BUKU “98-99”: REKONSTRUKSI FAKTUAL DEMO MAHASISWA UNHAS DI MAKASSAR PADA MASA AWAL REFORMASI

Judul Buku : 98-99 –  “Catatan Kemahasiswaan Seorang Pembantu Rektor”

Penulis : Prof. DR. Amran Razak, SE, Msc

Penerbit: Sunrise

Editor : Zulkarnain Hamson & Andi Aisyah Lamboge

Jumlah Halaman : 215 halaman + xlii

Cetakan : Pertama, Mei 1998

ISBN : 978-602-5178665

“Tembak Dulu Diriku, baru kalian bisa menggilas Mahasiswaku!!”

Demikian ucapan heroik, lantang dan tegas Prof.DR.Amran Razak, SE,Msc, Pembantu Rektor III Universitas Hasanuddin, saat menghadang pasukan militer yang akan membubarkan para pendemo Mahasiswa Unhas yang menduduki bandar udara Internasional, Sultan Hasanuddin, Makassar tanggal 13 November 1998. Kejadian monumental ini disajikan secara dramatis dalam buku bertajuk “98-99 ; “Catatan Kemahasiswaan Seorang Pembantu Rektor”. Dalam aksi tersebut, Amran menulis di halaman 65:

Aku berdiri tegak menghentak, menarik keras kemejaku (kemeja merek Mark & Spencer pemberian Iqbal Latanro), menghempaskan satu persatu kancing bajunya —telanjang dada –gaya berontak ‘Anak Lorong’ di tengah landasan parkir pesawat, membentangkan dadaku sekuatnya, lalu menantang panser – baracuda yang akan menggilas ratusan mahasiswanya. Marah dan pilu bergelora dalam benakku, menyaksikan beberapa mahasiswi berjilbab terlihat tersungkur berusaha merapatkan diri di dinding kaca pembatas ruang tunggu penumpang bagian dalam bandara. Sebagian lainnya, terlihat mahasiswa berpencar tak terarah berhamburan berusaha menangkis semburan gas air mata dan tekanan aparat keamanan. Kekagetan penumpang pesawat diwarnai heran dan takjub tapi tak sedikit pula yang ngomel.

Aku bergerak melangkah ke arah barisan penyanggah aparat keamanan yang di kawal panser itu,
puncak kemarahanku sebagai putra ‘terpelajar’ dari Maros, sebagai cucu I Mangutung Daeng Garra, kini tak terbendung.

Dikenal sebagai sosok demonstran sejati tak kenal takut sejak masih mahasiswa dan telah dikisahkan dalam buku perdananya berjudul “Demonstran Dari Lorong Kambing” (baca resensi saya mengenai buku tersebut disini) , Amran Razak tampil sebagai sosok Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan UNHAS dengan gaya yang “berbeda” dan “out of the box”. Sebuah sosok yang justru sangat dibutuhkan pada masa awal gerakan reformasi yang bergolak riuh dan rawan konflik horizontal.

Pada buku ini, Lelaki kelahiran Makassar 2 Januari 1957 tersebut, menguraikan rangkaian peristiwa fenomenal gerakan mahasiswa Unhas menumbangkan orde baru 20 tahun silam, lengkap dengan foto, wawancara langsung dengan para pelaku di zamannya, serta dukungan data otentik yang diramu secara apik melalui tulisan nan memikat.

Sebagai mantan jurnalis kampus, kemampuannya mengolah kata dalam sajian naratif kontekstual membuat buku ini tak hanya sekedar sebuah memoar perjalanan hidup seorang sosok mantan demonstran mahasiswa militan yang menjadi birokrat kampus dan menangani beragam persoalan dialektika dunia mahasiswa semata, namun juga menjelma sebagai sebuah rangkaian kisah menegangkan dengan aroma kejutan tak terduga atau bahkan terdapat pula ulasan santai yang kerap membuat saya sebagai pembacanya ikut tertawa terpingkal-pingkal. Amran menyajikan uraian artikulatif yang renyah dibaca dalam setiap tuturan babak demi babak dalam buku ini.

