TARI GANDRANG BULO, KRITIK SOSIAL DAN KENANGAN 34 TAHUN SILAM

Tarian Gandrang Bulo dalam acara Pesta Blogger 2010Pagelaran Tari Gandrang Bulo yang spektakuler dalam ajang Pesta Blogger 2010 yang dilaksanakan tanggal 30 Oktober 2010 silam di Rasuna Episentrum Walk, telah membangkitkan kenangan saya pada sebuah waktu 34 tahun silam. Saat itu, saya bersama kawan-kawan di TK Aisyah Makassar menarikan tarian tersebut di TVRI Makassar. Saya masih ingat betul, menjelang pertunjukan yang merupakan debut pertama saya tampil di layar kaca, ibu mendandani saya dengan serius. Segala detail diperhatikan, termasuk mengoleskan bedak di pipi dan merapikan songkok khas penari yang menjulang.  Pokoknya sang putra sulung tercinta mesti tampil setampan mungkin dengan kostum khas ala Makassar yang eksotik.

Saya (paling kiri) bersama kawan-kawan TK Aisyah Makassar menarikan Gandrang Bulo, 1976

Kurang lebih sebulan lamanya kami berlatih tarian bertempo cepat dan kocak itu disekolah. Seorang pelatih khusus didatangkan. Saya lupa namanya, namun saya masih ingat ekspresi wajah lelaki itu yang ramah dan murah senyum. Kami kerapkali tertawa terpingkal-pingkal ketika ia memberi contoh cara bertingkah laku lucu dalam tarian Gandrang Bulo. Kami pun kemudian berusaha menirukan gerak-geriknya.

Ini merupakan sebuah penampilan yang cukup bergengsi dan saya bangga menjadi satu diantara sekian banyak murid TK Aisyah terpilih menarikan Gandrang Bulo yang kelak akan dinikmati banyak pemirsa televisi. Konon, agar si putra sulung tercinta bisa disaksikan menari di Televisi, ayah saya sampai meminta teman-teman kerjanya di Departemen Pertanian Makassar menonton acara yang diadakan mulai jam 17.00 sore itu.

Gandrang Bulo, adalah kesenian rakyat yang menggabungkan unsur musik, tarian dan dialog kritis nan kocak merupakan sebuah tarian terkenal dengan gerak dinamis dan seringkali dipentaskan dalam acara-acara perhelatan besar baik di Makassar, Nasional bahkan Internasional. Pementasan gandrang bulo diiringi musik tradisional yang terdiri dari potongan bambu yang diadu secara serentak, gendang, dan suling atau alat gesek tradisional Makassar. Para pemain gandrang bulo mengenakan pakaian tradisional. Pemain membawakan karakter lucu seperti orang idiot atau orang kampung yang lugu berhadapan dengan pemeran pejabat atau orang berkuasa yang angkuh. Orang idiot dan orang kampung itu selalu berhasil mencibir si pejabat. Begitu lucu gerak-gerik para pemain sehingga orang yang dikritik pun ikut tergelak tertawa. Terkadang kritikan seniman gandrang bulo begitu keras. Namun dikemas dalam banyolan segar yang mengundang gelak tawa.

“Gandrang Bulo menjadi tempat mengeluarkan unek-unek mereka, merespon kondisi sosial di sekitarnya,” demikian kata Djumakkara, seorang pimpinan grup Gandrang Bulo Remaja Paropo seperti yang saya kutip dari link ini. Menurutnya, sebagian besar seniman Gandrang Bulo berasal dari masyarakat pinggiran yang acapkali menghadapi kesulitan-kesulitan saat berhadapan dengan para pejabat seperti kepala desa, tentara, dokter atau oknum-oknum pemerintah yang tak menghiraukan mereka. “Merasa tak berdaya mereka tak menyikapi langsung dalam kehidupan nyata, tapi dengan cerdas menampilkannya di atas panggung,” lanjut Djumakkara.

