WISATA BUDAYA MADURA (5) : EKSOTISME ASTA TINGGI & SENTRA PERAJIN KERIS SUMENEP YANG MENGESANKAN

DSCN7792

Seusai menunaikan Sholat Dhuhur di Masjid Jami’ Sumenep, rombongan kami kemudian bergerak ke kompleks Pemakaman Raja-Raja Sumenep dan kerabatnya, Asta Tinggi, yang ditempuh kurang lebih 10 menit dengan bis. Asta Tinggi berdiri pada tahun 1644 M dan berada di desa Kebun Agung, 2,5 km arah Barat kota Sumenep. Lokasi ini berada di dataran tinggi dan direncanakan awalnya oleh Panembahan Somala lalu dilanjutkan pelaksanaannya oleh Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I dan Panembahan Natakusuma II. Sebuah gerbang besar berwarna kuning hijau menyambut kedatangan kami di bagian depan. Saya jadi teringat kompleks pemakaman Raja Gorontalo, Hubulo yang juga berada di dataran tinggi saat saya kunjungi tahun lalu.

Seperti diuraikan dalam buku “Asta Tinggi” karya Tadjul Arifin R yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupeten Sumenep, Kompleks Asta Tinggi dibagi menjadi 7 (tujuh) kawasan yakni Kawasan Induk yang terdiri atas 4 ruang/blok berisi 3 cungkup antara lain Cungkup Tumenggung Wirasekar dan Pangeran Pulangjiwo disebelah utara atau belakang, Cungkup Pangeran Jimat dan kerabatnya di depan dan Cungkup Bindara Saud, Ratu Tirtonegoro beserta kerabatnya di sebelah timur cungkup pangeran Jimat. Sementara itu Ruang/blok II terletak di sebelah timur bagian utara berisi cungkup berkubah adalah kuburan keturunan Bindara Saud. Di Ruang/blok III terletak di bagian barat berisi pendopo Bindara Saud sebagai prasasti tanpa tulis dalam peristiwa Patih Pulangjiwo. Dan yang terakhir Ruang/Blok IV terletak di sebelah timur bagian selatan  yang merupakan halaman utama juga disini terletak pintu gerbang utama untuk masuk ke kompleks Asta Tinggi. Ruang ini menghubungkan pada ruang III dan I, dengan melalui pintu gerbang bagian barat, dan menuju pada ruang II, dengan melalui pintu gerbang bagian utara.

DSCN7738

DSCN7703

Kawasan berikutnya adalah Kawasan Kuburan Kiyai Sawunggaling yakni seorang tokoh di zaman pemerintahan Ratu Tirtonegoro yang membela Bindara Saud kala mendapat ancaman dari Patih Purwonegoro. Kawasan ketiga adalah cungkup Patih Mangun seorang Patih yang wafat terkena meriam pasukan Inggris saat akan masuk ke Sumenep.

DSCN7705

Kawasan keempat adalah kompleks pekuburan Kanjeng Kiyai Raden Adipati Suroadimenggolo Bupati Semarang dan mertua Sultan Abdulrahman. Kawasan kelima adalah kuburan Raden Adipati Pringgoloyo sebagai Patih pada masa pemerintahan Panembahan Sumolo dan Sultan Abdurrahman. Kawasan keenam adalah kuburan mantan Patih Sumenep Raden Tjakrasudibyo dan terakhir atau kawasan ketujuh yaitu kawasan kuburan Raden Wongsokoesumo.

DSCN7710

DSCN7717

Eksotisme bernuansa religi sangat kental terlihat saat kami berkunjung disini. Di sebuah pendopo besar nan teduh terdapat rombongan anak-anak dari sebuah taman kanak-kanak dibimbing sang guru dengan takzim membacakan ayat-ayat Al Qur’an secara bersama-sama. Memasuki kawasan Induk ternyata lebih ramai lagi. Rombongan peziarah yang jumlahnya saya perkirakan mencapai 200-an orang begitu antusias mendatangi kompleks makam raja-raja Sumenep ini untuk berdoa guna mendapatkan berkah.

