GITA WIRJAWAN DAN OBSESI LUHUR UNTUK INDONESIA LEBIH BAIK
Sejak melihat penampilan Pak Gita Wirjawan secara langsung untuk pertama kalinya dalam pembukaan acara ASEAN Trade Processing Conference tanggal 27 Juni 2013 lalu di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, terbit kesan di hati saya, yang menjadi salah satu peserta dari 300 orang pelaku serta praktisi sektor perdagangan dari dalam dan luar negeri dalam event tersebut, bahwa sosok lelaki kelahiran Jakarta, 21 September 1965 ini memiliki visi cemerlang kedepan khususnya dalam mempersiapkan Indonesia dalam menghadapi Komunitas Ekonomi ASEAN 2015 nanti.
Dalam pidato tanpa teks yang dibawakan dalam bahasa Inggris yang fasih ini, Menteri Perdagangan RI yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sejak November 2009 menandaskan bahwa Indonesia harus memastikan bahwa perpindahan (arus) barang dilakukan secara efektif. Penerapan one single window merupakan salah satu hal yang cukup signifikan dalam komunitas ekonomi ASEAN 2015 dimana Indonesia sebagai produsen sekaligus pasar terbesarnya, seyogyanya segera melakukan antisipasi dengan mempersiapkan sektor perdagangan nasional menghadapi persaingan dengan negara tetangga.”Kita mesti lebih cerdas, tangguh dan kuat menghadapinya,” katanya optimis.
Saya semakin tertarik untuk lebih mendalami pemikiran dan kiprah pemegang tiga gelar bidang akuntansi, adminstrasi bisnis dan ilmu administrasi publik ini. Dalam blognya secara jelas diungkapkan bagaimana jatuh bangun sosok seorang Gita Wirjawan menjalani kehidupannya. Nama “Gita” yang dianugerahkan kedua orang tuanya Alm.Wirjawan Djojosoegito dan Paula Warokka Wirjawan disiapkan sebagai harapan agar anak bungsu dari lima bersaudara ini adalah anak perempuan. Nama tersebut tetap disematkan, meski yang lahir adalah anak lelaki, dan menjadi ‘Gita Irawan Wirjawan’.
Masa kecil dihabiskan Gita di Jakarta.Ternyata, waktu kecil ia jarang mandi. Rambutnya kribo dan senang berjalan ke sana kemari tanpa alas kaki alias ‘nyeker’. Dia pergi bersekolah di SD Budi Waluyo dan sempat menikmati menjadi siswa SMP Pangudi Luhur sebelum akhirnya pindah ke Bangladesh. Kombinasi pola asuh kedua orangtuanya membentuk karakternya tidak hanya kecerdasan dan budipekerti namun juga kepedulian pada lingkungan sekitarnya. Paula, sang ibu, yang sangat memperhatikan masa depan anak-anaknya adalah seorang ibu yang disiplin. Sedangkan ayahnya yang dokter justru dikenal sebagai orang yang ‘easy going’.
“Ibu saya cukup bisa mendisiplinkan orang. Anak-anaknya benar-benar dididik agar berdisiplin. Kalau ayah lebih santai. Ini dua kombinasi yang bagus,” ungkapnya dalam buku ‘Gita Wirjawan, Sebuah Perjalanan. Pendidikan menjadi prioritas pasangan Wirjawan-Paula. Namun mereka menganjurkan kelima anaknya menekuni hobi olahraga dan seni sebanyak mungkin.
“Orang tua sangat mendukung jika beraktivitas di luar sekolah,” tutur pria peraih Master of Public Adminstration dari Kenedy School of Government, Harvard University ini . Keberhasilan pola pendidikan tersebut memberikan efek yang luar biasa, Tak hanya Gita, Kakak-kakaknya pun berhasil meniti karir cemerlang dibidang masing-masing. Seperti dikutip dari sini : Dian Budiman Wirjawan adalah mantan Direktur Utama PT Danareksa, Wibowo Suseno Wirjawan mencatat prestasi pernah duduk sebagai Direktur Utama PT Jakarta International Container Terminal dan Dirut PT Terminal Peti Kemas Koja. Kakaknya yang lain, Rianto Ahmadi Djojosoegito pernah menjabat Wakil Presiden Direktur PT Allianz Life Indonesia. Satu lagi kakak perempuannya, Marina Tursin adalah partner dari perusahaan auditor, Pricewaterhouse Coopers (PWC).
