan perlahan mengurangi kecepatan saat memasuki ex pintu tol Cilandak.

Catatan :

Gambar diambil dari sini 

Related Posts
MENGENANG 2 TAHUN GEMPA DI YOGYA
  Sudah dua tahun berlalu. Saya masih ingat betul saat menulis posting di blog tentang gempa di Yogya 27 Mei 2006 silam, jemari tangan saya gemetar saat mengetik diatas keyboard komputer. Terbayang kengerian ...
Posting Terkait
MY BLOGGING KALEIDOSKOP 2013
Pengantar: Seperti "tradisi" yang biasa saya lakukan di akhir tahun, saya biasanya membuat Blogging Kaleidoskop yang merekam sejumlah jejak langkah dan kiprah saya di dunia blogging sepanjang tahun sebelum pergantian kalender ke ...
Posting Terkait
IDUL FITRI DAN “PENGGELEDAHAN DIRI”
dul Fitri bagi saya adalah sebuah “jalan” untuk penggeledahan diri. Introspeksi, melihat lebih dalam sejauh mana saya memaknai hari kemenangan itu dalam nuansa perenungan tentang kualitas ibadah yang saya lakoni ...
Posting Terkait
SLEEPLESS IN BANDUNG : NGOPI ASYIK DI CAFE IGELANCA DAGO
emuanya terjadi begitu saja. Spontan. Tak terduga. Tak terencana. Malam itu, Selasa (3/4) saya sedang asyik menyantap makanan di Bakmi Malang Karapitan (BMK) di depan Bandung Indah Plaza Jl.Merdeka Bandung, ketika ...
Posting Terkait
MEMAKNAI RASA SYUKUR
Di atas bis saat berangkat kerja tadi pagi, saya sempat tersenyum-senyum sendiri membaca kisah berjudul "Bersyukur dan Bersabar" yang ditulis oleh Makmun Nawawi pada buku kompilasi tulisan Hikmah REPUBLIKA bertajuk ...
Posting Terkait
WAWANCARA BERSAMA LUIGI PRALANGGA : “BLOGGER ADALAH ELEMEN STRATEGIS YANG HARUS DIPERHITUNGKAN DALAM DIALOG PEMBANGUNAN !”
osok blogger satu ini mungkin tak asing bagi kita semua. Luigi Pralangga yang kini bertugas sebagai Procurement Officer, United Nations Assistance Mission for Iraq (UNAMI), Iraq sejak Agustus 2010, merupakan ...
Posting Terkait
PERAYAAN 50 TAHUN USIA PERNIKAHAN AYAH BUNDA
Hari Minggu (26/3) kediaman orang tua saya di Bumi Antang Permai terlihat begitu meriah. Sebuah tenda besar berdiri dengan jajaran kursi 200 buah terhampar di depan rumah. Seketika semangat saya ...
Posting Terkait
ME @ MAJALAH TEMPO
Minggu lalu, saya menerima email dari Wartawati Tempo Andari Karina Anom. Bukan lewat email reguler yang saya miliki, namun melalui fasilitas email di Facebook saya. Rupanya, ini ada hubungannya dengan ...
Posting Terkait
KENANGAN BERWISATA SEPANJANG TAHUN 2012
ahun 2012 baru saja berlalu. Tapi kenangan berwisata ke beberapa tempat eksotik sepanjang tahun tersebut masih saja lekat dalam ingatan. Saya mencoba mendokumentasikannya kembali lewat posting ini. Beberapa diantaranya tidak ...
Posting Terkait
MENDADAK “BREKELE”!
Catatan : Foto diambil di Hypermart Mall Lippo Cikarang, Sabtu (7/6) dalam rangka promosi pembelian obat nyamuk Baygon. Pokoknya yang penting gaya!. Keriting itu sexy juga kok! 😀
Posting Terkait
ECOPARK ANCOL, WISATA HUTAN KOTA YANG ASRI DENGAN DESAU ANGIN PANTAI
ebuah kehormatan tersendiri buat saya kembali diundang oleh PT Pembangunan Jaya Ancol untuk berbuka puasa bersama para blogger di Ecopark. Dan demikianlah, Sabtu (27/7), bersama istri dan kedua buah hati, ...
Posting Terkait
CATATAN DARI KOMPASIANA NANGKRING JAKARTA
Setelah melewatkan kesempatan mengikuti acara MoDis (Monthly Discussion) Kompasiana bersama Pak Jusuf Kalla hari Senin (22/2) karena kesibukan dikantor, kemarin sore (27/2), saya bertekad menghadiri even kopdar ala Kompasiana yang ...
Posting Terkait
JADI TUA ITU NISCAYA
"Kita sudah makin tua, kawan," kata rekan saya, Farid Ma'ruf Ibrahim (kini dosen Universitas Paramadina) seraya mengelus lembut rambut anaknya Fawwaz (9 tahun), saat kami bertemu di Galeri Cipta II ...
Posting Terkait
IKLAN ALWAYS ON : MEMBANGUN INTERAKSI DENGAN KEBEBASAN YANG NYATA
aya termasuk salah satu pemerhati iklan-iklan yang ditayangkan di Televisi. Salah satu yang sempat "mencuri" perhatian saya iklan "AlwaysOn" dari provider seluler Three yang belakangan ini begitu intens menyampaikan promosi ...
Posting Terkait
DARI WORKSHOP PENGADAAN BARANG & JASA PTK 007 DI INDUSTRI MIGAS: TKDN, SALAH SATU KEBERPIHAKAN NYATA PADA PRODUK DALAM NEGERI
khirnya saat itu tiba. Sudah lama saya berharap bisa mengikuti training tentang Tender Management Pengadaan Barang dan Jasa sesuai PTK 007 Revisi II yang diselenggarakan atas kerjasama Koperani Bina Petro ...
Posting Terkait
JAKARTA NIGHT FESTIVAL 2013 YANG SENSASIONAL !!
eusai mengikuti One Day Blogger Tour di Bintaro Jaya, Sabtu (22/6) (baca reportasenya disini) saya bergegas menuju Hotel Ibis Tamarin, Jl.Wahid Hasyim dimana disana, istri dan kedua anak saya menanti ...
Posting Terkait
MENGENANG 2 TAHUN GEMPA DI YOGYA
MY BLOGGING KALEIDOSKOP 2013
IDUL FITRI DAN “PENGGELEDAHAN DIRI”
SLEEPLESS IN BANDUNG : NGOPI ASYIK DI CAFE
MEMAKNAI RASA SYUKUR
WAWANCARA BERSAMA LUIGI PRALANGGA : “BLOGGER ADALAH ELEMEN
PERAYAAN 50 TAHUN USIA PERNIKAHAN AYAH BUNDA
ME @ MAJALAH TEMPO
KENANGAN BERWISATA SEPANJANG TAHUN 2012
MENDADAK “BREKELE”!
ECOPARK ANCOL, WISATA HUTAN KOTA YANG ASRI DENGAN
CATATAN DARI KOMPASIANA NANGKRING JAKARTA
JADI TUA ITU NISCAYA
IKLAN ALWAYS ON : MEMBANGUN INTERAKSI DENGAN KEBEBASAN
DARI WORKSHOP PENGADAAN BARANG & JASA PTK 007
JAKARTA NIGHT FESTIVAL 2013 YANG SENSASIONAL !!

