WISATA BUDAYA MADURA (1) : NIKMATNYA BEBEK SONGKEM YANG SENSASIONAL
Sudah lama sebenarnya saya memendam keinginan untuk mengeksplorasi lebih dalam suasana tradisi dan budaya di Madura yang konon memiliki karakter masyarakatnya nyaris sama dengan karakter khas masyarakat Makassar yang terkesan keras, berani dan dinamis. Saya jadi ingat Pak Koyyim, pengelola limbah kayu di kantor lama saya di PT Nofmas Chemical Industries Cibitung 13 tahun silam. Lelaki asal Bangkalan Madura ini saya kenal dekat karena biasanya mengambil kayu bekas yang kerap dipakai untuk support barang import didalam kontainer. Kayu-kayu bekas ini digunakan dan diolah Pak Koyyim menjadi furniture berkualitas tinggi di rumahnya yang sederhana di Tambun, Bekasi.
Beliau pernah menghadiahkan saya sebuah lemari kecil yang indah hasil buatan tangannya sendiri sesaat sebelum saya keluar dari perusahaan tersebut. “Ini lemari saya buat sendiri buat sampeyan, gak usah bayar, sebagai nang-kenangan supaya sampeyan sekeluarga biar bisa ingat terus sama saya, dan siapa tahu bisa sampeyan berkunjung ke kampung saya di Bangkalan, Madura,” kata Pak Koyyim dengan senyum tulus serta logat khasnya, dan tak pernah terlupakan hingga kini. Harapan Pak Koyyim–dan juga kemudian jadi harapan saya itu, kemudian bisa terwujud. Saya akhirnya bisa melancong ke Madura.
Dan demikianlah. Hari Jum’at pagi, 13 Desember 2013, Pukul 04.30, saya sudah tiba di Terminal 2F Bandara Soekarno Hatta. Saya sengaja datang lebih awal, karena trauma ketinggalan pesawat seperti yang pernah saya alami sebelumnya saat mengikuti acara Blogger Nusantara di Yogyakarta akhir November silam. Setelah check in, saya lalu berjumpa dengan teman-teman yang akan ikut di Gate 7. Saya melihat ada salah satu pemenang lomba ini Daeng Ipul Gassing, juga ada juri lomba blog mas Barry Kusuma dan Simbok Venus serta budayawan muda mas JJ Rizal. Selain kami juga ada Pak Bram Kushardjanto beserta timnya dari GELAR Cultural Trip yang akan memandu kami selama perjalanan ke Madura, juga teman-teman media (Koran Sindo, Kompas, Media Indonesia dan Majalah Panorama). Tak lama kemudian, muncul salah satu pemenang lomba lainnya, mas Danan Wahyu Sumirat. Travel Blogger yang pernah memenangkan lomba blog ADIRA Face of Indonesia ke Wamena tahun 2012 ini tiba dari Jambi sehari sebelumnya, dan langsung memperkenalkan dirinya kepada kami.
Pesawat Garuda Indonesia GA 304 menuju Surabaya berangkat tepat waktu pukul 06.10 pagi. Saya duduk di kursi 36-C dan berdampingan dengan mas Barry Kusuma. Saya lalu berdiskusi dengan fotografer handal ini tentang perkembangan dunia blog di Indonesia sepanjang perjalanan. Tanpa terasa setelah menempuh waktu sekitar 1 jam 20 menit, kami akhirnya tiba di Bandara Djuanda Surabaya. Ada begitu banyak perubahan signifikan pada Bandara yang terakhir saya kunjungi tahun 2011 silam saat menjadi narasumber di acara Blogilicious di UPN Veteran Surabaya.
Di Bandara Djuanda, kami bertemu dengan seorang pemenang lomba blog lainnya, mbak Nengbiker yang datang dari Malang. Rombongan kami yang berjumlah 23 orang kemudian bergerak menuju bis yang tersedia tak jauh dari lobi depan Bandara. Sudah lama sebenarnya terpendam keinginan untuk melihat langsung Jembatan Suramadu yang fenomenal dan kali ini dalam perjalanan darat menuju Madura, keinginan saya akhirnya kembali terpenuhi. Setelah melalui jalanan yang macet kurang lebih 1,5 jam, kami akhirnya sampai pula di jembatan Suramadu, yang memiliki panjang 5.438 m, dan merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini. Jembatan Suramadu menyediakan empat lajur dua arah selebar 3,5 meter dengan dua lajur darurat selebar 2,75 meter. Jembatan ini juga menyediakan lajur khusus bagi pengendara sepeda motor disetiap sisi luar jembatan. Saya begitu terpesona menyaksikan Jembatan yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tanggal 10 Juni 2009 ini dengan takjub dari atas bis.