Pada awalnya Gandrang Bulo sebenarnya sekadar tarian yang diiringi oleh gendang. Seiring waktu tarian ini diiringi pula lagu-lagu jenaka, dialog-dialog humor namun sarat kritik dan ditambah gerak tubuh yang mengundang tawa. Kadangpula diselipkan Tari Se’ru atau Tari Pepe pepeka ri makka yang acap kali tampil sendiri di berbagai panggung pertunjukan, namun begitu oleh masyarakat sekitar tetap saja ia dikenal sebagai bagian pertunjukan Gandrang Bulo.

Menurut Dg Naba, salah seorang seniman Gandrang Bulo di Makassar seperti yang saya kutip dari tulisan di Harian Fajar Sabtu 30 Juni 2007 kerjasama dengan Yayasan Desantara,  saat ini, perubahan Gandrang Bulo bukanlah hal yang aneh. Lantaran perubahan itu, tuturnya, untuk merespon dan menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada. Sekitar 1942, misalnya, ketika perang melawan penjajah berkobar, kaum seniman pun tak mau kalah. Mereka membangun basis-basis perlawanan dari atas panggung.

Gandrang Bulo pun disulap bukan sekadar tari-tarian, melainkan tempat pembangkit semangat perjuangan dengan mengejek dan menertawakan penjajah dan antek-anteknya. Gandrang Bulo, ketika itu, lantas menjadi kesenian rakyat yang amat populer.

Baru sekitar akhir 1960-an, Gandrang Bulo mengalami kreasi ulang. Menurut Kalimuddin Dg Tombong yang juga seorang seniman asal Gowa, kreasi baru itu dikomandani oleh Dg Nyangka, seniman asal Bontonompo, Gowa. Mulai saat itu Gandrang Bulo dikenal dalam pentas-pentas tarian dalam acara-acara seremonial. Gandrang Bulo macam inilah yang belakangan ini kerap tampil di acara-acara resmi pemerintah maupun partai-partai politik. Namun begitu, meski diterpa berbagai perubahan, toh Gandrang Bulo Ilolo Gading maupun Gandarng Bulo 1942 ini tak pernah kehilangan tempat. Grup-grupnya tersebar di berbagai tempat seperti Gowa, Makassar, Maros, dan Takalar. Gandrang Bulo, demikian mengutip Kalimuddin Dg Tombong, menjadi tempat bebas seniman kampung mengekspresikan problem mereka sehari-hari.

Pada pagelaran Gandrang Bulo di arena Pesta Blogger lalu,  keharuan menikam begitu dalam di batin saya. Terbayang kembali masa kecil yang indah, berjoged lepas tanpa beban dengan senyum senantiasa mengembang lalu melontarkan dialog-dialog lucu yang kental dengan kritik disertai gerak anggota badan yang kocak. Ini sangat pas dengan representasi para blogger yang menulis lepas di blog masing-masing dengan melontarkan kritik pada fenomena sosial yang terjadi di masyarakat saat ini secara independen.

Sayang memang, dalam pagelaran Gandrang Bulo di Pesta Blogger, sound system yang merekam dialog antar penari cilik tidak begitu optimal. Juga, seyogyanya sebelum pagelaran (atau sesudahnya) bisa diberikan pengantar khusus mengenai tarian khas Makassar ini agar hadirin yang menikmati acara ini bisa mengetahui filosofi dan esensi tarian ini. Terlepas dari itu, saya sangat menghargai dihadirkannya tarian Gandrang Bulo di acara hajatan akbar Blogger Indonesia yang dihadiri 2000 orang ini, selain memperkenalkan budaya khas Makassar, juga tentu saja mengingatkan para Blogger untuk peka dan siap melakukan kritik sosial atas kondisi yang ada di masyarakat.