Buku ini dibagi menjadi 8 bab, yaitu bagian pertama bertajuk “Pekik Reformasi dari Seberang Lautan”, Bagian Kedua “Menduduki Bandara Hasanuddin”, Bagian ketiga “Rapat Akbar di Lokasi Tawuran”,  Bagian keempat “Mengantar Demokrasi Indonesia”, Bagian kelima “Penculikan Aktifis Mahasiswa”, Bagian Keenam “Konser Musik Kantata Takwa”, Bagian Ketujuh “534 Dosen di Sulsel mengecam MPR” dan Bagian Kedelapan “Sang Gembala Reformis”.  Buku ini memang sejatinya menjadi kelanjutan dari buku perdananya yang beredar 3 tahun silam “Demonstran Dari Lorong Kambing”..

Pada bab Awal, penulis memaparkan sebagai Pembantu Rektor III di Kampus Merah UNHAS, senantiasa melakukan pendekatan yang intens tidak hanya pada lingkup paguyuban para Pembantu Dekan III Fakultas namun juga para aktifis mahasiswa Unhas yang bergabung dalam gerakan aksi Solidaritas (SOLID). Pada masa itu, gerakan reformasi di Indonesia tengah bergema lantang pasca Prahara Mei 1998 di Jakarta. Diceritakan, para petinggi kampus yang menangani soal kemahasiswaan itu tak segan ikut turun ke jalan mengawal rombongan mahasiswa ikut berdemo.

Di Bab pertama, halaman 6, dituliskan seberapa jauh “kedekatan” tersebut, bahkan ruangan Pembantu Rektor III UNHAS di Gedung Rektorat lantai 2 kerap jadi ruang “konsolidasi”:

Paguyuban PD III dan sejumlah dosen mantan dedengkot aktivis kampus bersama koordinator lapangan
(korlap) Aksi Solidaritas Mahasiswa (SOLID) Unhas seakan dibebani tugas mengatur ritme langkah-langkah
ribuan mahasiswa Unhas yang membujur, menjulur mengisi satu arah jalan raya, — memantik simpati rakyat, lantaran mereka tetap memberi ruas jalan sebelahnya. Sesekali mereka menyapa pengendara di sebelahnya, sambil meneriakkan yel-yel perjuangan atau sekedar menyapa ‘minta maaf’ karena mengganggu perjalanan mereka.

Sebuah mobil dinas ‘amphibi’ terkesan mobil bekas, berwarna biru tua, berlumur karatan di kaki kaki
bodynya, milik Sekretaris Rektor Unhas, selalu setiap membuka jalan meluncur ke depan. Sopirnya, bernama
MADONG – putra Bima itu, terlihat cukup tangkas meski sedikit gempal, maklum tupoksi dia sebenarnya sebagai Satpam andalan Rektorat. Usai demo, mereka kembali ke kampus berkumpul di depan rektorat Unhas. Berkumpul dari siang hingga larut malam, sebelum kembali ke pondokan atau masuk
kota kembali ke rumah mereka. Tak ayal, ketika rektorat tak lagi berpenghuni tersebut, mereka seakan menguasai Rektorat Unhas, membujur-berkelompok di pelataran Lantai Dasar Rektorat Unhas, atau ‘konsolidasi’ di ruang kerja PR III Lantai 2 rektorat. Mereka melewati malam, menikmatinya dengan nasi bungkus warteg pondokan dari warung pinggiran sekitar kampus. Jika mereka telat makan malam, terpaksa menunggu jatah rutin songkolo begadang dari Pannara-Antang, yang amat laris itu.

Di bab berikutnya, penulis menambahkan ornamen kisahnya dengan menuliskan kembali kesaksian sejumlah pelaku sejarah yang terlibat langsung dalam aksi mahasiswa UNHAS 1998. Buat saya,kesaksian tersebut memberi nilai tambah tersendiri bagi buku ini tak sekedar menambah dramatisasi cerita tapi juga melengkapi “ruang kosong” dari kisah yang dituturkan langsung oleh penulis dengan perspektif yang berbeda.

Salah satu pengalaman seru dituturkan oleh Canny Watae, mantan Pengelola Radio Kampus EBS FM Fakultas Teknik UNHAS dan kontributor radio Mercurius Makassar:

“13 November 1998. Kami menduduki Bandara Hasanuddin, Mandai. Di tengah terik mentari siang, kami
bertahan di apron tempat pesawat parkir. Saya celingukan. Mati akal. Telepon umum koin ada di teras depan gedung keberangkatan. Saya berhitung. Sekali keluar dari konsentrasi massa di apron ini maka tidak mungkin lagi bisa bergabung mengingat kami dikitari Paskhas AU bersenjata laras panjang. Selama demo anti-Soeharto hingga Sidang Istimewa (SI) MPR RI, kami pengelola Radio Kampus EBS FM memakai strategi “telepon umum”.

