BENCANA BANJIR DAN RIUH RENDAH LAPORAN WARGA DI MILIS CIKARANG BARU
Bencana Banjir dashyat yang terjadi kemarin (21/10) di Perumahan Cikarang Baru menjadi topik pembicaraan hangat dikalangan penggiat mailing list (milis) Cikarang Baru Kota Jababeka. Sejak kawasan Cikarang dan sekitarnya mulai mendung, hingga hujan deras melanda sampai banjir menggenangi tempat saya dan keluarga tinggal tersebut, perkembangan terakhir dilaporkan oleh kawan-kawan anggota milis.
Tak tanggung-tanggung, tidak hanya reportase ala jurnalis kawakan, laporan mereka bahkan dilengkapi dengan foto-foto untuk memperkuat konten tulisan. Komentar-komentar serius maupun lucu saling menanggapi dalam posting tentang “Hujan dan Petir” di Cikarang.
Ramai dan saling bersahut-sahutan.
Dengan fasilitas smart phone seperti Blackberry yang dimiliki oleh anggota milis sangat memungkinkan untuk melakukan update informasi dalam sekejap. Ditengah hujan yang lebat dan arus air, beberapa kawan milis ikut “berjibaku” mengambil gambar dengan kamera sakunya untuk kemudian mengunggahnya ke milis (beberapa fotonya, meski dengan kualitas ala kadarnya namun memiliki unsur dramatis yang hebat saya ikut tampilkan disini). Terus terang, saya jadi ikut-ikutan tegang membaca dan terbawa suasana yang terjadi meski ketika itu saya sedang terjebak di kantor saya di Cilandak menunggu hujan dan angin benar-benar reda. Di atas bis sekalipun dalam perjalanan pulang saya tak henti-hentinya menyimak kabar berita terbaru soal banjir di Cikarang Baru melalui handphone saya.
Inilah sebuah fenomena menarik ketika warga, orang biasa, bukan wartawan profesional, berada di garda terdepan berbagi informasi bermanfaat dengan dukungan piranti komunikasi yang makin canggih. Mereka menggunakan elemen-elemen jurnalistik–dalam tahap paling sederhana sekalipun–menyampaikan berita dan informasi terkini kepada sekitarnya. Tipe jurnalisme seperti ini, seperti yang saya kutip dari Wikipedia Indonesia, akan menjadi paradigma dan tren baru tentang bagaimana pembaca atau pemirsa membentuk informasi dan berita di masa mendatang. Perkembangannya di Indonesia dipicu ketika pada tahun 2004 terjadi tragedi Tsunami di Aceh yang diliput sendiri oleh korban tsunami. Terbukti berita langsung dari korban dapat mengalahkan berita yang dibuat oleh jurnalis profesional.
Lihat saja untaian percakapan milis berikut ini bersama foto-foto-nya:
Ceppi Prihadi, Jam 19.21, 21-10-2010
Di jalanan utama Cikarang Baru mulai dari depan Printec air sudah sekita 10 -20 cm dan makin dekat ke perempatan Hk-Wisma Mattel air makin tinggi. Di perempatan dekat VGI bahkan sudah banyak motor yang mengalami mogok
Sewaktu saya tadi melintasi jembatan Pasimal kondisi air kali cilemahabang sangat deras dan ketinggian air dari permukaan jalan sekitar 30-40 cm. Suasana sangat hiruk pikuk kendaraan tidak jelas arah tujuan karena banyak yang mogok banyak yang berputar arah dan tentu saja mencari jalan yang paling dangkal airnya.
Tetangga saya berboncengan suami istri dari Jababeka menuju arah Tapir terjebak banjir di perempatan VGI dan mengalami mogok motornya. Akhirnya sang istri berjalan dari tempat mogoknya motor menembus jalanan yang dipenuhi air dan dari Supernova hingga jembatan kawasan sempat melintasi air yang tingginya hampir sepinggangnya.
Wardoyo, 19.42, 21-10-2010
Motor saya alhamdullilah bisa tembus banjir barusan…..,walau ter batuk2.san dihadang arus deras dr puspa Yang penting panteng gas.klw mulai batuk2 tarik cuke aja..
Wawan Darmawan, 20.43, 21-10-2010
Lokasi depan ruko puspa sudah sepi..banjir setinggi paha..air deras sekali. Ruko anggrek masih aman..air hanya di jalanan. Perempatan depan BNI kearah tropikana banjir seperti danau dan air deras. Ke arah tropikana nggk bisa masuk..banyak warga jaguar di evakuasi ke arah ruko sini.
Wawan dari perempatan arah tropikana melaporkan
Ruwiyono Hadi, 00.07 WIB, 22-10-2010
Barusan pulang dari ruko Trm Brt 2 ke rmh Jaguar, air di spnjang jln Trm Brt-Clmbng-puspa 1-jaguar sdh surut tpi jln lmayan licin krn lumpur.
Sayang lampu di jaguar blm hidup.
Beberapa tahun silam saya tidak dapat menikmati sajian informasi terkini dan akurat seperti sekarang. Tak soal gaya bahasanya seperti apa, namun konten informasi yang disajikan paling tidak memberikan keterangan bahkan solusi atas persoalan. Terlebih pendekatan ala jurnalisme warga yang dilakukan lebih personal dan kolegial. Dituliskan berbasis keakraban terhadap suatu tempat atau peristiwa dan kemudian digarap dengan mengembangkan gairah bercerita dengan sudut pandang pribadi. Membuat “nilai” informasinya menjadi lebih berbeda dan “gue banget”.
Berita yang disajikan secara tulus, tanpa pretensi apapun (apalagi diniatkan jadi “headline” atau “berita panas”) , sebagai sebuah representasi masyarakat yang sadar informasi dan tentu sekaligus menjadi penyedia informasi.
Ah, saya begitu menikmati fenomena riuh rendah jurnalisme warga saat ini.
Bagaimana dengan anda?
Sumber foto hasil jepretan Pak Rivaldi, Pak Ceppi, Pak Wawan dan Pak Yani, Mailing List Cikarang Baru
jadi was -was tiap hujan nih sekarang…
numpang kenal:)