RUMAH BACA MUTIARA MANDIRI DAN SPIRIT “LASKAR PELANGI” MASA KINI

Anak-anak Rumah Baca Mutiara Mandiri Bernyanyi diiringi KPJ (Kelompok Pengamen Jalanan) Bekasi diatas panggung acara Buka Puasa Bersama BeBlog, Sabtu (29/8) - Foto: Aris Heru Utomo

Begitu sederhana ruang belajar itu. Namun saya merasakan “aura” semangat menyala-nyala didalamnya.

Ruang seluas 4 x 3 meter tiba-tiba mengingatkan saya pada kamar kontrakan di Pulogadung dulu, 14 tahun silam ketika masih menjadi karyawan PT Kadera Ar Indonesia. Sempit dan pengap. Pada dindingnya yang kusam dipasang poster perkalian dan pembagian serta gambar Upin dan Ipin sedang tertawa gembira. Di lantai tergeletak sebuah tikar lusuh berwarna biru dan di samping pintu sebuah kipas angin berputar pelan. Di bagian belakang, terdapat kamar mandi kecil bagi guru dan siswa. Di pojok belakang ada sebuah dispenser dengan air galon isi ulang berisi setengah.

Disitulah harapan anak-anak disemaikan dan ditumbuhkan.

Pada tiga ruang “kelas” berukuran 4 x 3 meter yang ketika dibuka pintunya langsung berhadapan dengan sebuah tembok tinggi nan kokoh. Inilah Rumah Baca Mutiara Mandiri yang digagas pertama kali oleh Pak Tony dan istrinya ibu Omah, 3 tahun silam.

Saya berkesempatan mengunjungi rumah baca ini bersama kawan-kawan komunitas Blogger Bekasi yang dipimpin oleh Ketuanya Mas Aris Heru Utomo  seusai menyelenggarakan Buka Bersama BeBlog di depan kantor Dusun 1 Desa Jatimulya Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi.  Letak rumah baca Mutiara Mandiri  dapat dijangkau dengan berjalan kaki sekitar 15 menit dari lokasi acara buka puasa, melewati pemukiman padat penduduk dan kolam pemancingan ikan. Sekitar 25 orang panitia acara serta anggota BeBlog mengunjungi rumah baca tersebut beramai-ramai.

Murid Rumah Baca Mutiara Mandiri sedang belajar (foto : Adyanti Rahmarina)
Ibu Omah mengajar seorang anak di ruang kelas Rumah Baca Mutiara Mandiri (foto : Adyanti)

Anak-anak pengamen, buruh pabrik, supir angkot, tukang ojek bahkan pengangguran menjadi peserta didik di Rumah Baca Mutiara Mandiri yang menempati 3 “kamar petak” yang dimiliki oleh ayah Pak Toni tersebut. Anak-anak usia pra sekolah itu diajarkan membaca dan menulis secara bergiliran 10-14 anak tiap satu jam di masing-masing 3 “ruang kelas”.

“Total ada 186 orang anak yang kami didik disini, dimulai pukul 07.00 pagi sampai jam 17.00 sore, setiap hari. Bahkan kadang sampai malam hingga pukul 20.00,” ujar ibu Yani, salah satu dari 4 orang guru disana.

“Syukurlah,” lanjut Bu Yani lagi,”setelah tahun ketiga ada sedikit peningkatan. Bila dulunya belajar sambil duduk lesehan di lantai, sekarang para murid kami sudah duduk di kursi. Juga ada tambahan buku-buku dari donatur serta kipas angin”.

Saya mengangguk-angguk mafhum.

“Lantas, berapa orang tua murid harus bayar bu untuk  biaya sekolah disini?”, tanya saya penasaran.

“Seikhlasnya, pak”, sahut bu Yani sambil tersenyum.

“Seikhlasnya?, Maksudnya apa bu?”. Saya mendadak bingung.

Lagi-lagi bu Yani tersenyum.

“Kita menyesuaikan dengan kemampuan mereka pak. Tidak dipaksakan harus dibayar dalam jumlah tertentu. Pokoknya berapapun yang mereka mampu bayar, kita terima. Bahkan ada diantaranya tidak bisa membayar biaya sekolah karena ketidakmampuan ekonomi , tapi kita tetap mempersilahkan sang anak belajar bersama kami disini, tanpa ada pengecualian”.

Saya berdecak kagum. Sungguh besar dedikasi guru-guru disini untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan.