Kru yang turun ikut berdemo membekali diri dengan uang koin. Tiap ada telepon umum kru menelpon studio untuk “live report”. Jaman itu telepon seluler adalah barang super mewah. Boleh dikata tidak ada mahasiswa yang menggunakan hape saat itu. Pun meski yang bersangkutan anak orang kaya. Kali ini saya benar-benar mati akal. Telepon umum tak terjangkau.

Bagaikan pungguk merindukan bulan, namun kali ini bulannya berhasil tergapai. Sedikit di bagian dalam
lingkaran Paskhas ada Amran Razak, Pembantu Rektor III Unhas. Bagai tahu kebutuhan primer saya saat itu, Amran langsung memberikan hapenya. Girang bukan main saya.

Langsung kusambar barang mewah itu untuk kemudian memasang wajah memelas: bagaimana cara menggunakan ini barang? Pak Amran langsung men-dial-kan nomor telpon studio EBS. Wusssss…. live report pendudukan Bandara Hasanuddin oleh anak-anak Unhas langsung mengudara. Usai live dengan EBS, saya spontan minta lagi disambungkan ke radio Mercurius, salah satu radio swasta yang punya segmen berita Kisi Redaksi. Awak radio swasta ini mengizinkan saya mengudara. Total lebih dari setengah jam saya menguras pulsa Pak Amran. Beliau bilang: “Kalo mau ko live lagi, Saya belikan ko lagi”.

Sejumlah kesaksian mantan aktifis mahasiswa UNHAS lainnya di era reformasi “menghiasi” halaman-halaman buku ini. Ada Agus Amri, aktifis Fakultas Hukum yang kini berprofesi sebagai Advokat, Abdul Rahman “Boge” Farisi, juga ada Aryanto Karma Wisesa. Uraian mereka berdasarkan pengalaman riil masing-masing membuat buku ini memiliki daya “greget” yang luar biasa. Rangkaian cerita di buku ini tak hanya diperkaya oleh kesaksian aktifis mahasiswa pada zamannya namun juga berita-berita terkait yang dimuat di media yang menguraikan serangkaian aksi mahasiswa menumbangkan orde baru di berbagai kota di Indonesia.

Pada Bab 4, Amran menceritakan kisahnya sebagai salah satu “koki” lahirnya Forum Rektor Indonesia (FRI). Seusai “mengawal” dan menuntaskan gerakan reformasi di kampus Unhas, Amran sibuk sebagai Sekretaris Eksekutif FRI wilayah Sulawesi Selatan mendampingi Rektor Unhas Prof.Radi.A.Gani yang menjadi Ketua FRI tahun 2000-2001.

FRI yang resmi berdiri tanggal 7 November 1998 di Bandung merupakan tempat berkumpulnya para Rektor dan intelektual di berbagai Universitas/Institut di Indonesia. Salah satu hal penting dari 5 kesepakatan pertemuan FRI di Bandung adalah “Para Rektor akan selalu bersama dengan mahasiswa dalam gerakan reformasi murni sebagai kekuatan moral dan intelektual, dan karena itu, para rektor akan membela para mahasiswa yang tertindas dan terlanggar hak asasinya. Di bab ini diuraikan secara rinci berbagai aktivitas FRI termasuk mengawal pelaksanaan Pemilu 1999 sebagai pemantau dengan melibatkan 500 Perguruan Tinggi serta mengecam kebijakan UNDP (United Nation Development Programe) pada April 1999 yang memutuskan tidak akan mencairkan biaya pemantauan di delapan Propinsi.

“Tensi” cerita kembali beranjak “naik” ketika bab berikutnya membahas tentang penculikan aktifis mahasiswa. Ditengah maraknya aksi penculikan aktifis, salah seorang aktifis mahasiswa Unhas, Maqbul Halim, raib tak tentu rimbanya. Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisipol Unhas itu mendadak lenyap seusai aksi mahasiswa Unhas pada hari Kamis, 9 April 1998. Selaku Pembantu Rektor III bidang Kemahasiswaan, Amran Razak diliputi kegusaran dan merasa kebobolan atas hilangnya aktifis mahasiswa berusia 26 tahun tersebut. Dengan mengerahkan seluruh potensi yang ada, upaya pencarian Maqbul terus dilakukan. Tidak hanya mencari informasi dari rekan-rekannya sesama aktifis mahasiswa namun juga dari pihak keluarga. Walau kemudian Maqbul akhirnya ditemukan, namun misteri kemana hilangnya masih belum terungkap.

