TOLOOONG…ANAK SAYA TAKUT NAIK PESAWAT TERBANG!

SAYA tidak tahu, apakah anak saya telah mengalami sebuah indoktrinasi sistematis dari Mr.T tokoh bertubuh kekar yang–ironisnya– takut naik pesawat, sampai-sampai sang rekan Murdock mesti membiusnya dulu sebelum dibawa terbang (tokoh ini diperankan oleh B.A.Baracus dalam serial televisi terkenal The A-Team).


Awalnya ketika kami sekeluarga berencana pulang ke kampung halaman istri saya di Yogya. Untuk alasan efisiensi waktu, saya sudah menetapkan agar kami sekeluarga mudik kesana dengan menggunakan pesawat terbang. Saya bahkan sudah mengontak travel agent langganan kantor saya untuk memesan tiket. Namun saat rencana itu saya ungkapkan, anak tertua saya, Rizky, ia tiba-tiba berseru kencang : “Aku tidak mau naik pesaawaaat! Takut Jatuh! Pokoknya tidak mauuu!!”.


Saya terperangah.


Dan saya makin tersentak kaget, ketika si bungsu putri kecil saya, Alya ikut-ikutan nyeletuk dengan suara cadelnya, “Aku juga gak mauu naik pecawat ! Takut Jatuh!”.


Saya menepuk jidat. Istri saya menelan ludah. Kami tercekam dalam kesunyian.


 

Peristiwa kecelakaan beruntun yang menimpa beberapa penerbangan di Indonesia, rupanya menjadi pangkal semua itu. Ada tragedi jatuhnya pesawat ADAM AIR di Perairan Majene dan peristiwa terbakarnya pesawat Garuda Indonesia saat mendarat di Bandara Adisucupto yang menjadi referensi seram bagi kedua anak saya untuk anti naik pesawat terbang.
Tayangan televisi yang memberitakan peristiwa tersebut dan kerap memberikan pemandangan dramatis menambah ketakutan kedua anak saya.Menurut istri saya, ketika menonton tayangan peristiwa terbakarnya pesawat Garuda di Bandara Adisucipto dan ada adegan seseorang memapah korban berlumur darah dari pesawat naas itu, kedua anak saya spontan menutup mata dengan kedua tangannya. Saya sempat menegur istri saya agar tidak mengarahkan kedua anak saya menonton tayangan “horor” di televisi. Tapi apa daya, hampir semua stasiun TV menayangkan kejadian itu dan meskipun televisi kami matikan, media non televisi lainnya seperti suratkabar (dimana saya berlangganan 2 suratkabar harian) ikut memberitakan peristiwa tragis tersebut.


Saya tak habis pikir kenapa kedua anak saya tiba-tiba mengalami trauma seperti ini. Rizky sebelumnya sudah pernah naik pesawat tiga kali pulang pergi (dua kali, dari/ke Jakarta ke/dari Yogya dan satu kali, dari/ke Jakarta ke/dari Makassar) sementara Alya baru satu kali saat kami mudik ke Makassar 2 tahun silam. Dan saya sama sekali tidak mendapatkan alasan yang cukup masuk akal, apa yang membuat mereka berdua tiba-tiba anti naik pesawat terbang. Saya masih ingat, si Rizky malah sangat menikmati penerbangannya. Juga sang adik yang bahkan dengan antusias duduk berdua bersama kakaknya dipinggir jendela menyaksikan awan dari balik kaca.


Saya akhirnya memutar otak untuk melakukan pendekatan persuasif agar kedua anak saya “sembuh” dari trauma naik pesawat terbang. Yang pertama adalah main pesawat terbang diatas tempat tidur. Saya bertindak sebagai penumpang, Rizky sebagai pilot dan adiknya,Alya, sebagai pramugari. Istri saya yang tersenyum simpul menyaksikan aksi kami disamping pintu kamar, bertindak sebagai Menara Pengawas Kendali Pendaratan/Pemberangkatan.