8 comments

  • Jadi makin bersyukurrrr banget, melewati masa SMU tidak di jaman2 sekarang..

  • kaya kenal ya mas gambarnya.
    😛

  • makasih lho. Dipajang.

  • saya jadi kuatir, bagaimana nanti nasib anak2 kita di masa depan saat sudah jadi pelajar SMP atau SMU..?

    wah..wah..bakalan setress juga kita nih..

    memang kayaknya ada yg salah dengan sistem pendidikan di Indonesia..

  • Mau daftar jadi guru silat aja akh….

    Hahahaha…..

  • iya bener,,,saya yang 3 tahun lalu ngalamin ujian juga ngerasa kayak gitu. Tapi yang lebih parah lagi tuh sekarang sekolah dijadikan tempat buat meraup keuntungan bagi oknum-oknum tertentu.
    dalam penerimaannya, masih banyak kok sekolah “negeri” yang masih mementiongkan mencari siswa-siswi yang punya “duit” daripada yang punya “otak”

  • Pingback: Public Blog Kompasiana» Blog Archive » Jadi Guru dan Siswa, Sama Susahnya !

  • yang jadi pertanyaan, apakah memang sudah harus seperti itu untuk bisa menghadapi kehidupan pada saat ini ? maksudnya anak anak SMA sekarang kalau mau bisa menghadapi hidup di zaman seperti sekarang ini harus mampu menghadapi UAN dengan gaya sekarang ini. dapat ijazah lulus teh harus dengan uan yang hanya satu minggu, dan enam mata pelajaran ya gimana lagi, emang tuntutan zaman nya seperti itu. beda dengan saya dulu waktu sma tuntutan dunianya tidak seperti itu jadi asal lulus saja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.