Kisah-kisah sepak terjang sang “aktifis dari lorong kambing” yang melakoni jabatannya sebagai Pembantu Rektor III Unhas ini, di bab-bab selanjutnya terus bergulir renyah. Yang menarik disimak adalah bagaimana Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat itu mengambil posisi sebagai mantan aktifis mahasiswa fenomenal pada zamannya yang tentunya sadar atau tidak, kerap terbawa arus romantisme masa lalu saat menangani aksi mahasiswa mendukung gerakan reformasi , sekaligus pada saat yang sama selaku birokrat kampus yang mesti tegas serta lugas menegakkan regulasi dan aturan formal dari Pemerintah. Tentu sangat dituntut kedewasaan bersikap dan keluwesan memahami situasi kekinian dengan pendekatan kritis. Beruntung, dukungan penuh Civitas Academica dan alumni Unhas pada gerakan reformasi yang digagas mahasiswa membuat langkahnya menjadi lebih “ringan” serta mudah.

Kecerdasannya memainkan peran strategis secara lincah dan taktis dalam riuh gemuruh aksi mahasiswa menuntut reformasi, membuat posisi Amran Razak begitu menonjol. Seusai dilantik 10 Januari 1998, seketika ritme hidupnya berubah. Dalam salah satu narasi di buku ini, Amran menggambarkan tantangan yang bakal dihadapinya kelak yang akan bergelimang “air mata” jauh daripada kucuran “mata air kesejahteraan”, belum lagi kewajiban menyediakan waktu minimal “27 jam” sehari-semalam.

Salah satu yang cukup menarik perhatian adalah tatkala Sekretaris Daerah Pemprov. Sul-Sel Hakamuddin Jamal meneleponnya untuk menangani aksi mahasiswa Unhas yang tengah berdemo di kantor Gubernur. Amran berhasil melakukan pendekatan persuasif yang simpatik pada rombongan mahasiswa yang menamakan dirinya AMPD (Aliansi Mahasiswa Pro Demokrasi). Dalam perjalanan berikutnya, komunikasi yang baik terjalin antara aktifis AMPD dan sang “aktifis dari lorong kambing” yang juga menjabat Pembantu Rektor III Unhas tersebut.

Nuansa sentimental begitu kental terasa di akhir buku ini. Setelah sibuk bersama para aktifis mahasiswa memperjuangkan reformasi yang riuh dan berpeluh , Amran menghadapi tantangan yang tak mudah: menyelesaikan studi doktoralnya. Di halaman 207, digambarkannya begitu “melankolis”:

Gelisah !#?. Suatu perasaan yang bisa menimpa siapa saja ketika menghadapi ‘ketidakmenentuan’. Aku
paham diriku, aku bukan politisi, aku hanya seorang demonstran. Lahir di antara aras lorong dan jalan raya,
membuat perlawanan sekenanya, dan menabur pikiranpikiran semrawut menata bangsa.

Usai pemilihan rektor yang memastikan Prof.Dr.Radi A. Gany masuk periode kedua, banyak pertanda aku
harus bergegas melupakan romantisme gerakan reformasi dan ‘merasa dekat’ dengan mahasiswa.
Kini, aku hanya punya satu pilihan tersisa, menyelesaian doktorku. Aku mulai terbiasa ke Fakultas
Pasca Sarjana Unhas. Aku punya kegiatan tambahan mengurus kelengkapan studi, menanti surat keputusan
tim promotor dan ko-promotorku, mengambil mata kuliah penunjang disertasi, dan konsultasi judul disertasi.

Aktivitasku di gedung Pasca Sarjana Unhas seperti bertandang kepengasingan, merasa berada di tengah
‘penjara akademik’, melihat wajah-wajah mahasiswa dalam tekanan studi. Menunggu dosen, seperti menunggu giliran panggilan di kantor kecamatan. Duduk sejenak di deretan kursi depan ruangan kelas lantai dasar Pasca Sarjana Unhas. Sesekali menyempatkan diri melirik mahasiswi ‘setengah-berumur’ yang sedang melintas.

