Istriku uring-uringan dan mendadak membenciku dua hari terakhir ini.
“Aku benci tahi lalatmu. Tahi lalat Rano Karnomu itu!” cetusnya kesal.
“Pokoknya, jangan dekat-dekat! Aku benciii! Benciii! Pergi sanaa!”, serunya lagi, lebih galak.
Aku terhenyak. Apa-apaan ini?
Bukankah karena tahi lalat yang–mirip tahi lalat artis film si Doel, Rano Karno– itu yang pertama kali membuatnya terpikat kepadaku?
Aku ingat saat pertama kali bertemu dengannya, dia mengaku Rano Karno adalah artis idola dan favoritnya.
“Tahi lalat yang ada di dagu sebelah kiri itu membuatnya makin tampan dan mempesona, seperti kamu ini,” katanya sewaktu kami pertama kali pacaran sembari mencubit gemas daguku.
Akupun tersanjung.
Konon kabarnya, memang saat ibu mengandungku, sudah mengidam memiliki anak yang tampan dan tentu saja, mirip Rano Karno, artis idola dari masa ke masa. Minimal tahi lalatnya.
Dan Alhamdulillah.. itu terwujud.
Aku tumbuh sebagai lelaki yang agak tampan dan tahi lalat Rano Karno yang ada di dagu kiriku menjadi daya tarik tersendiri, berpadu dengan kumis tipis nan menggemaskan.
Aku akhirnya memilih mengalah dan pergi sejenak ke bangku taman dekat rumah, merenungi nasib.
Tiba-tiba handphoneku berdering nyaring.
Dari ibu mertuaku.
“Nak, sabar ya.. jangan diambil hati istrimu Rani yang marah-marah terus. Mungkin dia belum sampaikan kepadamu, seminggu lalu dia memeriksakan kandungan ke dokter dan dinyatakan hamil. Sepertinya dia sedang ngidam berat. Katanya dia akan menyampaikan kabar gembira itu padamu sesegera mungkin. Apakah Rani sudah menyampaikannya, nak?,” suara lembut ibu mertua terdengar di ujung telepon.
Tiba-tiba dadaku sesak. Handphoneku terjatuh ke rumput taman.
Kepalaku mendadak berputar-putar. Tahi lalat Rano Karnoku mendadak berdenyut-denyut. Sakit.
Dalam hati aku mengutuk diri sendiri dan mempertanyakan vonis dokter setahun lalu, bahwa aku mandul dan tak bisa memberikan anak untuk Rani.
Related Posts
Hening. Sunyi.
Di ujung telepon aku hanya mendengar helaan nafasnya yang berat.
"Jadi beneran mbak tidak marah?", terdengar suara adikku bergetar.
"Lho, kenapa harus marah?", sergahku gusar
"Karena Titin melangkahi mbak, menikah lebih dulu,"sahutnya ...
Posting Terkait
Dibawah ini adalah Flash-Fiction saya yang merupakan "modifikasi" dari salah satu posting saya dalam lanjutan cerita estafet (cerfet) forum blogfam yang berjudul "Bayang Hitam"
Nah..selamat menikmati:
My Momma always said:
Life was like ...
Posting Terkait
Dari balik jendela yang buram aku menyaksikan sosoknya menari riang diiringi lagu hip-hop yang menghentak dari CD Player dikamar. Poni rambutnya bergoyang-goyang lucu dan mulutnya bersenandung riang mengikuti irama lagu. ...
Posting Terkait
Gadis itu menulis diatas secarik kertas dengan tangan bergetar.
Ia mencoba menafsirkan desir-desir rasa yang menggerayangi kalbu nya, menerbitkan rasa nyaman dan juga kangen pada lelaki yang baru akan diperkenalkannya pada ...
Posting Terkait
Seperti Janjimu
Kita akan bertemu pada suatu tempat, seperti biasa, tanpa seorang pun yang tahu, bahkan suamimu sekalipun. Kita akan melepas rindu satu sama lain dan bercerita tentang banyak hal. Apa ...