“Tempat kami ini semacam bimbingan belajar, pak. Semula kita siapkan untuk anak-anak usia Taman Kanak-Kanak buat belajar membaca dan berhitung. Belakangan kita menyiapkan pula untuk kelas SD bagi yang tidak mampu melanjutkan ke sekolah itu. Hasilnya bagus. “Jebolan” Rumah Baca kami bisa melewati tahap test masuk SD malah ada salah satu guru SD yang heran, anak-anak didik kami sudah pintar membaca dan berhitung, dengan kemampuan jauh diatas anak sebayanya. Malah ada lho pak sekolah SD yang menitipkan anak didiknya belajar disini agar bisa cepat membaca,” ucap Ibu Yani lagi dengan wajah sumringah.

Luar biasa.

Dengan fasilitas yang serba sederhana, Rumah Baca ini telah mampu meraih hal-hal yang mungkin saja musykil dalam fikiran sementara orang. Ibu Yani juga menambahkan berkat bantuan gerakan SeBuai (Sejuta Buku untuk Anak Indonesia) akan disiapkan perpustakaan mini buat anak-anak didik disana yang rencananya menggunakan ruang kelas No.3. Diruang kelas yang terletak paling ujung ini, juga merupakan rumah tinggal bagi keluarga Pak Toni dan Bu Omah. Ketika pagi tiba, kasur pun digulung dan ruangan ini “disulap” menjadi ruang belajar tambahan buat anak-anak kurang mampu ini.

“Hanya saja,” kata bu Yani lagi dengan mimik sedih,”Kami takut kalau-kalau rumah petak tempat Rumah Baca Mandiri ini dijual oleh orang tua Pak Toni dan Bu Omah karena mereka rencana pindah ke Cirebon. Bila itu terjadi, dimana lagi anak-anak kami mesti belajar?”.

Saya menghela nafas panjang. Keprihatinan ikut melanda hati saya.

“Mudah-mudahan itu tak terjadi ya bu,” kata saya bersimpati.

“Terkadang Pak Toni, menyisihkan sebagian rezekinya dari hasil mengamen untuk perbaikan rumah baca ini belum lagi ibu Omah yang rela mengorbankan waktunya dari pagi hingga malam untuk mengajar anak-anak, bahkan ketika saya sendiri sudah pulang kembali kerumah,” ujar Bu Yani seperti menahan sesak haru didadanya.

Ah, saya jadi ikut terhanyut pula dalam sensasi keharuan serupa.

Tiba-tiba saya teringat apa yang dikatakan tokoh Ikal dalam novel populer “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata dihalaman 472 (adegan ketika Ikal akhirnya bertemu dengan sahabat sebangkunya Lintang, dua belas tahun kemudian dan sahabatnya yang cerdas itu mencari nafkah sebagai supir truk pasir di Belitung) :

`Dan kata-kata itu semakin menghancurkan hatiku, maka sekarang aku marah, aku kecewa pada kenyataan begitu banyak anak pintar yang harus berhenti sekolah karena alasan ekonomi. Aku mengutuki orang-orang bodoh sok pintar yang menyombongkan diri, dan anak-anak orang kaya yang menyia-nyiakan kesempatan pendidikan.‘

Rumah Baca Mutiara Mandiri yang sederhana ini berusaha menyambung mimpi anak-anak yang kurang mampu secara ekonomi dengan menyediakan pendidikan memadai, atas inisiatif sendiri, secara swadaya dengan segala keterbatasannya. Pak Toni, seorang pengamen jalanan, memang tak memiliki angan-angan muluk menjadikan rumah baca Mutiara Mandiri yang dikelolanya bersama istri tercinta, ibu Omah, menjadi sebuah lembaga pendidikan bertujuan komersil. “Kami semua ingin anak-anak yang kami didik, menjadi anak-anak yang pintar dan berakhlak baik”, demikian harapan ibu Yani saat saya dan kawan-kawan akan pamit pulang.

Ibu Yani, dan mungkin sebagian besar dari kita, mempunyai mimpi bersahaja : menjadikan generasi pelanjut bangsa ini sebagai generasi yang cerdas dan berintegritas dengan memperoleh pendidikan yang memadai tanpa harus terkendala oleh fasilitas atau masalah finansial lainnya. Apa yang telah dan sedang diperjuangkan Pak Toni, Ibu Omah, Ibu Yani, serta guru-guru sukarela di Rumah Baca Mutiara Mandiri menjadi inspirasi buat kita semua bahwa kepedulian mereka mengajar anak-anak kurang mampu dengan keterbatasan fasilitas adalah secercah harapan ditengah hiruk pikuk komersialisasi pendidikan saat ini.