Membaca buku ini membuat wawasan saya kian terbuka khususnya pada dinamika gerakan mahasiswa Unhas memperjuangkan reformasi di Makassar serta bagaimana rekonstruksi faktual yang terjadi pada saat itu. Tidak hanya itu, dalam Kata Pengantar buku ini bertajuk “Institusionalisasi Reformasi”, DR.Andi Alfian Mallarangeng yang juga ikut aktif dan turun langsung berdemo bersama mahasiswa memperjuangkan reformasi 20 tahun silam itu, menulis:

Saya bahagia mendapat kesempatan yang banyak bersama Aksi Mahasiswa SOLID Unhas, sebagai dosen
muda yang baru pulang studi dengan disertasi tentang Pemilu, membuat saya lebih mudah menyatu dengan
mereka. Dalam beberapa hal strategis-konseptual, mahasiswa Unhas mampu menunjukkan respon mereka
lebih awal dalam konteks gerakan Reformasi Indonesia.Salah satu bentuk kegigihan mereka adalah
memperjuangkan Otonomi Daerah sebagai agenda reformasi nasional.

Akhirnya, buku ini tentu tak akan sekedar menjadi referensi bacaan untuk mempelajari bagaimana gejolak aksi reformasi yang terjadi 2 dasawarsa silam lewat “kacamata” seorang Pembantu Rektor III ketika itu, namun tentunya akan memantik inspirasi dan bisa menggali hikmah dari jalinan peristiwa yang telah terjadi bagi generasi muda masa kini untuk menata masa depan yang lebih baik melalui spirit reformasi. Tak salah jika mantan Rektor UNHAS periode 1997-2006 Prof.DR.Radi.A.Gany menyatakan dalam kata pengantarnya : “Buku ini bisa jadi Oksigen bagi anak-anak kita yang kemudian membacanya, dia akan terinspirasi”.  