Rencana semula, kami bermaksud makan siang di Bebek Sinjai, salah satu kuliner paling terkenal di Madura. Sayang sekali, rumah makan tersebut tutup di Hari Jum’at. Akhirnya, rombongan kami mampir di Restoran Bebek Songkem Pak Salim di Bangkalan. Di tempat ini, Bebek Songkem disajikan dalam 2 varian, yaitu dikukus dan digoreng. Tidak hanya Bebek, restoran ini juga menyediakan Ayam kukus dan goreng. Seperti diungkapkan di tautan ini pembuatannya sangat unik dan istimewa:
Proses pembuatan bebek songkem ini relatif sederhana. Pertama kita harus memilih bebek yang akan kita sembelih. Usia yang lebih pas untuk dibuat bebek songkem adalah usia sekitar dua bulan. Kemudian bebek yang sudah disembelih dicuci bersih dan diberi bumbu yang terdiri dari lombok, garam, bawang merah dan bawang putih. Lalu ulekkan bumbu dioleskan ke seluruh daging bebek di luar dan dalam, Selanjutnya bebek dibungkus dengan daun pisang dan diikat erat agar aromanya menyatu saat dilakukan pengukusan. Daging bebek yang sudah dibungkus tersebut, kemudian dimasukkan kedalam bak yang di dalamnya telah diberi potongan pelepah daun pisang. Selanjutnya daging bebek dikukus selama 3-4 jam tanpa diberi air, agar daging dan bumbunya betul-betul meresap dan daging bebek menjadi empuk. Proses pembuatan bebek songkem ini dilakukan pada pagi hari.
Rasa bebek Songkem ini memang sungguh nikmat menggoyang lidah. Sensasinya makin terasa lengkap dengan sambal mangga dan nasi yang hangat. Tekstur bebeknya terasa lembut dengan bumbu-bumbu yang meresap hingga ke daging. Di warung makan terbuka ini, kami merasakan semilir angin alami yang menerpa saat menyantap makanan. Sungguh sebuah pengalaman kuliner yang mengasyikkan.
Setelah puas menuntaskan kuliner bebek Songkem Pak Salim, kami lalu bergegas naik kembali ke atas bis. Disana ada ibu Yeli, dari Dji Sam Soe Potret Mahakarya Indonesia menyampaikan kata sambutan sebelum kami melanjutkan perjalanan ke Tanjung Bumi. Seperti yang pernah beliau ungkapkan dalam Blogger Gathering awal November silam, Cultural Trip ini diberikan secara ekslusif kepada 4 orang pemenang terbaik lomba blog Potret Mahakarya Indonesia untuk melakukan perjalanan ke destinasi wisata pilihan di Indonesia. Madura menjadi dijadikan target perjalanan kali ini karena merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan dan keunikan budaya yang menarik untuk dicermati.
Diharapkan, lanjut Bu Yeli, seusai perjalanan ini, tidak hanya menambah wawasan pengetahuan tentang khazanah budaya Madura, namun juga dituliskan dan dibagikan kembali di blog masing-masing sebagai bagian dari promosi kepariwisataan. Setelah itu giliran Pak Bram dari GELAR menceritakan secara sekilas destinasi kunjungan berikutnya yakni Batik Gentongan khas Madura di Tanjung Bumi Bangkalan. Pak Bram juga membagikan hand-out yang menjadi referensi bacaan kami diperjalanan seputar kegiatan Cultural Trip ini.
Wah, bakal lebih seru lagi nih tujuan selanjutnya, saya membatin dalam hati.
(Bersambung)
Kemarin udah sempat ketemu ama Pak Koyyim gak om? Apa beliaunya masih ada di perantauan? hehe
Untuk Bebek Songkem itu pertama kali ada di Kabupaten Sampang, dan baru tahun ini membuka cabang di Bangkalan. Malah cabangnya ini lebih besar daripada pusatnya (Kabupaten Sampang).
Ditunggu tulisan selanjutnya om 🙂
Sudah lama saya kehilangan jejak Pak Koyyim ini mas. Sempat saya cari di rumahnya yang lama di Tambun, tapi katanya sudah pindah ke daerah Bekasi juga tapi tak tahu dimana. Teleponnya juga sudah tak bisa dihubungi. Wah, iya betul, yang di Bangkalan ini kayaknya memang lebih besar ya dibandingkan Bebek Songkem Pak Salim asli di Sampang.
porsi bebeknya kuraaaaang!!!
*disambit piring sama mbak dinda*
hahaha..iya bener nih Neng, saya aja masih lapar sebenarnya..
Pingback: WISATA BUDAYA MADURA (2) : MENYINGKAP “MISTERI” BATIK GENTONGAN MADURA / Catatan Dari Hati
Jawa Timur memang tempat kulinernya mantabbbb
bebeknya enak banget. enak enak enak pokoknya super enak! hahaha
Saya sebenarnya tidak terlalu suka bebek karena baunya, tapi bebek yang kemarin memang luar biasa euyy..
rasanya enak dan tidak seperti bebek yang biasa saya makan 😀
Setuju bro…bebek songkem memang ma’nyus rasanya. Saya sudah kenal bebek songkem ini tahun 2011, waktu belum punya cabang, hanya ada di sampang madura. sekarang ini cabangnya makin banyak…di sidoarjo di pondok jati baru saja buka…dekat smpn 1. Bagi yang penasaran rasanya bisa ke sana…selamat mencoba…