DARI KOPDAR PERDANA KOMPASIANA: DI DUNIA NYATA MAUPUN MAYA, GAUL ITU NISCAYA
Blogger Kompasiana (tua dan muda) ngobrol santai sebelum acara dimulai
Bersama rekan se-hidup se-“Cikarang”, Pak Eko”Eshape”, saya berangkat bareng menuju Bentara Budaya Jakarta untuk menghadiri Kopdar alias kopi darat pertama blogger Kompasiana, Sabtu pagi (21/2). Setelah sempat nyasar beberapa saat –namun untunglah setelah menelepon Kang Pepih Nugraha salah satu pengelola blog Kompasiana serta tanya kesana kemari ke tukang ojek–akhirnya tiba juga kami dilokasi acara pukul 10.45 pagi.Setelah mengisi buku tamu, kami berdua masuk ke lokasi acara. Didekat panggung beberapa rekan blogger yang sudah lebih dulu tiba tengah ngobrol asyik bersama Kang Pepih. “Akhirnya datang juga,” sapa Kang Pepih yang menjabat tangan saya dengan senyum ramah.
Kami lalu berkenalan, bertukar kartu nama dengan beberapa rekan blogger yang ada disana. Salah satunya adalah Pak Dokter Anugra Maryanto yang kebetulan berada di Jakata (saat ini beliau bekerja dan berdomisili di Purwokerto). “Ini sebuah kesempatan langka dan luar biasa. Saya tak akan melewatkan ketemu kawan-kawan blogger Kompasiana, apalagi kebetuian sedang berada di Jakarta,” kata Dokter spesialis Kanker itu yang kini tengah mengembangkan program pelayanan kesehatan bagi masyarakat tak mampu tersebut dengan wajah sumringah. Saya juga ketemu dengan Pak Riri Satria, dosen pada program Magister Teknologi Informasi UI yang juga seorang blogger. “Alhamdulillah, kita akhirnya bertemu secara fisik setelah sudah kurang lebih 5 tahun bertemu dan komunikasi di dunia maya,” kata Pak Riri bersemangat yang juga salah satu blogger idola saya karena ulasan-ulasan di blognya yang tajam dan visioner . “Apalagi kita ini memiliki tubuh yang sepostur,” canda Pak Riri yang memang bertubuh montok menggemaskan itu, seperti saya. Kami lalu tertawa berderai.
Riri Satria diapit oleh saya (sebelah kanan) dan Yulyanto berfoto sebelum acara dimulai
Dari kiri: Eko Eshape, Evi Widi, saya dan M.Suja’i
Beberapa kawan blogger Kompasiana pun berdatangan kemudian. Ada Mas Iwan Pilliang yang aktif mengisi tulisan di Presstalk, Bung Agus Chandra dari Bandung, Bung Junanto Herdiawan blogger Kompasiana yang khusus membahas soal-soal ekonomi dan kini menjadi peneliti madya senior di Bank Indonesia, Pak Aris Heru Utomo yang bekerja di Departemen Luar Negeri, Pak Wijaya guru Labschool Jakarta yang sangat produktif mengirim tulisan ke Kompasiana, juga Evi Widiarti seorang blogger yang baru mau aktif di Kompasiana dan selama ini sudah berkiprah sebagai penulis review buku di Kompas dot com dan Yulyanto rekan saya sesama blogger di Asia Blogging Network yang juga adalah Marketing Manager di sebuah perusahaan swasta terkemuka. Saya sangat berbahagia ketemu kawan-kawan yang memiliki “passion” dan hobi menulis yang sama di Kompasiana dan datang dari beragam latar belakang dan profesi ini. Sejak Desember 2008 hingga sekarang, saya telah menulis 36 artikel untuk blog public Kompasiana.
Para Blogger Kompasiana bercengkrama akrab
Tak lama kemudian Pak Prayitno Ramelan tiba dan menyapa kami dengan ramah. Purnawirawan TNI AU yang sangat aktif menulis di Kompasiana dan mengelpla website www.motahu.com, langsung bercanda akrab bersama kami para blogger yang lebih muda di Kompasiana. Beliau lalu bergabung dengan Pak Chappy Hakim(mantan KSAU dan blogger di Kompasiana) serta beberapa pejabat Harian Kompas dan Kompas dot com di sudut lain ruangan pertemuan kami.