Perjalanan Panjang Menggapai Kesuksesan
Adalah tak mudah bagi seorang Gita Wirjawan menggapai harapan dan prestasinya seperti saat sekarang. Sebagaimana yang diungkapkan disini,:
Tidak pernah tersirat dalam pikiran Gita Wirjawan kalau suatu saat dia bakal jadi menteri. Semasa kecil, Gita hanya bercita-cita jadi seniman karenanya dia sangat bahagia bisa mendapatkan beasiswa untuk belajar seni di Berkeley, Amerika Serikat. Namun cita-cita itu harus dipendam karena sang ibu lebih menghendaki dia mengambil jurusan lain agar dapat memperoleh pekerjaan yang baik.
Jadilah dia banting stir mengambil jurusan akuntasi untuk mendapatkan gelar S1 di Austin, Texas. Belajar di negeri Paman Sam saat itu bukan hal mudah bagi Gita. Ayahnya hanya membekali dia dengan uang USD 5.000.
“Padahal saat itu biaya kuliah saya mencapai USD 20.000,” ujar Menteri Perdagangan RI ini.
Bukan mengeluh dengan keterbatasan yang dimiliki, Gita justru lebih kreatif mencari uang. Sejumlah pekerjaan pernah dilakoninya untuk bertahan hidup. Dari mulai jadi pelayan cafe hingga tukang bersih-bersih toilet.
Saat-saat sulit pernah dia alami. Dia selalu menghitung penghasilannya apakah cukup untuk menutup kebutuhan dia setiap bulan.
Saya terkesan sekali pada prinsip hidup yang mengutip pernyataan filosofis “Winnie The Pooh” tokoh cerita kartun anak-anak terkenal,”You’re bigger than what you think you are”. Pernyataan ini melecut semangat untuk senantiasa menggunakan kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya, sesulit apapun hambatan hidup yang dihadapi. Melakoni profesi sebagai pelayan cafe maupun sebagai tukang bersih-bersih toilet atau memberikan les piano disela-sela libur kuliah, tidaklah sekedar bagian dari effortnya untuk tetap bertahan hidup dengan mendapatkan tambahan penghasilan namun juga semangatnya untuk menggunakan kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya, tanpa menyerah.
Pemegang gelar Master of Business Administration di Baylor University, Amerika Serikat tahun 1989.dan juga Master of Public Administration (MPA) di Kennedy School of Government, Harvard University, Amerika Serikat pada tahun 2000 ini, kemudian meretas jalan gemilang karirnya di pemerintahan dan diawali dari sektor swasta. Seperti dikutip disini:
Gita Wirjawan memulai kariernya sebagai bankir di Citibank. Setelah itu, jebolan Kennedy School of Government, Harvard University ini meneruskan studinya ke jenjang Strata-2 di universitas yang sama dan lulus pada 2000. Usai merampungkan pendidikan master, Gita hengkang dari Citibank lalu bekerja di Goldman Sachs Singapura, sebuah bank yang didirikan oleh Marcus Goldman, hingga 2004. Tahun berikutnya ia pindah bekerja ke ST Telekomunikasi, masih di Singapura. Di perusahaan tersebut, ia bekerja selama kurang lebih satu tahun sebelum akhirnya berlabuh ke JP Morgan Indonesia.
