SURAT CINTA TERBUKA UNTUK ISTRIKU : “TUMBUH” MENJADI TUA BERSAMAMU (Refleksi Ultah Perkawinan ke-14)
Seperti yang sudah aku lakukan dalam 4 tahun terakhir, hari ini Surat Cinta Terbuka buatmu kutulis kembali, memperingati 14 tahun usia pernikahan kita. Aku selalu membangun sebuah “monumen” abadi tiap tahun, mengenang saat-saat bersejarah kita saat ikrar dinyatakan, janji diteguhkan dan niat dikuatkan dalam sebuah ikatan pernikahan. Sebuah “lembaga” sakral dimana kita menyemai benih-benih cinta secara konsisten lalu menuainya dengan rasa bahagia yang membuncah. Tak terlerai.
Seperti dituliskan dalam buku Plato And The Theory Of Forms, Tim Ruggiero, Philosophical Society, July 2002, Plato mengisahkan semula kita dan pasangan kita sesungguhnya dilahirkan sebagai kembar. “Mereka diciptakan Tuhan dengan dua kepala, dua leher, dua badan, dua pasang tangan, dua pasang kaki, dan seterusnya, tapi mereka hanya dikarunia satu hati, satu jiwa. Dan mereka harus berbagi”, kata Plato filsuf Yunani Kuno terkenal itu. Suatu hari, karena takdir tertentu yang tak terjelaskan, mereka harus terpisah satu sama lainnya. Namun, sejauh apapun mereka berpisah, jiwa mereka akan saling “memanggil”, saling mengirimkan sinyal untuk saling mendekat, dan kelak—bila mereka mengikuti panggilan itu—mereka akan bertemu kembali.
Mungkin saja ada yang memaknai apa yang disampaikan Plato sebagai sesuatu yang absurd dan melankolis. Tapi tidak bagiku. Kehadiranmu disisiku, selama 14 tahun ini adalah bagian dari kesatuan hati kita yang dibagi bersama dalam suasana suka dan duka sepanjang mengarungi samudera kehidupan. Kisah Adam dan Hawa yang diciptakan Allah SWT dalam kondisi tubuh yang lengkap namun rusuk yang terbagi. Mereka terpisah dan akhirnya bertemu kembali di Jabal Nur (Gunung Cahaya) dan menyatukan diri dalam harmoni, berbagi dalam satu hati, satu jiwa.
Istriku sayang,
Bagiku kehadiranmu menggenapi segala kekosongan dan melengkapi semua kehampaan. Menikah adalah belajar untuk saling mengerti dan memahami setiap perbedaan. Menyadari bahwa keinginan kita untuk saling melampiaskan rasa rindu tiada akhir dengan berkomitmen bersama dan berikhtiar menggali lebih dalam esensi cinta dan kehidupan dalam setiap langkah perjalanan kita, adalah sesuatu yang niscaya. Sedih maupun Gembira. Suka maupun Duka. Kita “mewarnai” semuanya dengan indah, dengan corak yang kita sukai. Satu hati, Satu jiwa.
Aku ingin kita “tumbuh” hingga tua bersama, menyaksikan kedua buah hati kita Rizky dan Alya meniti masa dewasa, meraih impiannya, mengawal mereka ke masa depan dan kelak akan mempersembahkan kepada kita cucu-cucu yang cantik dan ganteng. Kita berdua akan duduk di serambi depan rumah, menyaksikan kilau mentari menuju peraduannya dan aku akan membisikkan larik-larik puisi buatmu
Kerapkali kita menyempatkan diri duduk diberanda
bercakap tentang hal-hal tak penting dan upaya-upaya menanggulangi kegetiran
seraya menatap gelap yang luruh perlahan dipelupuk mata
dan kunang-kunang melintas anggun membawa kerlip harapan
sementara rindu memantul-mantul gemas lewat debar lirih di jantung kita
Bintang tersipu dipelukan awan saat kisah-kisah manis kuceritakan
terbang bersama desir lembut angin yang menyibak rambut tipis di keningmu
“Kita telah menoreh malam dengan angan-angan,” ucapku haru
lalu hening melingkupi segenap semesta
Kerapkali aku mengajakmu menatap kelam di lanskap langit
seraya berusaha merengkuh impian yang berkelebat bersama gegas waktu
dan memori yang selalu kita catat dengan hati riang,
senantiasa menjadi jejak menandai kehadiran dan ketidakhadiran,
juga perih kehilangan sepanjang perjalanan
karena kita selalu yakin, indah, selalu tiba pada saatnya,
senyata hembusan nafas dan delik cemburu rembulan diatas sana
janji yang telah dan akan kita tunaikan, tanpa rasa enggan
merasuk pada rangkaian musim dimana kiprah kita terpacak jelas
tak akan pernah ada rasa sesal
karena rasa telah nyata mengalir lewat kata-kata dan realita
dan hidupmu, hidupku, hidup kita menyatu dalam gemuruh cinta
pada impian gemilang serta pendar asa
yang telah kita toreh dengan jemari gemetar di pucuk malam..
Catatan:
Koleksi Surat Cinta Terbuka Untuk Istriku tahun-tahun sebelumnya bisa dibaca disini
selamat hari pernikahan yah om, luar biasa patutu dijadikan contoh nih, puisi dan suratnya bikin saya menggeliat kepanasan 😀
Terimakasih ya atas apresiasinya.. waduuh, kok sampai menggeliat kepanasan begitu gara2 baca puisi dan surat saya? hehehe
Mantabb…luar biasa pak, langgeng dan cinta terus bersemi menjalar sampai kapanpun…,
smoga2 yg bujang2 juga ikut jejak bapak.., 🙂
Aamiin…Terimakasih ya Daeng Oprek 🙂
Selamat ultah perkawinan ke 14 semoga bahagia dan diberi umur panjang agar bisa mengantar buah hati ke gerbang kesuksesan. Aminnn.
Aamiin..terimakasih ya atas ucapan selamat dan doanya
semoga langgeng, menjadi tua bersama seperti animasinya
Kereeeen! Jadi agak terharu bacanya T.T
wah,,selamat ultah pernikahanny ya,,,semoga selalu bahagia sampai akhir,,amin
Happy wedding anniversary ya, Pak. Semoga langgeng dalam samara. Aamiin.
Salam
So sweet..
Happy Anniversary ya Pak..
Langgeng n bahagia terus..
Salam kenal..
Pingback: UlangTahun Perkawinan | Eshape Blogger Jogja
Selamat ultah perkawinan ke 14 semoga bahagia dan langgeng sampai akhir hayat..