Tepat Pukul 12.00 siang, kami lalu dipersilakan menyantap hidangan makan siang yang disediakan. Saya dan beberapa blogger Kompasiana yang lain berbincang penuh rasa kekeluargaan.
Pukul 13.00 siang, acara dimulai dengan sambutan Pak Taufik H Mihardja, Direktur Kompas dot com. Beliau menyatakan pada awalnya Kompasiana yang diluncurkan 22 Oktober 2008 itu dialokasikan sebagai wadah blogging untuk wartawan Kompas saja, lalu untuk wartawan Kompas Gramedia. Lalu karena peminatnya makin banyak, Kompasiana “ekspansi” dengan mengundang beberapa blogger tamu untuk mengisi halaman blog disana. Belakangan, mengingat antusiasme para pembaca dan blogger Kompasiana, maka halaman public pun dibuka. Di halaman blog kompasiana ini, masyarakat non wartawan dapat mengisi dan berpartisipasi menulis di blog Kompasiana. Perkembangannya sangat spektakuler, dalam waktu 4 bulan saja sudah ditayangkan 1800 artikel dan 12.000 komentar di Kompasiana, mulai dari jurnalis Kompas, jurnalis dilingkungan Kelompok Kompas Gramedia, blogger tamu dan blogger public (dimana saya menjadi salah satu bagian diantaranya). Menurut situs pemeringkat situs Alexa, Kompasiana sudah berada di ranking 50.000-an dengan pembaca 150.000 orang setiap bulan dari 132 negara (dikutip dari berita harian Kompas Minggu 22 Februari 2009 halaman 2).
Setelah Pak Taufik, giliran Pak Rikard Bangun, Pemimpin Redaksi Kompas, menyampaikan kata sambutan. Menurut beliau, ia sangat kaget menyaksikan fenomena perkembangan Kompasiana yang sangat pesat dan memberikan apresiasi penuh bagi para blogger “indie” Kompasiana yang sudah berpartisipasi dan memberikan kontribusi artikel untuk Kompasiana.
General Manager Bisnis Kompas dot com, Pak Edi Taslim yang tampil di kesempatan berikutnya menyatakan, kedepan, Kompasiana akan mengembangkan desain dan fitur baru bahkan kemudahan akses mobile, Blackberry dan i-phone application. “Saya bangga, perkembangan Kompasiana saat ini sungguh melebihi ekspektasi kami sebelumnya”, kata Edi dengan mata berbinar.
Sesi berikutnya menjadi lebih cair dan akrab. Penampilan Pak Chappy Hakim yang cool dan penuh guyon membuat suasana kian meriah.Purnawiran Jenderal Bintang Empat yang juga mantan Kepala Staf Angkatan Udara ini unjuk kebplehan bermain music, menyanyi dan meniup Saxophone. Ketajaman analisis beliau di tulisan-tulisan menjelma nyata melalui alunan nada indah yang mengalun menggetarkan ruangan yang dihadiri oleh sekitar 80 orang ini. Beliau menyatakan,”kegiatan saya dengan menulis di Kompasiana adalah sebagai sebuah aktifitas mengolah otak sembari menikmati masa pensiun”. Pak Chappy juga, secara berseloroh menyatakan, kegiatan menulisnya di Kompasiana sangat ia nikmati sekaligus sebagai “ajang balas dendam” karena tulisan opini-nya sering ditolak oleh redaksi Kompas cetak. “Di Kompasiana, saya lebih leluasa menulis, tanpa dibatasi jumlah halaman dan bahkan bisa berinteraksi langsung dengan pembaca tulisan saya,” kata Pak Chappy yang menyatakan setiap 14 jam dapat menghasilkan tulisan itu, bersemangat.