DSCN7713

Arsitektur bentuk makam juga relatif unik khususnya makam-makam tua yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu. Pengaruh kebudayaan Tiongkok terdapat pada beberapa ukiran yang berada pada kubah makam Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro, makam Kanjeng Tumenggung Ario Cokronegoro III dan makam Pangeran Pulang Djiwo. Selain itu pengaruh Arsitektur Eropa mendominasi bangunan kubah makam Sultan Abdurrhaman Pakunataningrat I dan Makam Patih Mangun yang ada diluar Asta induk. Dalam kawasan kubah makam Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I, Seluruh bangunannya dipengaruhi gaya arsitektur klasik, kolom-kolom ionic masih dipakai dibeberapa tempat termasuk juga pada Kubah Makamnya.

DSCN7741

Hujan mengguyur kawasan Asta Tinggi saat kami meninggalkan daerah tersebut. Kami berganti kendaraan dari bis menuju mobil yang lebih kecil karena mesti melalui jalan kampung di desa Aeng Tong-Tong yang merupakan sentra perajin keris terkemuka di Sumenep. Kurang lebih 20 menit, sampailah kami di desa tersebut. Kami disambut ramah dan disiapkan makan siang ala kampung yang sangat lezat. Mulai dari nasi jagung, ayam goreng, udang goreng, kuah cumi, plus sambal terasi dan lain-lain. Sungguh sebuah sajian yang menggugah selera terlebih saat suasana dingin seusai diguyur hujan. Tak ayal dua piring nasi dan lauknya pun ludes saya “sikat” 🙂

DSCN7746

Setelah itu kami mendengarkan penjelasan dari bapak Fathur Rahman sebagai koordinator paguyuban pengrajin keris Mega Remang. Filosofi nama paguyuban ini diambil dari legenda masa lalu Madura yakni nama Kuda Terbang yang dikendarai oleh ksatria Joko Tole. Sentra produksi Keris di Sumenep ini termasuk yang terbesar di Indonesia dan secara turun temurun diwariskan sejak 3 abad silam. Menurut beliau sentra produksi Keris di Sumenep tersebar di 3 kecamatan yaitu Bluto, Saronggi, dan Lenteng. Di 3 kecamatan tersebut menyebar pada 14 desa. Khusus di kecamatan Bluto sendiri terdapat 345 perajin, di kecamatan Saronggi terdaftar perajin mencapai 169 orang. Di Lenteng umumnya dilakukan proses Penempaan awal (kodo’an) yang merupakan cikal bakal bahan keris. Pandai besi disana melaksanakan penempaan dengan cara tradisional.

DSCN7743

Adalah Pak Morkak yang menjadi inspirator berkembangnya pelestarian kerajinan keris di daerah ini dengan “menyambungkan” pengetahuan pembuatan keris dari empu-empu terdahulu dengan generasi sekarang sejak tahun 1963 di desa Aeng Tong-Tong. Perkembangan industri Keris kian maju pesat. Berkat jasa beliau, akhirnya oleh Kementerian Kebudayaan dan Industri Kreatif, pada tanggal 30 November silam dinobatkan sebagai maestro keris Indonesia.

Keris Madura memiliki lok atau lekuk sejumlah 3 sampai 17. Bahkan ada pula yang mencapai 99 lok. Paling digemari keris dengan 11 atau 13 lok. Sangat berbeda dengan keris Jawa yang bermotif polos dan tak banyak ukiran, keris Madura justru begitu sarat dengan ukiran indah baik di besi kerisnya sendiri hingga warangka (gagang) maupun sarungnya.

DSCN7774

Saya terkagum-kagum menyaksikan lekuk keris Madura dengan ukiran indah pada tepian gagangnya, termasuk sepuhan emas berkilau pada tangkai keris. Saya membayangkan tingkat kesulitan pembuatannya yang tentu membutuhkan keterampilan tersendiri.Warangka atau gagang bisa terbuat dari kayu atau gading. Pak Fathur Rahman menunjukkan beragam gaya keris yang dibuat pengrajin disana, mulai dari gaya Bali, Mataram hingga Bugis. Kreatifitas mereka dalam membuat keris sungguh memukau.

Ukiran yang tersaji sangat halus dan dibuat dengan kualitas tinggi. Tak heran bila keris buatan pengrajin disini memiliki harga yang mahal dan laris hingga ke pasar mancanegara. Semakin detail dan sulit pengukirannya termasuk sentuhan akhirnya, maka kian mahal pula harganya. Banyak kolektor keris memesan sendiri desain dan sentuhan akhir sesuai keinginannya, misalnya pada bagian gagang mesti dilapisi emas 22 karat atau 24 karat.

