PUISI : SEPINGGAN KANGEN DI SUDUT KOTA SUMENEP
Telah lama kita menikmati setiap rasa yang mengalir
yang kerapkali merambati sekujur tubuh, saat kita bertemu
Bersama kaldu kokot yang kental dan lezat sate Madura, kita menyelami kenangan
pada sepinggan kangen yang dihidangkan bersama senja yang turun perlahan di Sumenep
Semesta dan cinta seakan bersekutu bersama
membentuk motif indah cemerlang laksana batik gentongan Tanjung Bumi
atau bagai ukiran menawan pada tepian gagang keris buatan pengrajin desa Aeng Tong-Tong
Kita menyaksikan segalanya dengan keharuan menikam kalbu
Pada malam, ketika tari topeng “Rukun Perawas” tampil memukau di panggung
kita mengikat janji pada rumput pematang, tanah sawah yang basah dan tepuk tangan penonton
“Sejatinya, harapan itu kita kekalkan, tak sebatas angan-angan,”katamu dengan mata berbinar
samar kurasakan wangi jamu beraroma manjakani meruap diudara
menyatu bersama denting suara gamelan yang mengalun kencang
Aku membayangkan lagi pertemuan pertama kita di prosesi Rokat Tasek setahun silam
Saat perahu nelayan dengan hiasan warna-warni beranjak ke laut, aku berbisik lirih di telingamu
“Mereka akan kembali dan tak benar-benar pergi, setidaknya dari hati yang mereka tinggalkan..”
Kita lalu menghayati kebahagiaan itu dalam riuh pesta rakyat dan asa yang kita gantungkan di biru langit,
selasar keraton yang sakral, juga di hamparan luas ladang garam, dengan bisu serta pilu
Pada malam, ketika kugenggam erat tanganmu
dan desau angin kian deras menggigilkan tubuh, kau berkata dengan bibir gemetar
lalu menatapku bersama rindu yang luluh di pelupuk mata:
“Kamu tidak benar-benar pergi. Kemanapun.
Kamu tetap ada, selalu ada, di hati..”
Sumenep, 15 Desember 2013
Kenangan dari acara Cultural Trip Madura Potret Mahakarya Indonesia
Wow romantisnya kakak satu ini 🙂
puisinya bagus, romantis banget nih
Sumenep nan mempesona dalam tuturan kata yang sangat indah.
Seindah foto dan isi tulisannya.