 

Related Posts
PUISI-PUISI ITU TELAH TEREKAM ABADI DALAM E-BOOK
Puisi-Puisi Cinta yang pernah saya tayangkan di blog ini, akhirnya bisa anda semua nikmati dan koleksi secara pribadi baik dalam bentuk soft copy maupun hard copy. Kompilasi puisi cinta ini ...
Posting Terkait
KETIKA RIZKY MENJALANI OPERASI USUS BUNTU
ada Rabu siang (11/11), anak tertua saya Rizky yang baru pulang sekolah mengeluh sakit pada perutnya di bagian sebelah kanan bawah kepada sang bunda. "Ma, sakit sekali kalau jalan, lari ...
Posting Terkait
SPIRIT KEHANGATAN DARI POTRET KELUARGA
Malam kian tua. Sudah pukul 23.30 saat itu. Dalam kesenyapan, diruang tamu, ayah menemani saya yang tengah resah karena menunggu bagasi tertinggal di Jakarta ketika pulang ke Makassar tahun silam. Kami ...
Posting Terkait
BUKU “CERITA DI BALIK NODA” : UNTAIAN HIKMAH BAHKAN DARI SEPERCIK NODA
Judul Buku : Cerita Di Balik Noda (42 Kisah Inspirasi Jiwa) Penulis : Fira Basuki Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia Halaman : xii + 235 Cetakan : Pertama, Januari 2013 ISBN :978-979-91-0525-7 aya membeli buku ini ...
Posting Terkait
PROGRAM CSR PT.CSI DIMULAI DENGAN PELETAKAN BATU PERTAMA RUANG KELAS SDN KARANGBARU 06 CIKARANG UTARA
endung menggelayut di langit Cikarang ketika saya bersama rombongan PT Cameron Service International (CSI) tiba di SDN Karang Baru 06, Cikarang, Kamis pagi (6/12). Dalam hati sempat terbersit rasa khawatir ...
Posting Terkait
KOPDAR DI WARUNG HAJI MAMINK DAENG TATA
Dari kiri kekanan: saya, Nawir Gani, Bisot, Sultra, ocha, Rara dan Munawir (foto by Daeng Rusle) KAMIS sore, 13 Maret 2008 selepas mengikuti training pengantar untuk kick-off sistem managemen supply chain ...
Posting Terkait
SELARIK KENANGAN DI BONE-BONE
SAYA menggunakan kesempatan pulang ke Makassar tanggal 24-25 November 2007 lalu untuk mencari dan mengoleksi foto-foto lama saya. Untuk menghindari kerusakan dan agar tetap lestari sepanjang masa, saya membawa beberapa ...
Posting Terkait
NGEBLOG ADALAH SALAH SATU CARA SAYA MENSYUKURI KEHIDUPAN
alam acara Blogilicious Jakarta yang diselenggarakan akhir Juni silam, saya sempat terhenyak pada pertanyaan seorang peserta kepada saya yang ketika itu membawakan materi mengenai "Tips Blogging". Peserta tersebut menanyakan, "Apakah ...
Posting Terkait
PUISI : ZIARAH PADA KELAM KENANGAN
Kita telah begitu lama mencumbu sunyi seraya menyaksikan pucuk-pucuk pohon trembesi di boulevard meliuk pelan diterpa angin pada batangnya yang kokoh kita menyandarkan harapan bermimpi keajaiban akan terjadi, memagut segala asa yang terbang dan ...
Posting Terkait
MUDIK CERIA BERSAMA IDOLA CILIK, PETER PAN DAN DIAN PIESESHA
Pagi belum sempurna benar melingkupi hari ketika kami sekeluarga bersiap mudik keYogya pada hari Senin (29/9). Kedua anak saya, Alya dan Rizky sudah siap dan sangat antusias menjajal pengalaman baru ...
Posting Terkait
JANGAN TIDUR BILA JADI KONDEKTUR
