“MEMETIK” PERCIKAN PEMIKIRAN BERNAS DARI IBU PRITA KEMAL GANI
Kami disambut hangat tim dari LSPR, ibu Kina dan ibu Aprida. Menyusul kemudian hadir blogger yang lain seperti mbak Eka, mbak Rere , mas Didut dan mas Umen. Kami yang sudah mengenal satu sama lain sebelumnya, saling bertukar kabar. Tak lama kemudian ibu Prita datang sambil menyalami kami satu per satu dengan ramah. “Maafkan saya terlambat datang karena mengantar anak saya Raysha main dulu,”kata penerima anugerah PR Person dari Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) tanggal 17 Oktober 2014 lalu itu dengan senyum mengembang.
Dandanan ibu Prita terlihat elegan dan bersahaja. Beliau nampak terlihat segar dan bersemangat meski berkutat dengan rutinitas aktifitasnya yang padat. Penggagas ASEAN PR Network (APRN) tersebut lalu menceritakan soal penghargaan bergengsi ASEAN Peoples’ Award (APA) 2015 yang baru saja diterimanya dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke 27 pada 21 November 2015, di Kuala Lumpur Malaysia. ASEAN Peoples’ Award (APA) 2015 ini diberikan kepada satu individu atau organisasi dari Negara ASEAN yang telah membantu dan memberikan kontribusi terbaik dalam pengembangan negara ASEAN.
“Penghargaan yang saya terima ini saya maknai tidak sebatas apresiasi atas kiprah yang sudah saya lakukan sebelumnya, namun lebih dari itu, saya berharap menjadi inspirasi agar insan Humas Indonesia benar-benar siap, kreatif dan tangguh dalam menghadapi dinamika tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN,”tegas ibu Prita dengan mata berbinar. Sertifikasi kompetensi, tambah penerima penghargaan Young Professional Achievement Award, Kementerian Pemuda & Olahraga RI pada 28 Oktober 1998 ini, menjadi hal yang niscaya dan mendesak untuk dilakukan agar insan Humas memiliki keunggulan profesional yang terukur setelah melalui tahapan uji kompetensi yang ketat.
Sebenarnya, penghargaan seperti ini bukan yang pertama diterima oleh ibu Prita. Sebelumnya beliau pernah mendapatkan penghargaan dari Institute of Public Relations Malaysia (IPRM) tahun 2005 untuk Best Practices di PR dan Komunikasi Profesi. Selain itu juga menerima PERHUMAS Achievement Award 2006 (EducationCategory) 2006, dan Outstanding Award 2009 dari Pengusaha Asia Pasifik Entrepreneur Award 2009. Prita yang saat ini hosting program radio sendiri pada LITE FM disebut “PR Corner” dan merupakan salah satu penerima Ernst & Young Entrepreneurial Winning Women Asia Pasifik Kelas 2015, mewakili Indonesia bersama 13 wanita lainnya di seluruh Asia Pasifik.
Semakin malam pembicaraan kami kian menarik. Beliau memaparkan obsesinya sebagai President ASEAN Public Relation Network (APRN) yang bertujuan untuk menggeneralisasi visi, misi, dan standar untuk profesi PR di sekitar ASEAN. APRN didirikan 2 Juni 2014 di Sekretariat ASEAN di Jakarta, Indonesia.
Tagline APRN adalah “The Voice of Public Relations ASEAN” saat ini telah menjadi organisasi PR tertinggi di ASEAN. APRN dapat dilihat sebagai suatu organisasi bertaraf Internasional pertama yang memprakarsai hubungan kerjasama antara PR profesional / Lembaga / asosiasi antara kawasan ASEAN. Ke depannya, APRN ingin membuat standar kompetensi bagi para PR di ASEAN, 1st ASEAN PR Award, 2nd ASEAN PR Summit, memberikan beasiswa program sarjana maupun pasca sarjana dari LSPR, mengadakan riset bersama dengan beberapa universitas di ASEAN dan pelayanan masyarakat berupa kampanye sosial.