Posting Terkait
Seperti yang pernah saya lakukan diblog lama, saya akan menayangkan karya flash-fiction saya diblog ini secara teratur, paling tidak minimal 2 minggu sekali. Contoh koleksi flash-fiction lama saya bisa anda lihat ...
Posting Terkait
Takdir kerapkali membawa keajaibannya sendiri.
Seperti saat ini, menatap wajahnya kembali pada sebuah reuni sekolah menengah pertama. Paras jelita yang seakan tak pernah tergerus waktu, meski hampir setengah abad telah terlewati.
Diajeng ...
Posting Terkait
Berkali kali lelaki itu merutuki kebodohannya.
Mengabaikan perasaannya paling dalam kepada perempuan sederhana namun rupawan yang dia sukai, hanya demi harga diri sebagai lelaki kaya, tampan dan terkenal--lalu kemudian, ketika semua ...
Posting Terkait
Aku meradang. Merah. Juga bernanah.
Sudah tiga hari aku bercokol disini, di bokong sebelah kiri salah satu penyanyi dangdut terkenal ibukota, Nana Daranoni.
Sang pemilik bokong tampaknya kurang merasa nyaman atas kehadiranku. ...
Posting Terkait
Memanggilnya Ayah, buatku sesuatu yang membuat canggung. Lelaki separuh baya dengan uban menyelimuti hampir seluruh kepalanya itu tiba-tiba hadir dalam kehidupanku, setelah sekian lama aku bersama ibu. Berdua saja.
"Itu ayahmu ...
Posting Terkait
Keterangan foto: Menggigit Buntut, karya Andy Surya Laksana, Dji Sam Soe Potret Mahakarya Indonesia
elaki itu menatap nanar dua sapi yang berada di hadapannya.
Matahari siang menjelang petang terik membakar arena pertandingan. ...
Posting Terkait
Lelaki itu duduk didepanku dengan wajah tertunduk lesu.
Terkulai lemas diatas kursi.
Mendadak lamunanku terbang melayang ke beberapa tahun silam. Pada lelaki itu yang telah memporak-porandakan hatiku dengan pesona tak terlerai.
Tak hanya ...
Posting Terkait
Aku menyeringai puas. Bangga.
Sebagai Debt Collector yang disegani dan ditakuti, membuat debitur bertekuk lutut tanpa daya dan akhirnya terpaksa membayar utangnya merupakan sebuah prestasi tersendiri buatku.
Sang debitur, lelaki tua dengan ...
Posting Terkait
Perempuan itu memandang mesra ke arahku. Aku pangling. Salah tingkah. Dia lalu memegang lenganku erat-erat seakan tak ingin melepaskan.
Kami lalu berjalan bergandengan tangan di sebuah mall yang ramai.
"Aku selalu berharap ...
Posting Terkait
Hancur!. Hatiku betul-betul hancur kali ini. Berantakan!
Semua anganku untuk bersanding dengannya, gadis cantik tetanggaku yang menjadi bunga tidurku dari malam ke malam, lenyap tak bersisa.
Semua gara-gara pelet itu.
Aku ingat bulan ...
Posting Terkait
Bangga rasanya menjadi anak seorang dukun terkenal di seantero kota. Dengan segala kharisma dan karunia yang dimilikinya, ayah memiliki segalanya: rumah mewah, mobil mentereng dan tentu saja uang berlimpah hasil ...
Posting Terkait
FLASH FICTION: TAKDIR TAK TERLERAI
FLASH FICTION : KESEMPATAN KEDUA
FLASH FICTION : BALADA SI KUCING BUTUT
FLASH FICTION: BARANGKALI, CINTA
FLASH FICTION : SEPERTI JANJIMU
FLASH FICTION: SAAT REUNI, DI SUATU WAKTU
FLASH FICTION: BUKAN JODOH
FLASH FICTION : TRAGEDI BISUL
BERPACULAH ! MENGGAPAI KEMENANGAN !
FLASH FICTION: SETAN KREDIT
FLASH FICTION: ROMANSA DI MALL
FLASH FICTION: AYAHKU, IDOLAKU