“Terimakasih ya pak sudah datang menengok kami disini, kedatangannya membuat kami semua semakin bersemangat,” kata ibu Omah dengan mata berkaca-kaca saat saya menjabat tangannya.

Ada ketulusan terpancar dari mata guru yang gigih itu.

Sebuah spirit menyala dari  “Laskar Pelangi” Masa kini 

Related Posts
“VITAMIN” MOTIVASI MENGGALI POTENSI DIRI DARI MERRY RIANA
alk show Merry Riana, yang dikenal sebagai motivator ulung dan memiliki ikon "Mimpi Sejuta Dollar"tadi malam dalam acara MLD Talk-In , Rabu (20/11) di Jababeka Center, Marketing Gallery Movieland Kota ...
Posting Terkait
KISAH MUDIK 2010 (6) : GEMPA, KE KIDS FUN LAGI DAN NAIK ANDONG
Malam baru saja melewati pucuknya, Minggu (12/9) ketika guncangan itu tiba-tiba terjadi. "Gempa !! Gempa !!", seru adik ipar saya, Ahmad, yang "sense of awareness"-nya sudah sangat tinggi karena lama tinggal ...
Posting Terkait
SEPASANG TELINGA SELUAS SAMUDERA
"When you listen, you offer a package of the most valuable healing gifts you can give: compassion, consolation, and forgiveness".  -- James Kullander, taken from Gaia Community Website Menjelang tidur malam, usai ...
Posting Terkait
HUT KETIGA BLOGGER BEKASI : DARI BERINTERNET AMAN SAMPAI KIAT JADI BLOGGER SUKSES MULIA
abtu (8/9) kemarin adalah menjadi hari istimewa bagi Komunitas Blogger Bekasi. Bertempat di Balai Patriot Kompleks Kantor Pemerintah Kota Bekasi, dilaksanakan peringatan Hari Ulang Tahun ketiga komunitas yang lahir pada ...
Posting Terkait
MARI BERBAGI KABAR DAN EKSPRESI DI RIPPLE, JURNALISME WARGA BERBASIS LOKASI
"ertemuan" saya pertama kali dengan media sosial Ripple ini terjadi secara tak sengaja. Saat mencari aplikasi di Google Play, saya tiba-tiba terdampar di aplikasi yang mengusung tema "Post and discover ...
Posting Terkait
SEPERTI JANJI MATAHARI (Untuk Ananda Alya Dwi Astari)
Jejak lampau yang telah engkau lewati, anakku menjelma serupa cahaya mengiringi langkahmu kedepan seiring dentang usia dan gerimis November serta pendar bening bola matamu menatap jauh masa depan yang terbentang dan tak mudah Seperti janji ...
Posting Terkait
ANJANGSANA BLOGGER CIKARANG KE OMAH BURUH : MENGGAGAS SINERGI DASHYAT 2 KOMUNITAS
amis malam (5/7) minggu lalu, saya bersama Pak Ceppi Prihadi (Ketua Komunitas Blogger Cikarang) berkesempatan untuk melakukan anjangsana ke Omah Buruh, "markas besar" komunitas serikat pekerja di Cikarang yang berlokasi ...
Posting Terkait
PENGALAMAN MENCONTRENG : DARI BRONDONG KADALUARSA SAMPAI DPT “COPY PASTE”
Tepat pukul 10.00 pagi pada Hari Kamis(9/4), kami sekeluarga berangkat ke TPS (Tempat Pemungutan Suara) 23 yang berlokasi di Sekretariat RW 10 Jl.Tarum Barat Raya Perumahan Cikarang Baru (kira-kira ...
Posting Terkait
Konvoi Sweeoing Buruh yang lewat melintasi depan kantor saya tadi pagi, Jum'at (20/1)
agi ini aksi demo buruh di Cikarang kembali terjadi. Menyusul demo yang terjadi kemarin (seperti yang saya tuliskan disini) tampaknya aksi buruh yang terjadi kali ini bergerak dengan lebih massif dan ...
Posting Terkait
BUKU “SHOCKING JAPAN” : DAYA KEJUT JEPANG DAN SENSASI YANG MENGIKUTINYA
Judul Buku : Shocking Japan (Sisi Lain Jepang yang Mengejutkan) Penulis : Junanto Herdiawan Penerbit : B-First (PT Bentang Pustaka) Penyunting : Sophie Mou & Ikhdah Henny Halaman : x + 162 halaman ISBN : ...