DSCN7790

Saya bersama rombongan kemudian menyaksikan langsung 4 perajin keris di desa tersebut sedang bekerja. Mereka mengerjakannya secara manual dan sesekali dibantu oleh mesin gerinda penghalus jika dibutuhkan. Saya melihat salah seorang pembuat keris mengerjakan dengan tekun ukiran pada gagang keris secara terperinci hingga garis-garis terkecil dengan pahatnya. Pembuatan keris kerapkali melalui ritual tersendiri. Bila seseorang memesan keris maka biasanya diminta tanggal lahirnya agar kelak bisa dilakukan “sinkronisasi” batin dengan keris yang dipesannya itu.

Menjelang petang, kami mengakhiri kunjungan ke sentra perajin keris di desa Aeng Tong-Tong dengan meninggalkan kesan indah. Karya keris buatan anak bangsa dari Sumenep ini sungguh membanggakan dan menjadi potensi yang bisa diandalkan tak hanya meraih devisa dari hasil penjualannya namun juga menghadirkan hasil karya budaya adiluhung yang sangat mengagumkan.

(Bersambung) 

 

Related Posts
WISATA BUDAYA MADURA (3) : KEHEBOHAN PAGELARAN SENI TARI TOPENG DI TENGAH SAWAH
enja melingkupi ibukota Kabupaten Sumenep saat rombongan Cultural Trip Potret Mahakarya tiba. Bis yang membawa kami memasuki halaman hotel C1 tempat kami kelak akan menginap. Saya menyempatkan diri meluruskan pinggang ...
Posting Terkait
WISATA BUDAYA MADURA (1) : NIKMATNYA BEBEK SONGKEM YANG SENSASIONAL
aat sedang menjaga putri bungsu saya, Alya, yang sedang sakit Typhus di rumah sakit Harapan International Cikarang di pekan pertama Desember 2013, mata saya "tertancap" di situs Potret Mahakarya Indonesia, ...
Posting Terkait
WISATA BUDAYA MADURA (2) : MENYINGKAP “MISTERI” BATIK GENTONGAN MADURA
erjalanan kami para peserta Cultural Trip Potret Mahakarya Indonesia terus berlanjut. Setelah makan siang di Bebek Songkem Bangkalan, bis yang kami tumpangi terus melaju menuju Tanjung Bumi. Sambil duduk di ...
Posting Terkait
WISATA BUDAYA MADURA (6) : KEMERIAHAN UPACARA PETIK LAUT & DAHSYATNYA JAMU MADURA!
ujan yang mengguyur kawasan Sumenep dan sekitarnya, Sabtu (14/12), seusai dari sentra pengrajin Keris di desa Aeng Tong-Tong membuat kami terpaksa mengurungkan niat untuk berkunjung ke salah satu destinasi wisata ...
Posting Terkait
PUISI : SEPINGGAN KANGEN DI SUDUT KOTA SUMENEP
elah lama kita menikmati setiap rasa yang mengalir yang kerapkali merambati sekujur tubuh, saat kita bertemu Bersama kaldu kokot yang kental dan lezat sate Madura, kita menyelami kenangan pada sepinggan kangen yang dihidangkan ...
Posting Terkait
WISATA BUDAYA MADURA (4) : KEMEGAHAN KERATON SUMENEP DAN PESONA MASJID JAMI’ YANG MENGGETARKAN
atahari bersinar cerah, hari Sabtu (14/12), saat kami semua berkumpul di ruang makan Hotel Family Nur Sumenep. Badan saya relatif sudah terasa lebih segar, seusai sarapan dan tidur cukup setelah ...
Posting Terkait
WISATA BUDAYA MADURA (3) : KEHEBOHAN PAGELARAN SENI
WISATA BUDAYA MADURA (1) : NIKMATNYA BEBEK SONGKEM
WISATA BUDAYA MADURA (2) : MENYINGKAP “MISTERI” BATIK
WISATA BUDAYA MADURA (6) : KEMERIAHAN UPACARA PETIK
PUISI : SEPINGGAN KANGEN DI SUDUT KOTA SUMENEP
WISATA BUDAYA MADURA (4) : KEMEGAHAN KERATON SUMENEP

2 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.