Di JP Morgan, Gita menjabat sebagai direktur utama selama dua tahun, 2006 hingga 2008. Sejatinya, sejak pertengahan 2007, ia mengaku telah memikirkan rencana hengkang dari perusahaan perbankan itu untuk selanjutnya mulai mencoba peruntungannya sebagai seorang pebisnis. Keputusan itu diambilnya bukan tanpa alasan sebab saat itu dia mencium bakal terjadinya resesi ekonomi di Amerika, yang akan berdampak ke seluruh dunia.
Mulai tahun 2009 hingga 2014, Gita menjabat sebagai Kepala BKPM periode 2009-2014, dan di November tahun 2011, beliau mendapatkan kesempatan untuk mengisi jajaran Kabinet Indonesia Bersatu jilid II sebagai Menteri Perdagangan menggantikan ibu Mari Elka Pangestu.
Yayasan Ancora juga didirikan oleh Gita Wirjawan pada tahun 2008 yakni sebuah yayasan yang bergerak dibidang kemanusiaan khususnya pendidikan dan berfokus pada donasi pendidikan untuk pemuda Indonesia. Yayasan tersebut didirikannya menyusul perusahaan investasi Ancora Capital yang lebih dulu dibangun yang bergerak dibidang investasi (khususnya di sektor energi dan sumber daya alam).
Ini merupakan komitmen kepedulian sosialnya untuk memberikan kesempatan kepada pemuda-pemudi Indonesia terbaik Indonesia guna mendapatkan peluang memperoleh pendidikan yang layak untuk masa depan yang lebih baik.
Yayasan Ancora memberi beasiswa kepada mahasiswa Indonesia yang potensial untuk berkuliah Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Harvard University, Stanford University, Cambridge University, Oxford University, Sciences Po Paris, Nanyang Technological University, dan lain-lain. Yayasan yang sama juga sedang mendirikan 1.000 taman kanak-kanak yang dinamakan Sekolah Rakyat Ancora di seluruh Indonesia. Gita Wirjawan juga adalah seorang mentor di Endeavor Indonesia, yang melatih dan mendidik wirausahawan muda yang mempunyai ide gemilang dan ketekunan teguh.
Saat menjabat sebagai Kepala BKPM, Gita Wirjawan berhasil meningkatkan realisasi investasi asing yang mencetak angka tertinggi sepanjang sejarah di Indonesia. Prestasi ini didukung oleh kebijakan beliau dalam meningkatkan kemampuan berbahasa asing oleh pegawai BKPM. Pada bulan Oktober 2011, Gita diangkat sebagai Menteri Perdagangan Republik Indonesia. Prestasi dari kebijakannya antara lain adalah peningkatan nilai ekspor rotan serta pemberian kesempatan pelaku usaha dalam negeri untuk memiliki usaha waralaba.
Meskipun memiliki kesibukan tinggi, Gita Wirjawan tetap tidak melupakan hobinya bermusik dan bermain golf. Seperti diungkapkan disini beliau tidak bisa seratus persen pergi dari musik dan golf yang dicintainya. Ia juga memiliki label rekaman (Omega Pacific Production) yang telah menghasilkan beberapa album jazz dan pop. Gita juga mendirikan Ancora Golf, sebuah sekolah golf untuk mencetak para pegolf muda berbakat yang memiliki fasilitas bagus dan di mana ia juga mendanai biaya hidup bagi para siswa di sana.
Dibidang musik, beliau berkolaborasi dengan Slank dalam Jakarta Blues Festival, 16 November 2013 lalu, sebelumnya, pernah mempertunjukkan kepiawaiannya bermain piano bersama Gubernur DKI Jakarta Jokowi dalam ulangtahun Liputan 6, mengiringi Tompi dalam lagu “Juwita Malam”, serta serangkaian aksi kolaborasi musik fenomenal lainnya.
Sebagai Ketua PBSI periode 2012-2016 (dilantik tanggal 14 Desember 2012 di Kompleks Pelatnas Cipayung). berhasil mengantar kebangkitan prestasi pebulutangkis Indonesia dengan antara lain keberhasilan Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir meraih trofi di All England 2013 mengatasi ganda campuran China, Zhang Nan/Zhao Yunlei, 21-13 dan 21-17 di partai final, Senin (11/3) dinihari WIB.