Pada sesi talskhow, saya mendadak “autis”. Ya, saya “bercumbu” dengan si Delliani,nama sang netbook DELL Inspiron Mini 9 dan mencoba koneksi indosat 3G melalui modem built in yang dimilikinya. Syukurlah, saya akhirnya bisa berselancar didunia maya dan masuk ke situs social networking saya, Plurk. Saya melakukan “Live Report” acara ini melalui Microblogging Plurk yang juga secara otomatis akan melakukan update status yang sama ke halaman Facebook saya.
Saya tengah mesra “bercumbu” dengan Delliani dalam acara kopdar Kompasiana (foto by Mas Aris via Facebook)
Saya duduk disamping Farid Ma’ruf Ibrahim, suami Lily Yulianti yang juga adalah kawan saya mantan redaksi dan pengelola penerbitan kampus Identitas UNHAS Makassar tahun 1991-1993. Kami bercakap akrab dan kembali bernostalgia ketika kami bertiga (termasuk Lily yang juga pernah menjadi anggota redaksi identitas) melewatkan masa-masa muda ketika masih mahasiswa dulu mengelola penerbitan kampus tertua di Indonesia Timur tersebut. Saya menggantikan Farid sebagai redaktur pelaksana Identitas pada tahun 1993. Kini kawan saya yang pendiam dan sangat piawai menulis esei itu menjadi dosen Komunikasi Universitas Paramadina, di Jakarta. Saat saya tanyakan apa kegiatan sang istri sekarang di Jakarta setelah tidak bekerja lagi di NHK Tokyo, Farid menjawab seraya tersenyum,”Sementara ini mengurus anak dan suami, mengelola Panyingkul (situs jurnalisme orang biasa yang didirikannya bersama sang istri serta beberapa kawan 2 tahun silam) dan tentu menulis di Kompasiana”. Kami lalu tertawa berderai. Senang rasanya bisa ketemu kawan lama di ajang ini.
Di panggung kecil Nampak sang moderator talkshow bersama dua orang panelis yaitu Lily Yulianti Farid dan Pak Tony D Widiastono. Lily dengan gaya memikat dan komunikatif menyajikan materi berjudul “The Average People and Media”. Menurutnya, kolaborasi media dan warga di era informasi global saat ini menjadi hal yang tak terelakkan. Dan upaya Kompasiana menjalin kerjasama dengan blogger non jurnalis dan mengakomodirnya dalam sebuah halaman blog khusus yang terintegrasi merupakan sebuah langkah strategis menuju pembentukan “super media”.Lily menyatakan,Super media dapat terbentuk ketika Jurnalisme Warga dan jurnalis profesional bersenyawa dalam sebuah media interaktif. Peran jurnalisme warga saat ini tak dapat disepelekan perannya. Lily memaparkan beberapa fakta ketika warga biasa, dapat menyajikan berita aktual, real time dan akurat melalui media terbatas yang dimiliki tapi mempunyai dampak yang demikian luas. Komunitas Kompasiana pun, kata Lily, akan dapat menjelma menjadi “well informed society” yang merupakan sumber informasi terpercaya bagi masyarakat, sehingga rakyat tak akan mudah dibodoh-bodohi oleh berita-berita media yang kerap menyesatkan. Kompasiana pun bisa merupakan sebuah media “collaborative branding”untuk para penulisnya.
Setelah Lily tampil Pak Tony yang menyajikan kiat menulis artikel di Kompas. Dengan gaya yang lugas dan canda, Pak Toni menceritakan sejumlah romantika yang ia alami ketika menerima artikel opini untuk Harian Kompas. Setiap hari, kata pak Tony, ada 8000 tulisan yang masuk dan hanya 3 saja yang dimuat di halaman 6 Kompas. Dan bukan hal yang mudah menurut beliau untuk memilih apalagi ada batasan jumlah kata tertentu (maksimal 800 kata) agar tulisan dapat dimuat di halaman opini.
