PROSESI UPACARA”MOMEATI” ANANDA ALYA DWI ASTARI GOBEL DI MAKASSAR
Akhir tahun silam, tepatnya tanggal 25-26 Desember 2016, kami sekeluarga melaksanakan liburan ke Makassar sekaligus menyelanggarakan prosesi adat Gorontalo “Momeati” atau baeat untuk putri bungsu saya Alya yang baru saja memasuki masa akil balighnya. Rencananya prosesi “Momeati” Alya ini akan dirangkaikan dengan syukuran sunatan keempat sepupu laki-lakinya yaitu Febrian Suratinoyo , Fanny, putra adik saya @tri wahyuni gobel serta Aldy putra dari adik bungsu saya Diah Ramayanti Gobel dan Raihan putra adik lelaki saya @Buddy Gobel.
Gorontalo yang kerap dijuluki sebagai “Serambi Madinah” ini memiliki kekayaan adat dan budaya yang khas dan unik. Termasuk diantaranya prosesi adat momeati yg diperuntukkan bagi anak perempuan yang baru saja mengalami haid pertama.
Pada hari Minggu (25/12) bertempat di kediaman orang tua saya di Antang, diselenggarakan prosesi adat nan sakral itu dipandu oleh Tante Zako yang memang biasa menangani adat Momeati ini.
Beberapa atribut acara didatangkan khusus dari Gorontalo oleh keluarga yang datang dari sana, sehingga kami tidak perlu bersusah payah mencarinya di Makassar.
Acara diawali dengan kegiatan Momonto (Pemberian air suci) dimana air yang berasal dari campuran cairan kuning telur, kapur dan air diberikan tanda di dahi sebagai perlambang Tiada menyembah sesuatupun selain Allah SWT, lalu tanda di leher di bagian bawah tenggorokan yg bermakna tidak makan makanan yg haram, tanda di bahu, dan lekukan2 tangan serta kaki bermakna tidak akan melakukan perbuatan tercela yang dilarang Agama. Saya dan istri tak luput juga mendapatkan tanda tersebut sebagai pernyataan bertanggung jawab atas keselamatan anak sebagai amanat Allah SWT.
Selanjutnya prosesi Momuhuto (siraman air kembang) yg terdiri atas 7 macam ramuan bermakna yg diharapkan membalut kemulusan budi pekerti sang putri: Molomahu to pi’ili (kepribadian yg anggun), Molumboyoto to ayuwa (keramahan/kehalusan budi pekerti), mopiduduto to syare’ati (kemantapan pada syariat Islam), Modu’oto to hilawo (berprinsip teguh), Molimomoto to akali (pemikiran yg jernih), Moulintapo to karaja (terampil dalam pekerjaan), Moponuwa to’u motomele (kasih sayang pada rumah tangga). Alya dimandikan denga air kembang tersebut oleh kedua orang tua, Opa/Oma dan sesepuh di Makassar.
Lanjut kemudian setelah berganti pakaian dengan pengajian. Alya diminta melantunkan ayat2 suci Al qur’an. Kemudian disambung dengan kegiatan “Mopohuta’a to Pingge” (menginjakkan kaki diatas piring).
Dengan dipayungi sang kakak Muhammad Rizky Aulia Gobel , Alya menginjak dengan pelan 7 buah piring yg melambangkan 7 aspek pertahanan seorang gadis dalam kehidupannya.
Piring pertama berisi tanah dan po’otoheto yg diistilahkan Huta wawu Tilihula bermakna kehidupan di bumi dimana sang putri diharapkan memperkuat pendirian, ketakwaan dan keimanan, piring kedua berisi jagung bermakna sang putri wajib mempertahankan kesucian dan kehormatan dirinya. Piring ketiga berisi beras bermakna kerendahan hati, piring keempat berisi Tala’a Ngala’a yang berisi uang yang beragam nilainya bermakna penghematan dan membeli sesuatu sesuai kebutuhan bukan keinginan.
Piring kelima berisi daun piring (polohungo) artinya sang putri harus memahami pantangan adat mulai dari remaja hingga berumahtangga. Antara lain menghindari Umobulilo (perbuatan janggal) dan Umo’olito (yang memalukan diri sendiri dan keluarga)
Piring keenam berisi bakohati umonu (lulur/bedak harum) bermakna penataan diri sejak remaja hingga berumah tangga. Piring ketujuh berisi Bulowe bermakna keharuman nama dan keluarga perlu dijaga baik saat gadis maupun setelah berumah tangga.
Rangkaian acara ditutup dengan pembacaan do’a oleh ustadz. Alya nampak melalui semua prosesi tersebut dengan antusias didampingi sang kakak dan para adik sepupunya.
Keesokan harinya, Senin (26/12) bertempat di MaxOne Hotel Makassar diselenggarakan resepsi syukuran sunatan dan baeat Alya yang diawali dengan penyampaian nasehat agama oleh ustadz kepada Alya, Yayan, Fani dan Aldi. Di kesempatan itu ikut bergabung pula Raihan, anak adik saya Buddy Gobel yang datang dari Balikpapan.
Kurang lebih 200-an orang tamu undangan datang menghadiri acara tersebut, mulai dari keluarga dekat hingga handai tolan. Rangkaian acara resepsi ditutup dengan perayaan ulang tahun serentak kepada paman saya Miki Igirisa , Aldi dan ayah saya Karim Gobel yang berulang tahun di bulan desember. Tidak hanya kue tart ada juga Kaddo’ Minnya’ hidangan khas ala Bugis Makassar dalam rangka perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah. seluruh rangkaian acara berjalan lancar dan sukses.
Catatan :
Keterangan rangkaian adat Momeati ini saya ambil dari buku karya H.Reinyers Bila berjudul “Tatacara Pembeatan (Momeati) pada masyarakat adat suku Gorontalo.Adat