Kejadian 7 tahun silam kembali membayang hari ini, saat menulis entry blog memperingati kelahiran putra pertama saya Muhammad Rizky Aulia Gobel, 25 November 2009. Saya masih ingat betul momentum-momentum indah dan mengesankan itu, seperti bagaimana terkejut dan terpukulnya saya ketika dr.Nining Haniyanti, SpOG yang menangani persalinan istri saya menyatakan bahwa jalan terbaik dan masuk akal yang mesti dilakukan untuk menolong kelahiran anak pertama saya–yang sudah kami nantikan setelah 3 tahun masa pernikahan–adalah melalui operasi Caesar.
Saya masih tidak percaya dan yakin persalinan istri saya akan berjalan normal. Namun akhirnya saya menyerah ketika dr.Nining menyatakan secara medis anak pertama saya itu mesti keluar “lewat jendela” karena kondisi fisik istri saya tidak memungkinkan. Saya menggenggam erat tangan istri saya untuk menguatkan hatinya serta mengalirkan ketenangan menghadapi saat-saat penting itu. Perlahan saya mengelus perutnya pula dimana buah hati kami berdua bersemayam dan siap menyapa dunia hanya dalam hitungan beberapa jam kedepan.”Insya Allah, anak kita akan lahir selamat dan akan menemani kita disaat-saat akhir Ramadhan tahun ini. Jangan khawatir, saya akan temani kamu melalui ini, ” ucap saya lirih seraya mengecup kening istri saya yang hanya mengangguk pelan. Ketegangan terlihat diwajahnya. Sementara dada saya berkecamuk oleh berbagai perasaan : takut, panik dan cemas, campur aduk jadi satu.
Dengan tangan gemetar saya menandatangani surat persetujuan operasi. Saya sangat cerewet ketika itu untuk bertanya pada para perawat untuk meyakinkan bahwa proses operasi Caesar dilaksanakan sebaik dan sesempurna mungkin. Memasuki ruang operasi batin saya tersentuh ketika istri saya mencium tangan, seperti pamit. “Kalau ada sesuatu yang buruk terjadi nanti, paling tidak saya sudah pamit,” katanya pelan. Wajahnya terlihat pucat. Saya kembali mencium keningnya dan menyatakan semuanya akan berjalan dengan lancar, tak usah khawatir.
Proses kelahiran putra pertama itu saya abadikan di blog, yang juga menjadi momentum awal pertama kali saya memasuki dunia blogging yang saya akrabi hingga kini. Nama Rizky sudah saya siapkan sebelumnya sebagai manifestasi rasa syukur tak terhingga dari kami atas anugerah terindah dari sang Pencipta Allah SWT setelah kami menunggu 3 tahun lamanya. Rizky lahir kedunia hari Senin,25 November 2002 pukul 01.45 dinihari dengan berat 3,75 kg dan panjang 51 cm. Usai mengumandangkan azan dan Iqamat ditelinganya, tak terasa mata saya basah. Dada saya sesak oleh keharuan yang menyeruak. Rasanya begitu lengkap karunia yang diberikan Allah SWT kepada hambaNya dibulan suci ini. Dan begitulah, hari itu, saya menyantap hidangan sahur paling nikmat di warteg dekat rumah sakit dengan rasa gembira yang meluap-luap.
Kini, 7 tahun telah berlalu. Rizky semakin tumbuh besar dan menjadi siswa kelas satu SD Islam Terpadu An-Nur Cikarang. Seperti baru kemarin saya merasakan tendangan-tendangan halusnya di perut ibunya dan kini putra tertua saya ini tumbuh menjadi bocah cilik yang kritis, gemar membaca dan periang. Ia selalu bertanya banyak hal yang kerapkali membuat saya dan ibunya kelabakan. Ia pun mewarisi hobi saya membaca dan kini tengah saya ajari untuk menulis agar bisa mengisi blognya sendiri yang saya sudah siapkan di www.daenggammara.com.
Hari ini, kami sekeluarga memperingati Ulang Tahun Rizky ketujuh secara sederhana dirumah.
Selamat Ulang Tahun ya nak, semoga menjadi anak yang sholeh dan berbakti serta Allah SWT senantiasa akan menjagamu, melindungimu dan membantu mewujudkan mimpi-mimpimu.










Met milad Rizky, mempunyai orang tua seperti Daeng dan istri tentunya pasti membanggakan. Semoga mimpi dan harapan orang tuamu terhadapmu dapat kamu wujudkan kelak ^^
Selamat ulang tahun, sehat dan panjang umur, semoga jadi anak yang bisa membanggakan bagi orang tuanya. Amin..
Met ulang tahun ya, Rizky 🙂 Segala yang terbaik untukmu, deh hehehehe…
Btw,
Met Idul Adha yaaa 😀
Yang rencana naik Haji, semoga terkabul di lain kesempatan. Banyak do’a, banyak berkah!