Beberapa saat kemudian, Menristek Pak Kusmayanto Kadiman datang dan ikut bergabung bersama kami. Beliau memohon maaf datang terlambat karena baru saja pulang mengantar PM Thailand Abhisit Vejjajiva di bandara. Saat memberikan kata sambutan, saya mencatat sebuah kutipan menarik. “Inti dari setiap interaksi dan sosialisasi dari blog serta situs pertemanan didunia maya adalah gaul. Coba saja, bila ini “diperas” dan “diperas” lagi, maka yang menetes darinya tetap saja adalah gaul. Maka tidak hanya didunia nyata, sayapun secara sadar harus gaul ketika menyatakan diri sebagai bagian dari dunia maya,” ungkap pak KK demikian sapaan akrab Menristek yang juga blogger Kompasiana itu. Di kesempatan itu pula Pak KK membagikan secara gratis buku beliau berjudul “Simfoni Inovasi, Cita dan Realita” kepada kami semua lengkap dengan tandatangan Pak KK. Buku tersebut belum beredar di toko buku dan diberikan secara eksklusif hanya untuk peserta kpdar perdana Kompasiana.
Di sesi break sesion, sambil menyeruput kopi, saya berbincang kembali dengan Farid. Bergabung dengan kami Bung Agus Hamonongan, moderator milis Forum Pembaca Kompas (FPK) yang beranggotakan 9000 orang. Agus membagi pengalamannya kepada kami bagaimana romantika dan tantangan yang ia hadapi mengelola milis besar tersebut.”Memang repot mengelola milis besar dengan 9000 isi kepala yang berbeda. Beberapa kali timbul konflik internal, namun saya berusaha semaksimal mungkin untuk mencari solusi terbaik menyelesaikannya,” kata Agus.
Menjelang sesi kedua, saya disapa Raditya Dika”Kambing Jantan”. Kami memang sudah kenal lama ketika Dika (demikian saya memanggilnya) menjadi salah satu pembicara pada acara talkshow dan peluncuran buku komunitas blogger Blogfam tahun 2007 silam di perpustakaan Diknas Jakarta.
“Mas Amril, apa kabar?”, katanya sambil menjabat erat tangan saya.
Kami lalu terlibat obrolan ringan, terutama seputar rencana launching filmnya yang akan ditayangkan perdana tanggal 5 Maret mendatang. Saya menyatakan bahwa sebagai sesama blogger saya turut bangga bahwa ternyata Dika tidak hanya merintis kepopuleran blog lewat bukunya yang best seller “Kambing Jantan” yang diangkat dari blog pribadinya namun kini menghasilkan film perdana berjudul sama yang boleh dikatakan merupakan film yang diangkat dari blog pertama di Indonesia. Sebagai bentuk dukungan moril atas filmnya itu saya menyatakan membantu promosi pula lewat posting di blog saya serta mengajak kawan-kawan blogger lain di jejaring maya yang saya miliki untuk membantu publikasinya.
Tak lama kemudian, sesi kedua talkshow dimulai. Tampil diatas panggung Kang Pepih Nugraha mewakili Kompasiana, Bagus Dharmawan (Chief Editor Kompas Book Publishing), Raditya Dika dan Pandji Pragiwaksono. Saya duduk di kursi belakang dekat dengan colokan listrik agar si Delliani yang lagi lemah baterainya dapat “staying alive” dan tetap bisa melaporkan live report acara ini di Plurk. Ternyata disamping saya duduk seorang rekan blogger Kompasiana yakni drg.R.Ngt.Anastasia Ririen Pramudyawati yang datang bersama sang suami tercinta. Kami lalu bercakap-cakap sejenak karena selama ini hanya kenal di dunia maya lewat saling berbalas komentar di posting kami.
Berbeda dengan sesi talkshow sebelumnya yang terkesan lebih “serius” maka di sesi ini lebih santai karena baik Dika maupun Pandji melontarkan sejumlah guyonan lucu dan cerdas yang membuat tawa kami membahana sepanjang acara. Pandji yang selain berprofesi sebagai rapper dan penyiar radio, juga ternyata telah menulis buku. Dengan gaya kocak, ia memperagakan bagaimana gayanya melakukan promo buku ala penyiar radio.
