Inilah aksi “Tomb Rider” ala Perancis di awal abad 20-an! Demikian kesan saya seusai menonton “The Extraordinary Adventures of Adèle Blanc-Sec” (selanjutnya disingkat menjadi “Adèle”) akhir pekan lalu.
Film ini diadaptasi dari serial komik Perancis bertajuk sama karya Jacques Tardi. Kisahnya diawali dengan menetasnya sebutir telur pterodactyl (dinosaurus yang dapat terbang) berumur 136 juta tahun di sebuah museum di kota Paris. Telur itu dapat menetas setelah “dibangunkan” oleh kemampuan telepati Profesor Esperandieu (Jacky Nercessian).
Alhasil, seisi kota Paris pun gaduh. Terlebih setelah kehadiran burung purba itu mendatangkan korban seorang mantan pejabat. Presiden Armand Fallieres (Gerard Chaillou), yang awalnya menganggap pterodactyl itu hanya bualan, ikut panik setelah melihat langsung keberadaan hewan tersebut. Dia pun langsung memerintahkan pengusutan terhadap kasus itu.
Tugas pengusutan jatuh ke pundak Albert Caponi (Gilles Lellouche) — seorang detektif yang lamban dan doyan makan. Dia diberi waktu 24 jam.
Pada saat yang sama, Adèle Blanc-Sec (Lousie Bourgoin) sedang sibuk berkelana ke Mesir untuk mencari mumi seorang dokter pribadi Firaun. Dia hendak membawa pulang mumi dokter itu untuk dihidupkan kembali oleh Prof Esperandieu.
Setelah dihidupkan, Adèle ingin meminta bantuan dokter itu untuk menyembuhkan sang adik Agathe (Laurede Clermont) yang mengalami koma selama lima tahun. Dengan kemampuan andalnya membaca simbol dan melacak jejak, Adèle akhirnya berhasil membawa mumi itu ke Paris meski dengan perjuangan gigih karena dihalang-halangi sang musuh bebuyutan, Dieuleveult (Mathieu Amalric).
Saya sangat menikmati film ini meski pada awalnya, alurnya sedikit rumit. Penonton pun langsung diperkenalkan kepada beragam karakter dan plot cerita terkesan membingungkan. Tetapi petualangan Adèle yang cerdas dan perkasa dalam mencuri mumi berlangsung seru dan menegangkan. Louise Bourgoin berhasil menjiwai perannya membawakan sosok yang tak hanya pandai, tegas, mandiri namun juga memiliki selera humor yang tinggi.
Efek khusus yang ditampilkan juga sungguh memukau, sehingga adegan-adegan seru dalam film ini berlangsung alami dan menakjubkan. Burung raksasa purba dengan aksinya yang menyeramkan tersaji begitu natural, demikian pula hadirnya sang mumi yang turut beraksi dengan gaya komikal begitu menyemarakkan film yang berdurasi 107 menit ini.
Tidak hanya itu tata rias untuk para pemeran pendukungnya juga tak kalah menarik sehingga menampilkan sosok yang benar-benar berbeda. Penggunaan kostum yang bersetting suasana Paris di awal abad 20-an juga sungguh menawan, belum lagi tata musik yang digarap apik yang mendukung “bangunan” kisah klasik ini.
Sebagai sebuah film fantasi, “Adèle” telah berhasil menyajikan sebuah pengalaman menonton yang sangat menghibur. Sang sutradara, Luc Besson, menggambarkan petualangan seru sang wartawan secara impresif.
Sebagai penonton saya terhanyut dalam alur cerita yang mengalir lancar dengan tidak hanya penuh ketegangan namun juga sejumlah adegan-adegan kocak yang membangkitkan tawa. Saya berharap semoga film ini dapat dilanjutkan dalam sekuel berikutnya setelah menyaksikan akhir yang “terbuka” untuk peluang tersebut.
Dikutip dari Yahoo OMG! Indonesia