Related Posts
10 LAGU GAEK YANG BIKIN HATI TERMEHEK-MEHEK (2)
Saya lanjutkan kembali dari edisi sebelumnya 6. Every Breath You Take - The Police Lagu ini benar-benar asyik punya. Pertama kali dengar justru ketika saya menjadi engineer di Timori Putra Bangsa tahun ...
Posting Terkait
7 REKOMENDASI HOTEL MURAH UNTUK STAYCATION DI BANDUNG
Selain tempat wisata dan tempat belanja, hotel murah di Bandung  menjadikan kota Bandung disukai banyak orang. Selain keindahan alamnya yang sudah tidak perlu diragukan, kota ini juga menjadi tujuan wisata ...
Posting Terkait
INTELIJEN BERTAWAF : ULASAN DALAM KEBERSAHAJAAN ARTIKULATIF
Judul Buku : Intelijen Bertawaf , Teroris Malaysia dalam Kupasan Karya : Prayitno Ramelan Editor : Pepih Nugraha Penerbit : Grasindo, 2009 Tebal : 227 halaman Cetakan : Pertama, November 2009 Kisah Intelijen, selalu menarik, karena laksana kisah alam gaib. ...
Posting Terkait
BLOGILICIOUS 2012 SIAP “GOYANGKAN” 7 KOTA DI INDONESIA
logilicious 2012 kembali digelar! Ajang seminar dan workshop mengenai blogging yang digagas pertama kali tahun lalu oleh IDBlognetwork ini dilaksanakan sebagai upaya mendukung kehadiran blogger-blogger Indonesia yang menghasilkan konten-konten positif dalam ...
Posting Terkait
HARI BLOGGER NASIONAL DAN TANTANGAN MASA DEPAN
Masih lekat rasanya dalam ingatan saya ketika saya menghadiri Pesta Blogger Pertama, 27 Oktober 2007 di Blitz Megaplex. Saya menjadi saksi dari sebuah sejarah pencanangan hari blogger nasional oleh ...
Posting Terkait
SELASAR DAN GAIRAH YANG MENJELMA
Cuaca terlihat mendung, saat saya tiba di kantor Selasar, Como Park, Jl.Kemang Timur Raya No.998, Selasa (17/8), tepat sehari sebelum warga ibukota melaksanakan Pilkada putaran kedua. Sehari sebelumnya, saya sudah ...
Posting Terkait
MUSIKALISASI LASKAR PELANGI : TANTANGAN INTERPRETASI & KONSISTENSI
etelah melihat iklan besar rencana pementasan Musikalisasi Laskar Pelangi yang akan dilaksanakan mulai tanggal 17 Desember 2010 sampai 31 Desember 2010 bertempat di Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki, di sebuah ...
Posting Terkait
MERAWAT BANGSA, BUKAN DENGAN SLOGAN (Kompas Siang,14 Agustus 2013)
Catatan: Ini adalah kali kedua tulisan saya dimuat di rubrik FORUM Kompas Siang, setelah sebelumnya dimuat tanggal 6 Agustus 2013 (baca disini) Saya kembali menulis dan dimuat di rubrik yang sama di ...
Posting Terkait
BF : WADAH BUAT ANDA YANG TAK CUKUP HANYA MENONTON
Bila anda adalah seorang penggemar film yang punya keinginan besar untuk berdiskusi atau tukar pengalaman menonton serta romantika di dunia film, maka tak ada salahnya bila anda bergabung di situs ...
Posting Terkait
SAHABAT, KEKAYAAN NYATA BAGI JIWA
Sahabat adalah kebutuhan jiwa, yang mesti dipenuhi Dialah Ladang Hati, yang kau taburi dengan kasih dan Kau panen dengan penuh rasa terimakasih. Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu. Karena kau menghampirinya saat hati lapar ...
Posting Terkait
NARASI KERESAHAN YANG LUGAS DAN PUITIS ALA LINDA DJALIL
Judul Buku : Cintaku Lewat Kripik Balado Penulis : Linda Djalil Prolog : Putu Wijaya Epilog : Jodhi Yudono Penerbit : Penerbit Buku Kompas , Juni 2011 Halaman : xii + 244 Halaman Ukuran : 14 ...
Posting Terkait
MEMENANGKAN IPOD NANO 8 GB DALAM KONTES YAHOO MIM
Alhamdulillah sebuah kabar gembira datang dari Yahoo Indonesia yang menyatakan saya sebagai pemenang kontes mingguan berhadiah sebuah Ipod Nano 8 GB lewat kompetisi bertajuk Football Mim Minggu ini. Dalam kompetisi ...
Posting Terkait
Dalam perjalanan pulang ke rumah tadi malam, saya terlibat pembicaraan menarik dengan seorang bapak diatas bis Tunggal Daya jurusan Lebak Bulus-Bekasi. Semula kami berbincang hal-hal ringan seputar pekerjaan dan kehidupan ...
Posting Terkait
PERAN RANTAI SUPLAI & TANTANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HULU MIGAS INDONESIA
ada acara Simposium Nasional Migas Indonesia di Makassar, tanggal 25-26 Februari 2015 bertempat di Ballroom Phinisi Hotel Clarion, yang dilaksanakan oleh Komunitas Migas Indonesia chapter Sulawesi Selatan, ada sejumlah catatan ...
Posting Terkait
MEET MATT : SUKSES KARENA BERBAGI
Wordcamp Indonesia—sebuah ajang pertemuan non formal bagi para pengembang, pengguna dan penggemar blog engine wordpress di Indonesia--yang digelar di Erasmus Huis Kuningan Jakarta Selatan, pada Hari Sabtu-Minggu, 17-18 Januari 2009, ...
Posting Terkait
10 LAGU GAEK YANG BIKIN HATI TERMEHEK-MEHEK (2)
7 REKOMENDASI HOTEL MURAH UNTUK STAYCATION DI BANDUNG
INTELIJEN BERTAWAF : ULASAN DALAM KEBERSAHAJAAN ARTIKULATIF
BLOGILICIOUS 2012 SIAP “GOYANGKAN” 7 KOTA DI INDONESIA
SEGERA HADIR! FOREST TALK WITH BLOGGERS DI PEKANBARU
HARI BLOGGER NASIONAL DAN TANTANGAN MASA DEPAN
SELASAR DAN GAIRAH YANG MENJELMA
MUSIKALISASI LASKAR PELANGI : TANTANGAN INTERPRETASI & KONSISTENSI
MERAWAT BANGSA, BUKAN DENGAN SLOGAN (Kompas Siang,14 Agustus
BF : WADAH BUAT ANDA YANG TAK CUKUP
SAHABAT, KEKAYAAN NYATA BAGI JIWA
NARASI KERESAHAN YANG LUGAS DAN PUITIS ALA LINDA
MEMENANGKAN IPOD NANO 8 GB DALAM KONTES YAHOO
MAU PEMILU BENERAN GAK SIH?
PERAN RANTAI SUPLAI & TANTANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HULU
MEET MATT : SUKSES KARENA BERBAGI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.