MODA Transportasi dari Cikarang--sebagai salah satu kota satelit di bagian timur ibukota negeri ini--ke Jakarta sudah semakin beragam. Tidak hanya bus-bus berkapasitas besar (misalnya Bis Mayasari Bhakti dari kota Jababeka ...
Posting Terkait
TIDURLAH SAMBIL MENGALAH!
Kedua anak saya, Rizky dan Alya memiliki gaya tidur yang sungguh sangat menakjubkan.  Juga merisaukan. Kebetulan, kami berempat (saya, istri, dan kedua anak kami itu) tidur disatu kamar yang memiliki ...
Posting Terkait
WISATA BUDAYA MADURA (2) : MENYINGKAP “MISTERI” BATIK GENTONGAN MADURA
erjalanan kami para peserta Cultural Trip Potret Mahakarya Indonesia terus berlanjut. Setelah makan siang di Bebek Songkem Bangkalan, bis yang kami tumpangi terus melaju menuju Tanjung Bumi. Sambil duduk di ...
Posting Terkait
1. Kabarkan Kotamu di CitybloggingIngin mengabarkan hal menarik tentang kotamu?. Jadilah seorang Citybloggers dengan mendaftar kesini. Cityblogging yang juga merupakan salah satu "domain" dari Asia Blogging Network membuka kesempatan ...
Posting Terkait
PENGAJIAN “3 IN 1” : KOMUNIKASI, PILAR KOKOH DALAM RUMAH TANGGA
elasa malam (10/4), kami sekeluarga menyelenggarakan pengajian "3 in 1" di rumah yang merupakan gabungan dari 3 hajatan yakni : Syukuran Ulang Tahun Perkawinan ke-13 (10 April) , Ulang Tahun ...
Posting Terkait
KETIKA PARA BLOGGER INDONESIA BERTEMU
Wimar Witoelar sedang diwawancara di sela-sela Pesta Blogger 2007. Foto: Koleksi Wimar Witoelar/Flickr. Blitz Megaplex yang berlokasi di Lantai 8 Grand Indonesia, Jakarta, pada Sabtu 27 Oktober 2007 mendadak gegap gempita dikerubuti ...
Posting Terkait
PUISI-PUISI ITU TELAH TEREKAM ABADI DALAM E-BOOK
KETIKA RIZKY MENJALANI OPERASI USUS BUNTU
SPIRIT KEHANGATAN DARI POTRET KELUARGA
BUKU “CERITA DI BALIK NODA” : UNTAIAN HIKMAH
PROGRAM CSR PT.CSI DIMULAI DENGAN PELETAKAN BATU PERTAMA
KOPDAR DI WARUNG HAJI MAMINK DAENG TATA
SELARIK KENANGAN DI BONE-BONE
NGEBLOG ADALAH SALAH SATU CARA SAYA MENSYUKURI KEHIDUPAN
PUISI : ZIARAH PADA KELAM KENANGAN
MUDIK CERIA BERSAMA IDOLA CILIK, PETER PAN DAN
JANGAN TIDUR BILA JADI KONDEKTUR
TIDURLAH SAMBIL MENGALAH!
WISATA BUDAYA MADURA (2) : MENYINGKAP “MISTERI” BATIK
YANG “MELENGKING” DARI BLOGWALKING (10)
PENGAJIAN “3 IN 1” : KOMUNIKASI, PILAR KOKOH
KETIKA PARA BLOGGER INDONESIA BERTEMU

4 comments

  • wow, saya belajar satu kepingan budaya hari ini. Sewaktu pembukaan PB2010 kemarin saya hanya menyaksikan tari Gandrang Bulo ini dari kejauhan di stand deBlogger; saya mengira tari itu hanya semacam penyambutan tamu agung oleh anak2. Namun ternyata di balik rampak gendang yg menghentak itu tampak pula kritik sosial-politik yg disampaikan secara jenaka ya.

    Menarik sekali, terima kasih utk sharingnya ya 😀

  • Gimana kalo' kita adakan Ganrang Bulo Massal di Anjungan Pantai Losari..

  • berapa jumlah penabuh dalam pentas tarian gandrang bulo ??

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.