Dika tak kalah lucunya. Ia menyatakan sebenarnya apa yang dituliskannya di blog itu bukanlah sebuah komedi namun itu adalah tragedi atas kekonyolan-kekonyolan dalam hidup yang ia alami dan bagi ke segenap pembaca. Dia bercerita suatu ketika ia menulis surat cinta kepada sang gadis pujaan hati. Supaya terlihat “keren” ia memakai bahasa Inggris yang parahnya sama sekali tak dikuasainya ketika itu. Sang idaman hati membalas suratnya dengan bahasa Indonesia termasuk sejumlah koreksi-koreksi atas kesalahan ejaan dan kalimat yang dituliskannya dalam bahasa inggris pada surat cintanya tersebut. Kami semua tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan gaya Dika bercerita.
Pukul 16.00 tepat acara selesai. Beberapa kawan yang beruntung mendapatkan doorprize menarik dari sponsor. Ada 2 voucher menginap di Tanjung Lesung Resort (salah satunya dimenangkan oleh Pak Eko Eshape, mitra perjalanan saya dari Cikarang) dan 2 voucher menginap di hotel Santika Jakarta serta 3 buku terbaru dari Pandji. Rangkaian acara kopdar Kompasiana ditutup dengan foto bersama seluruh peserta acara.
Saya merasa sangat puas dapat berpartisipasi di acara ini, bertemu kawan-kawan sesama blogger Kompasiana dengan penuh keakraban dan kekeluargaan, tanpa perbedaan strata sosial. Kami larut dalam euforia dan gairah yang sama untuk terus mengembangkan Kompasiana tidak hanya sebagai wadah ekspresi, interaksi dan aspirasi kami namun juga sebagai media tempat masyarakat mendapatkan hal-hal yang mencerahkan dan mencerdaskan didalamnya.
Salut dan terimakasih untuk jajaran pengelola Kompasiana yang telah mengorganisir acara kopdar perdana komunitas ini dengan baik dan sukses. Semoga bisa berjumpa kembali di acara berikutnya. Bravo Kompasiana!
Catatan:
Foto-foto acara ini lainnya bisa dilihat di link ini dan Facebook Kompasiana. Anda bisa juga menyaksikannya lewat Kompas TV.
Wah Daeng … reportase yang lengkap … nice to meet you there as well … sampai ketemu lagi … salam sukses selalu … 🙂
–Thanks ya Bang Riri, iya mudah-mudahan bisa ketemu lagi di kesempatan berikutnya
Delliani dibawa terus ya….jadi tertarik juga nich pingin nyoba….Tapi pada ulasan tentang delliani belum diceritakan kekurangannya…apa udah ada perjanjian dengan pihal Dell ya???
–Iya sekarang sih dibawa terus, karena si Delliana lebih sering nongkrong di kantor. Maklum inventaris, hehehe. Saya tidak ada deal apa-apa dengan Dell, tapi memang sejauh ini, belum ada kekurangan menonjol yang saya lihat, kecuali cover putih di bagian depan yang rawan kotor aja :D.
Pingback: Catatan Dari Hati » Blog Archive » SELAMAT JADI BLOGGER, PAK JUSUF KALLA !
Pingback: SELAMAT JADI BLOGGER, PAK JUSUF KALLA ! « blogger cikarang aggregator
Pingback: Catatan Dari Hati » Blog Archive » YANG “MELENGKING”DARI BLOGWALKING (31)
Pingback: Catatan Dari Hati » Blog Archive » KOPDAR II KOMPASIANA : KEHANGATAN SEBUAH “RUMAH SEHAT”
Pingback: MENIKMATI INTERAKSI DAN MERAYAKAN JURNALISME WARGA DI KOMPASIANA / Catatan Dari Hati
Pingback: KOMPASIANIVAL 2011 : SERU, MENYENANGKAN & INSPIRATIF / Catatan Dari Hati
wih ini kisah bersejarah bgt 😀 sayang waktu itu ga ikut
Para master blogger indonesia, salut saya sama kalian, walaupun sudah tua tapi ssemangat masih muda
wah ada juga yaaa, lumayan menginspirasi
Pingback: SATU DEKADE KOMPASIANA DAN UPAYA MENYIASATI ZAMAN YANG TERUS BERUBAH – Catatan Dari Hati