CATATAN TERTINGGAL DARI SUMPAH PEMUDA 2.0 (Bagian Pertama)
Sudah lewat seminggu lalu acaranya, namun kenangan masih membekas begitu nyata di benak. Ya, acara Sumpah Pemuda 2.0 yang digelar oleh XL, sebuah perusahaan telekomunikasi terkemuka negeri ini bertempat di Museum Kebangkitan Nasional, Kamis (28/10) sungguh merupakan sebuah momen penting yang sayang untuk dilewatkan. Rencana pelaksanaan acara ini sesungguhnya sudah saya dengar melalui Mas Iman Brotoseno saat kami bersama-sama mengikuti Blogshop dan Mini Pesta Blogger di Yogyakarta, 8-9 Oktober 2010 lalu. Saya sangat antusias, apalagi kegiatan ini akan melibatkan blogger sebagai ujung tombak acara. Kali ini saya hadir mewakili Panitia Pesta Blogger 2010 yang diundang secara khusus oleh Penyelenggara acara Sumpah Pemuda 2.0 (meski saat ini saya sendiri juga aktif sebagai penasehat Blogger Makassar, Bekasi, dan Cikarang serta jadi anggota di blog Kompasiana, Ngerumpi dan Multiply)
“Soempah Pemoeda 2.0” ini diselenggarakan bersama dengan 14 komunitas Blogger dari seluruh Indonesia (komunitas Blogger Makasar, Manado, Ambon, Kalimantan, Padang, Medan, Palembang, Surabaya, Semarang, Jogjakarta, Solo, Bandung, Jakarta dan Bodetabek). Selain itu “Soempah Pemoeda 2.0” juga menggandeng gerakan masyarakat diantaranya adalah gerakan masyarakat Indonesia Optimis dan komunitas Historia Indonesia (KHI), serta komunitas online lainnya.
Dan begitulah, saya hadir di lokasi acara beberapa saat sebelum dimulai setelah sebelumnya perjalanan saya dipandu oleh Syaifullah”Daeng Gassing”, Ketua Blogger Makassar AngingMammiri yang sudah tiba lebih dulu. Saya sendiri baru pertama kali menginjakkan kaki di museum Kebangkitan Nasional ini setelah 15 tahun merantau ke Jakarta. Setelah mengganti kemeja dengan kaos khusus Sumpah Pemuda 2.0 yang sudah disiapkan, saya masuk aula Museum. Terlihat beberapa blogger yang sudah saya kenal baik mulai dari Mas Nurul, Mas Robert, Mas Hadi Syamsul, Mas Dian Kelana, Mbak Yunika dari Kompasiana, rekan saya sesama penasehat Blogger Bekasi Om Jay atau Wijayakusuma, Mas Aris Heru Utomo (Ketua Blogger Bekasi) dan mbak Ajeng, Mbak Intan Suri dan mbak Sri Sariningdiyah dari Komunitas Blogger Multiply Indonesia, Rara sang ketua panitia Pesta Blogger 2010, Mas Bradley dari Komunitas Blogger Depok, Mbak Venus atau Simbok dari Ngerumpi.com dan sejumlah kawan-kawan blogger yang lain. Saya begitu gembira, kami dikumpulkan semua di tempat ini untuk bersama-sama menggemakan kembali spirit Sumpah Pemuda.
Rangkaian acara dibuka dengan tarian kontemporer multietnik yang begitu memikat. Empat penari wanita dengan busana daerah berbeda tampil secara atraktif dengan musik yang menghentak di atas panggung. Di akhir tarian, muncul seorang penari pria berbusana adat Bali warna hitam sekaligus menutup rangkaian tarian dengan memukau. Sebuah awal yang bagus untuk “menghentakkan” ruang kesadaran hadirin untuk memahami lebih dalam esensi kebangsaan dalam Sumpah Pemuda.
Setelah kata sambutan oleh Direktur XL yang pada saat itu pula mengajak hadirin untuk mengheningkan cipta dan berdoa untuk korban bencana di Wasior, Mentawai dan Merapi, dilanjutkan dengan Talkshow yang dipandu langsung oleh Jaya Suprana dan menghadirkan lima orang pembicara yaitu DR.Anhar Gonggong (sejarawan), Adri Subono (Direktur Java Musikindo), DR.Imam B Prasojo (sosiolog), Iman Brotoseno (Blogger/sutradara film), serta Sudiyanto (pemenang Indonesia Berprestasi dari XL).
Acara ini berlangsung menarik, apalagi dipandu oleh moderator Jaya Suprana yang kocak dan pandai menghidupkan suasana. Dalam uraiannya, sejarawan Anhar Gonggong menyatakan esensi Sumpah Pemuda yang dicanangkan pada Kongres Pemuda Kedua adalah keinginan dan semangat beridentitas satu. “Ketika itu, yang datang dalam Kongres adalah Organisasi Pemuda berazas etnik, dari berbagai daerah. Namun semuanya akhirnya sepakat untuk menanggalkan ego kedaerahan masing-masing untuk menggalang kekuatan bersama dalam semangat persatuan. Spirit ini juga terlihat dalam momen kali ini, dimana pemuda-pemudi dari beragam komunitas blogger daerah berbeda merevitalisasi makna sumpah pemuda di era cyber dengan cara sendiri sesuai situasi zamannya. Ini layak diapresiasi,”kata DR.Anhar Gonggong dengan mata berbinar.
