Kisah yang kau rajut pada rinai tarian hujan sore ini
Adalah gemerlap mimpi dan getir kesedihan
yang mengalun pelan menyusuri relung hati, selasar waktu
dan derap putus asa yang luruh dalam hening
Hujan, katamu, kerapkali telah memerangkapmu dalam pilihan-pilihan sulit
Apakah akan memaksakan diri berlari menembusnya
atau menunggu hingga reda sembari mengumpat kesal
Dan selalu, pada akhirnya, kau akan memutuskan
untuk tetap menanti
: menikmati air menimpa dan merambati genting, helai dedaunan, pucuk pepohonan
lalu membasahi tanah
seraya mengenang kisah tentang kita
yang terlihat samar dari balik tarian hujan dan
kelopak matamu yang membasah
Jakarta, 260110
Sumber Gambar : Re-Post from Yahoo Mim
Related Posts

Barangkali, kepanikan yang melanda dirimu
hanyalah serupa gerhana
yang melintas sekilas
lalu pergi meninggalkan sebaris jelaga di hatimu
bersama tangis getir disepanjang jejaknya
Sementara dia, yang berjarak dengan rindu padamu
tersenyum sembari membawa cahaya musim semi
meninggalkan ...
Posting Terkait
Ketika harapan tak terjelmakan dan ilusi tentangmu hanyalah bagian
dari noktah kecil yang bersinar redup di langit malam,
maka segala impian yang telah kita bangun mendadak sirna diterpa angin
sementara kerlip kunang-kunang tetap tak ...
Posting Terkait
Pada senja yang termangu
Kita menyaksikan mentari rebah di pelupuk cakrawala yang redup mengatup hari
Dan camar terbang dengan sayap ringkih memekik pilu di langit merah
seakan mewakili setiap kehilangan yang terurai perlahan
bersama ...
Posting Terkait
Kenangan itu selalu berjalan tertatih dalam benak
meniti sebuah perjalanan panjang tentang sebuah rasa yang tertinggal
pada relung hati dimana sunyi bersemayam bersama rindu
"Kadangkala," katamu,"pada lirih sajak yang kuterbangkan bersama angin
senantiasa ada ...
Posting Terkait
einginan saya untuk membuat musikalisasi puisi-puisi yang pernah saya tulis masih tetap membara dalam hati meskipun hingga saat ini masih belum jua terwujud. Sebuah ide mendadak terbit di benak seusai ...
Posting TerkaitYa Allah,
Pada Teduh MaghfirahMU
Aku luluh terharu dalam sujud panjang
Mengharap ampunan dan RidhaMU yang tak bertepi
Pada bentang cakrawala, lengkung bianglala, bening kilau embun direrumputan
bahkan pada jernih airmataku
yang menitik pelan diujung sajadah di ...
Posting Terkait
Putriku sayang, apa yang sedang kau lamunkan di serambi depan menjelang senja?
sepoi angin menggoyang-goyangkan beberapa helai rambut di keningmu
dan kau tersenyum sekilas menyaksikan mentari tenggelam
menyisakan cahaya redup keemasan dibalik tembok ...
Posting Terkait
Selalu, pada setiap makna yang terungkap, ada getar rasa yang tak terkatakan
pada setiap kata yang disampaikan, ada dawai ilusi yang berdentang jauh
riuh, lalu menyisakan senyap damai, kadang perih di sanubari
Dan ...
Posting Terkait
Sepagi ini kita bercakap tentang hujan
yang jatuh dari langit laksana hunjaman jarum-jarum air
Pada tanah basah tempat kita berpijak.
dan rindang pepohonan dimana kita berdiri dibawahnya
"Sebagaimana setiap kisah pilu dituturkan," katamu perih,"Seperti ...
Posting Terkait
Kerapkali kita menyempatkan diri duduk diberanda
bercakap tentang hal-hal tak penting dan upaya-upaya menanggulangi kegetiran
seraya menatap gelap yang luruh perlahan dipelupuk mata
dan kunang-kunang melintas anggun membawa kerlip harapan
sementara rindu memantul-mantul gemas ...
Posting TerkaitPUISI : TENTANG DIA, YANG BERJARAK DENGAN RINDU
PUISI : RESIDU RINDU
PUISI : PADA SENJA YANG TERMANGU
PUISI : SAAT INDAH MENGENANGMU
VIDEO PUISI, SEBUAH EKSPERIMEN BARU
PUISI : LURUH DALAM TEDUH MAGHFIRAH-MU
PUISI : PADA SEPOI ANGIN DI BERANDA (Selamat
PUISI CINTA BUAT ISTRIKU
PUISI : MENARI DI LINTASAN PELANGI
PUISI : KITA TELAH MENOREH MALAM DENGAN ANGAN-ANGAN
Daeng, kunjungan pertama ku ke blog ta. Blog nya keren. Mau sekalika kodong punya blog bagus seperti ini.
Saya add ki’ di blog roll ku nah.
Wassalam
Cipu
hujan selalu indah ya mas ^^
pun tulisan ini….
meski kadang hujan jg menghadirkan aroma tanah basah yg mengusik kenangan pedih 🙁
puisi ini bisa dimaknai sindiran halus banjir Jakarta, karena akhirnya adalah menangis seperti warga Jakarta yg tertimpa musibah banjir itu..keren om, ga tau deh makna dibalik puisi ini sebenarnya, hanya Tuhan dan om Daeng yang tau, he he