“Intinya,”kata ibu Prita,”kami berharap APRN menjadi motor, inspirator sekaligus inisiator kegiatan-kegiatan kehumasan kolaboratif lintas negara di ASEAN, dan Indonesia memegang peran dan posisi strategis disini untuk merintis dan mengembangkannya lebih jauh”.
Pada kesempatan tersebut, kami tidak hanya berdiskusi soal kiprah beliau pada bidang Per-Humas-an di Indonesia dan ASEAN namun juga beberapa hal termasuk tantangan digital Public Relation dan penetrasi media sosial. Saya sempat menanyakan mengenai fenomena “blog korporasi” yang dikelola oleh Humas Perusahaan dan hubungannya dengan strategi kehumasan termasuk lembaga pendidikan seperti LSPR yang mesti menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang mengarah kepada interaksi dua arah terutama di era informasi saat ini. Ibu Prita menanggapi positif hal itu dan menyatakan akan mempertimbangkan untuk menjadikan salah satu bahasan materi diskusi maupun masukan berharga dalam penyusunan kurikulum di LSPR.
Ibu Prita memang sosok perempuan Indonesia yang inspiratif dan visioner. Beliau sempat mengungkapkan bagaimana ibu tiga anak ini membangun LSPR 23 tahun silam dan telah menghasilkan lebih dari 16.000 alumni yang telah menjadi praktisi komunikasi, khususnya di bidang PR, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Semua diawali dengan keprihatinan dari lulusan London City College of Management Studies, London, UK LCCIEB Third Level Group Diploma in Public Relations. London, UK (1984-1987) & Master of Business Administration – International Academy of Management & Economics, Manila, Philippines (1988-1990) ini pada kurang tersedianya tenaga PR professional yang siap pakai di Indonesia pada awal tahun 1990-an. Kondisi itu amat dia rasakan ketika menjabat sebagai Director of Public Relations for Clarck Hatch International, Jakarta Indonesia (1989-1992).
Dengan tekad membara, ibu Prita membuka lembaga kursus Public Relations (PR) pada tahun 1992. Diawali dengan hanya menyewa ruang kantor berukuran 12 meter persegi di gedung World Trade Centre (WTC) di bilangan Jalan Sudirman, Jakarta, lembaga kursus ini terus berkembang hingga pada tahun 1999 secara resmi ditingkatkan menjadi sekolah tinggi yang bernama Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi The London School of Public Relations – Jakarta. LSPR kian “meraksasa” dan kini telah memiliki enam konsentrasi studi pilihan yaitu, Public Relations, International Relations, Marketing, Mass Communication, Visual Design Communication & Advertising dan Performing Arts Communication. Khusus program pasca sarjana, ada empat konsentrasi studi yang bisa dipilih yaitu Corporate Communication, Marketing Communication, International Relations Communication dan Mass Media Management. Kedepan, LSPR rencananya akan berganti nama menjadi London School of Public Relations dan telah membangun kampus baru di kawasan Bekasi.
Malam kian tua. Rasanya ingin lebih lama berdiskusi dengan ibu Prita, menggali dan “memetik” percikan pemikiran yang bernas dari beliau tentang banyak hal, mulai dari impiannya membangun insan kehumasan Indonesia lebih tegar dan kokoh menghadapi tantangan masa depan hingga strategi sinergi konstruktif lintas negara ASEAN lewat APRN.
Terimakasih ibu Prita atas kesempatannya berdiskusi bersama kami, ada banyak manfaat dan kesan serta inspirasi yang bisa diperoleh dari pertemuan yang sangat berharga. Semoga dapat diberikan kesempatan bisa bertemu kembali.
Pingback: MY BLOGGING KALEIDOSKOP 2015 / Catatan Dari Hati
tenks