Sementara itu sosiolog DR.Iman Prasodjo, sempat menyindir hadirin yang terkesan tidak benar-benar menyimak talkshow karena asyik dengan piranti telekomunikasi masing-masing melakukan update status di jejaring sosial media. “Peranan sosial media, memungkinkan seseorang yang berada ditempat ini, ditempat talkshow ini, juga bisa berada ditempat lain diwaktu yang sama. Kecanggihan teknologi memungkinkan hal itu terjadi saat ini, sehingga apabila dulu, publikasi dan informasi Sumpah Pemuda begitu lambat, maka sekarang, apa yang sedang terjadi bisa dipublikasikan langsung secara aktual pada seseorang atau ribuan orang yang jaraknya sangat jauh dari tempat kita berada,”ujar Imam yang menyelesaikan gelar Doktor jurusan Sosiologi Brown University Providence Rhode Island pada tahun 1997. “Ini bukan sebentuk anti sosial, tapi sebuah wujud generasi multitasking. Pokoknya yang penting tetap menjaga etika bersosialisasi”, tambah Imam sambil tersenyum.
Di kesempatan berikutnya Adrie Subono, pemilik Java Musikindo mengungkapkan kekagumannya pada era social media dan keajaiban internet yang terjadi saat ini. “Saya bisa menjual tiket pertunjukan musik yang saya promotori dengan biaya murah dan cepat, dengan menggunakan jejaring sosial di Twitter. Follower saya langsung memberikan konfirmasi pembelian pada saya secara real time tanpa perlu birokrasi yang ribet. Ini sangat luar biasa dan merupakan berkah yang patut disyukuri”, ucap Adrie yang sudah berhasil mendatangkan penyanyi-penyanyi top mancanegara ke Indonesia.
Turut berbagi sharing Mas Sudiyanto, sang pemenang Indonesia Berprestasi Award dan juga penemu pompa yang memiliki daya dorong air hingga 100 meter ke atas tanah tanpa listrik. Pompa air temuannya merupakan pompa air tenaga air. “Saya ini bukan sarjana teknik, hanya lulusan Madrasah Aliyah dan tidak pernah kuliah. Namun, kerja keras dan ketekunan, serta niat tulus mencari solusi bagi orang lain membuat saya terpacu untuk membuat inovasi-inovasi yang berguna bagi orang banyak, meski pada awalnya banyak yang mencibir, saya orang gila. Semoga apa yang saya raih ini bisa menginspirasi banyak orang,” ujar Sudiyanto dengan nada optimis.
“Nasionalisme yang ada saat ini menjadi lebih “cair” dengan adanya era sosial media,”kata Iman Brotoseno mengungkapkan pendapatnya. “Bila dulu,”lanjut sutradara film ini,”Nasionalisme berarti upaya melawan penjajahan dan imperialisme, maka saat ini, Nasionalisme bermakna sebagai upaya melawan kemiskinan dan kebodohan untuk mencapai kemakmuran bangsa. Social media berperan penting dalam hal ini untuk membuka peluang agar interaksi antar individu dalam menyuarakan semangat kebangsaan menjadi lebih luas”.
Disela-sela acara, saya sempat “diculik” oleh mbak Sri Sariningdiyah, Ketua Komunitas Blogger Multiply Indonesia dan juga penyiar radio DFM untuk diwawancarai bersama simbok Venus, publisher Ngerumpi.com secara on air.
Kami melakukan wawancara di sebuah tempat yang agak sepi dibelakang museum. Saya diwawancarai dalam kapasitas sebagai blogger dan juga Panitia Pesta Blogger 2010 sementara mbak Venus mengenai situs Ngerumpi.com yang banyak mengangkat persoalan perempuan yang diasuhnya bersama mbak Silly.
Setelah wawancara selesai, kami masuk kembali keruangan dan disaat itulah prosesi pembacaan Sumpah Pemuda oleh 14 perwakilan Komunitas Blogger seluruh Indonesia dibacakan secara serentak dan disaat yang sama disebar luaskan melalui jejaring sosial Twitter dan Facebook (saya telah menuliskan hal tersebut disini)
Usai Sumpah Pemuda dilaksanakan, sang pemilik dan penggagas Museum Rekor Indonesia (MURI), Jaya Suprana naik kepanggung menganugerahkan Piagam MURI kepada XL Axiata sebagai penyelenggara Deklarasi Sumpah Pemuda 2.0 yang melibatkan peserta online terbanyak. Tercatat sedikitnya 90.000 akun di jejaring sosial telah ikut mengumandangkan kembali teks Sumpah Pemuda 1928 secara online dalam acara yang diinisiasi oleh XL ini.
Sebagai penutup rangkaian acara, tampil violis Lita Liviani mengiringi lagu “Tanah Airku” yang dinyanyikan oleh salah seorang karyawati XL. Suasana terasa begitu syahdu dan saya terbawa keharuan yang melingkupi batin ketika lagu itu didendangkan dengan penuh perasaan.
Acara seremonial Sumpah Pemuda 2.0 telah usai. Tapi rupanya ini bukan merupakan akhir dari segalanya. Masih ada acara berikutnya yang tak kalah seru. Silahkan simak lanjutannya di posting berikut..
(bersambung)
Sayang sekali saya tidak bisa hadir, namun lewat teknologi saya bisa merasakan suasananya. Simak kisahnya di link dibawah ini. Terima kasih.
http://harris-maulana.blogspot.com/2010/11/menjadi-saksi-soempah-pemoeda-20-di.html
waktu di sana kita nonton ekstra film, judulnya apa ya? lupa aku
hey, tulisannya bagus. Nice….
Btw selamat yah jadi juara. Oh yah cara kamu ngubungi panitia buat dapet hadiahnya gimana? Soalnya saya juga menang. Gimana yah biar bisa ngambil hadiahnya?? Plis bales aja ke blof saya atau immanuel.lubis@gmail.com