DARI PESTA BLOGGER 2008 KE ACARA BLOGGER MAKASSAR (3)
Saya, selaku penasehat komunitas blogger Makassar Anging Mammiri (AM), menyerahkan potongan tumpeng dan berjabat tangan kepada Rara sang Ketua AM pada momen HUT kedua Blogger Makassar di SPM MTC Karebosi Lantai 4 Sabtu (23/11). Nampak pada foto, salah satu penasehat AM, Kamaruddin”Daeng Nuntung” Aziz, bertepuk tangan (diambil dari tag foto facebook Daeng Nuntung)
Diatas bis Damri dari Gambir yang membawa saya ke Bandara Soekarno-Hatta kegembiraan telah melewati sebuah even berharga masih tersisa di dada. Juga ada segumpal tanya yang mengendap di dasar hati. Saya melirik ke samping, lewat jendela bis Damri yang melewati jalan tol ke arah Bandara. Cuaca cukup bersahabat saat itu. Panas mentari tak terlalu menyengat meski mendung terlihat samar dilangit.
Saya menyetel MP3 Player dan terdengar suara jernih Dewi “Dee” Lestari yang melantunkan lagu kegemaran saya. “Malaikat juga tahu..siapa yang jadi juaranya..”, demikian Dee bernyanyi dan membuat hati saya tiba-tiba terbang. Jauh.
Setelah check in di counter Lion Air di Terminal 1 A, saya bergegas menuju Gate A-3. Rupanya pintu boarding belum dibuka. Karena seluruh tempat duduk diruang tunggu telah terisi, saya memutuskan untuk duduk di lantai dan membuka laptop. Setelah USB Modem WIMODE saya tancapkan, berselancarlah saya ke dunia maya. Mengisi beberapa update aktifitas di akun Plurk dan memeriksa email serta melihat apakah sudah ada media atau blog yang mengupdate acara Pesta Blogger 2008. Tak lama kemudian, panggilan penumpang pesawat JT 788 terdengar. Saya bergegas menutup laptop dan menuju gate A-3. Rasa gembira membuncah didada, karena selain akan bertemu dengan kedua orang tua saya di Makassar, juga bertemu dengan kawan-kawan di Komunitas Blogger Makassar Anging Mammiri.
Pukul 18.15, pesawat Lion Air yang saya tumpangi lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta. Seluruh bangku pesawat terisi penuh. Dari tempat duduk 27C yang kebetulan berada di dekat jendela, saya menyaksikan gumpalan awan tipis disisi pesawat. Melayang dan tiba-tiba membuat saya mendadak rindu pada tawa ceria kedua anak saya Rizky dan Alya. Saya lalu memilih untuk tidur sejenak karena semalam saya tidur agak larut karena mesti menyiapkan materi di acara talkshow tadi (yang ternyata waktunya sangat singkat) serta membaca hand-out dari materi yang akan saya bawakan di Makassar.
Pesawat yang saya tumpangi mendarat dengan mulus di Makassar, pukul 21.20. Hujan deras menyambut kedatangan saya di kota tercinta ini. Saya terkagum-kagum pada arsitektur dan bangunan bandara Sultan Hasanuddin yang begitu eksotis dan megah itu. Saya bergegas menuju lantai 1 untuk pengambilan bagasi penumpang. Lama sekali saya menunggu tas saya tidak nongol juga hingga tas terakhir diturunkan dari bagasi. Seorang petugas Lion Air lalu mendekati saya, mengecek nomor bagasi dan mengkonfirmasikannya pada rekannya yang masih diatas pesawat.
Form Isian dari Lion Air tentang tertinggalnya bagasi saya
“Wah..bagasi bapak tidak terikut di pesawat ini. Tidak ada di Packing List. Kemungkinan besar ketinggalan di Jakarta. Tapi jangan khawatir pak, masih bisa dibawa oleh 2 penerbangan Lion Air lagi ke Makassar malam ini dan bisa jadi ikut dengan pesawat tersebut,” kata Petugas itu dengan raut muka cemas. Seketika amarah saya naik ke ubun-ubun. “Kenapa bisa terjadi?”, tanya saya geram. Petugas tadi menjelaskan kemungkinan besar karena penumpang banyak sehingga ada bagasi yang terlantar. Saya geleng-geleng kepala dan membayangkan saya mesti ganti pakaian dengan apa nanti.
Ia lalu membawa saya ke ruangan khusus “Bagasi Hilang”. Ia lalu meminta saya mengisi sebuah formulir dan berjanji akan mengirimkan tas saya tersebut ke rumah orang tua saya di Antang besok pagi setelah bagasi saya ditemukan. Saya pasrah dan bergegas keluar. Disana sudah ada menunggu Aba Miki (Paman, adik ibu saya) dan anaknya Ami. Mereka sudah menunggu saya satu jam lebih disana. Saya lalu menceritakan masalah yang saya hadapi didalam.
Tak lama kemudian, saya sudah berada di dalam mobil Aba Miki dan Ami menuju rumah orangtua saya di Bumi Antang Permai. Hujan deras menghadang perjalanan kami. Aba Miki mengendarai mobilnya dengan hati-hati. Saya memakan dua buah pastel (atau “jalangkote” istilah Makassarnya) yang dibawa Aba Miki untuk mengganjal perut. Saya dilanda kelaparan luar biasa. Dari Jakarta tadi saya tak sempat makan. Saya fikir, Lion Air menyediakan Roti dan Air Mineral diatas pesawat, ternyata tak ada sama sekali.
Pukul 23.00, saya tiba di rumah orang tua saya di Antang. Mereka berdua seketika menghambur menyambut kedatangan saya ke Makassar dengan rasa haru. Saya memeluk keduanya dengan erat. Sementara hujan, masih belum berhenti juga.
(bersambung..)
mas, cerbung ini kapan tamatnya, ya? 😀
saya juga jadi kangen ama ortu neh daeng 🙂
salam kenal 🙂
wuhuuiyy.. masih bersambung..
horee.. berarti pak Amril bakal rajin posting minggu ini. Hahahaha.. :))
waduh kacau juga tuch Lion Air yach mas!!!…
Untuk jalur penerbangan GTO-JGJ bagasi ketinggalan udah jadi trademarknya Lion Air. Gak hilang sih, cuma telat nyampenya.
asikk… masih bersambung…
ada bahan bacaan lagi 😀
horeeeeeee masih ada barongko selanjutnya