Posting Terkait
BELAJAR FOTOGRAFI DAN MEMOTRET DENGAN HATI DI CITOGRAPHY
Komunitas Fotografi Cikarang akhirnya terbentuk juga. Berawal dari obrolan soal fotografi di mailing List Cikarang Baru disertai diskusi soal foto-foto yang ditayangkan disana, terbit keinginan untuk menggalang potensi para pecinta ...
Posting Terkait
RESENSI BUKU DEMONSTRAN DARI LORONG KAMBING : KIPRAH MONUMENTAL SANG AKTIVIS KAMPUS”KEPALA ANGIN”
Judul Buku : Demonstran Dari Lorong Kambing Karya : Amran Razak Penerbit : Kakilangit Kencana Cetakan : Pertama, 2015 Jumlah Halaman : 285 ISBN : 976-602-8556-48-4 mran Razak adalah legenda, juga sebuah fenomena... Nama beliau sudah lama ...
Posting Terkait
KOMUNITAS KOPROL CIKARANG RESMI BERDIRI
Suasana di lantai 2 Restorant Kentucky Fried Chicken Sentra Grosir Cikarang (SGC) begitu meriah dan semarak, saat saya tiba disana, siang tadi, Selasa (15/2) untuk menghadiri kopdar dan peluncuran perdana ...
Posting Terkait
SUKSES, PENYELENGGARAAN KONSER AMAL DI CIKARANG
Cuaca begitu bersahabat di hari Minggu (25/4) saat saya dan si sulung Rizky tiba di area penyelenggaraan Konser Amal Cikarang tepatnya di depan JM Music School Ruko Pavilion Niaga Jl.Tarum ...
Posting Terkait
PUISI : SEMESTINYA, ENGKAULAH SEMESTAKU
Semburat cahaya senja merah jingga menerpa sendu wajahmu ketika jemari lentikmu lemah menuding langit Pada sebuah titik yang engkau namakan "ujung penantian" dan tak pernah bisa kumaknai secara jelas apakah itu akan menjadi akhir ...
Posting Terkait
PERAYAAN 50 TAHUN USIA PERNIKAHAN AYAH BUNDA
Hari Minggu (26/3) kediaman orang tua saya di Bumi Antang Permai terlihat begitu meriah. Sebuah tenda besar berdiri dengan jajaran kursi 200 buah terhampar di depan rumah. Seketika semangat saya ...
Posting Terkait
“VITAMIN” MOTIVASI MENGGALI POTENSI DIRI DARI MERRY RIANA
KISAH MUDIK 2010 (6) : GEMPA, KE KIDS
SEPASANG TELINGA SELUAS SAMUDERA
HUT KETIGA BLOGGER BEKASI : DARI BERINTERNET AMAN
MARI BERBAGI KABAR DAN EKSPRESI DI RIPPLE, JURNALISME
SEPERTI JANJI MATAHARI (Untuk Ananda Alya Dwi Astari)
ANJANGSANA BLOGGER CIKARANG KE OMAH BURUH : MENGGAGAS
PENGALAMAN MENCONTRENG : DARI BRONDONG KADALUARSA SAMPAI DPT
LAGI, DEMO BURUH TERJADI KEMBALI DI CIKARANG HARI
BUKU “SHOCKING JAPAN” : DAYA KEJUT JEPANG DAN
BELAJAR FOTOGRAFI DAN MEMOTRET DENGAN HATI DI CITOGRAPHY
RESENSI BUKU DEMONSTRAN DARI LORONG KAMBING : KIPRAH
KOMUNITAS KOPROL CIKARANG RESMI BERDIRI
SUKSES, PENYELENGGARAAN KONSER AMAL DI CIKARANG
PUISI : SEMESTINYA, ENGKAULAH SEMESTAKU
PERAYAAN 50 TAHUN USIA PERNIKAHAN AYAH BUNDA

3 Replies to “RUMAH BACA MUTIARA MANDIRI DAN SPIRIT “LASKAR PELANGI” MASA KINI”

  1. Liputan yang sangat menarik, Daeng… Saya juga sempat melihat langsung rumah baca ini pada pagi hari sebelum acara buka puasa bersama.. Memang sangat memprihatinkan keadaan yang terjadi seperti di dalam liputan Daeng.. Semoga mereka terus bisa memperjuangkan hak anak-anak kurang mampu..

    1. Benar Mas Irfan, saya juga ikut mendoakan agar Pak Toni dan jajaran guru disana terus berjuang memberikan hak pendidikan bagi anak-anak kurang mampu di Rumah Baca Mutiara Mandiri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.