Bersama sang istri tercinta, Yasmin Stamboel Wirjawan, cucu dari Raden Oto Iskandar di Nata, dan memiliki tiga anak yaitu Gian, Gibran dan Gia, Gita Wirjawan membina keluarga yang harmonis dan penuh kehangatan. Seperti diuraikan disini: Saat ayah ibu tak keluar kota atau ke luar negeri, mereka selalu meluangkan waktu untuk makan bersama. Aturan penting di meja makan, semua anggota keluarga harus melepaskan gadget masing-masing. Mereka pun bebas menceritakan kegiatan mereka atau hanya berdiskusi tentang topik yang menarik. Keterbukaan membuat mereka tetap mendiskusikan topik paling sensitif sekalipun di keluarga.
Visi Gemilang untuk Indonesia Lebih Baik
Pada iklan “Berani Lebih Baik” yang sering ditayangkan di sejumlah stasiun televisi swasta kita belakangan ini Gita Wirjawan menyajikan pesan moral yang sangat menghentak. Di video berdurasi 30 detik yang menggambarkan komitmen profesional serta kejujuran seorang petugas kepolisian untuk menolak suap yang diberikan seorang pengendara mobil yang melanggar, Gita Wirjawan menegaskan bahwa keberanian untuk meneguhkan kejujuran dan komitmen profesionalitas menjadi inspirasi berharga untuk Berani Lebih Baik.
Saya kian terkesan pada komitmen beliau tersebut saat membawakan kuliah umum (Studium Generale) di Institut Teknologi Bandung dengan Tema “Teknologi, Demokrasi dan Perlindungan Konsumen” pada tanggal 29 April 2013 di Aula Barat ITB. Dalam kuliah umum tersebut (simak videonya diatas), beliau secara tegas menyampaikan pentingnya kemandirian anak bangsa untuk mengembangkan kemampuan dan kapasitas dalam mengeksplorasi sumberdaya yang dimiliki di negeri ini secara cerdas dan optimal agar dapat bersaing dengan kualitas yang memadai, terutama menyongsong era Komunitas ASEAN 2015 yang sebentar lagi tiba.
“Beranilah bermimpi dan bertekad mewujudkannya. Jangan takut ambil resiko, let’s streching our imagination!,” katanya lugas. Beliau kemudian memberikan contoh bagaimana Steve Jobs, yang senantiasa belajar dari kesalahan-kesalahannya dan berani mengambil resiko untuk kemudian berhasil mewujudkan semuanya lalu meraih kesuksesan lewat produk Apple yang dikeluarkannya. Keberanian untuk menjadi lebih baik menjadi esensi dari pernyataan itu.
Pada situs ini, Gita Wirjawan kembali menjelaskan visinya untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, merata, adil dan berkualitas dengan misi Memperbaiki pembangunan sosial-politik dengan pemantapan dan penyempurnaan kebijakan nasional yang makin demokratis dan berpihak kepada kepentingan rakyat serta Mewujudkan Indonesia yang berdaulat, memiliki sumberdaya manusia yang unggul, berlandaskan semangat kemandirian dan jati diri “bangga berbangsa”. Implementasi atas visi dan misi tersebut dijabarkan 4 strategi utama yakni masing-masing di bidang Ekonomi, Politik & Pemerintahan, Hubungan Internasional serta Pendidikan dan Kebudayaan.
Obsesi luhur untuk menjadikan Indonesia Lebih Baik tentunya menjadi impian kita semua. Saya meyakini prinsip sederhana Winnie The Pooh : Kita Bisa Lebih Besar, Lebih Kuat, Lebih Cerdas dari Apa yang Kita Pikirkan, menjadi motivasi yang sangat berharga untuk berani berbuat untuk Indonesia yang lebih baik. Kita bisa dan pasti bisa!
Sukses selalu untuk Pak Gita Wirjawan!
Sumber Foto :