Rizky dan Alya menyusun bantal dan mengibaratkannya sebagai body pesawat. Saya, sebagai penumpang–yang digambarkan sebagai wong ndeso’ , lugu dan katro’ — menaiki “pesawat” sembari celingak-celinguk genit seperti gaya Tukul Arwana di acara Empat Mata Trans-7. Kedua anak dan istri saya tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan aksi teatrikal saya itu. Hmm..syukurlah ini awal yang baik, pikir saya.


Sebagai pilot, Rizky menempatkan saya dibagian tengah “pesawatnya”. Dan Alya, sebagai pramugari menawarkan kopi kepada saya dengan peralatan mainan masak-masakan miliknya. Istri saya, nampaknya menikmati perannya sebagai Menara Pengawas dengan baik. Ia hanya tetap berdiri disamping pintu, tetap tersenyum dan tentu saja, tetap mengawasi.”Brruuuummm…”, mulut si Rizky menggeram ibarat pesawat sudah mulai lepas landas. Saya bergoyang-goyang dengan gaya kocak seperti penumpang di angkot ketiduran yang baru saja melindas “polisi tidur”. Si Alya memegangi punggung saya agar tidak bergerak lagi. Mulutnya menceracau tak jelas, mungkin seperti mengomel, “Ini penumpang satu kok ndeso banget sih? Mbok ya diam gitu lho and enjoy your flight!”.


“Pesawat terbang” kami menderu kencang diatas awan. Membawa satu orang penumpang yang katro’ yang dengan penuh penderitaan menikmati cerocos omelan tak jelas dari seorang pramugari cilik yang tak henti-hentinya menyodorkan cangkir kopi kosong untuk pura-pura diminum.
“Ituuu….awas ada buuruung terbaaanng!! Hati-hatiii..nanti ketabrak!”, saya berseru sambil berpura-pura menunjuk-nunjuk panik ke arah “luar” pesawat. Alya dan Rizky ikut-ikutan mengikuti telunjuk saya.


“Itu bukan burung, Pa. Itu awan!” sahut Rizky tenang. Ia kembali ke “kemudi pesawatnya”. Alya manggut-manggut menunjukkan solidaritasnya. Saya keki. Istri saya terkikik geli. Tapi dalam hati saya bersyukur, anak saya ternyata cukup terampil dalam hal mengendalikan kekacauan. Sungguh sangat berbakat sebagai polisi dan politisi.


Beberapa saat kemudian, persiapan pendaratan dilakukan. Dengan suara ribut Rizky “mendaratkan” pesawatnya dengan mulus. Alya dan ibunya bertepuk tangan. Saya tersenyum lebar. Inilah saatnya memasukkan “doktrin” itu.


“Nah, jadi kalau begitu kita pulang ke rumahnya Mbah/Eyang di Yogya atau kerumah Bapu/Oma di Makassar, pake pesaaaa…..”, saya “menggantung” kalimat terakhir dengan harapan kedua anak saya menyambungnya dengan kata-kata yang “melegakan” hati.



“TIDAK MAU! AKU TIDAK MAU NAIK PESAWAT! TAKUT JATUH”, tukas Rizky cepat dan lantang.
“AKU JUGA! AKU TIDAK MAU NAIK PECAWAT!” sambung si adik Alya tak kalah lantangnya. Mata kedua anak saya menyala-nyala, menyiratkan keyakinan kuat mereka.

Duh, Gusti!.

Saya kembali menepuk jidat dan istri saya pun mengelus dada. Prihatin.

Jurus persuasif lainnya kami terapkan. Kali ini memberi iming-iming hadiah kegemaran mereka jika mereka tak mau naik pesawat terbang. Tapi itu juga tidak mempan. Mereka tetap memilih tinggal dirumah saja dan tak mau dapat hadiah apapun daripada mesti naik pesawat terbang. Tampaknya ada pengalaman traumatik tersisa dibatin mereka. Saya jadi putus asa.


Tapi saya belum menyerah. Kuncinya ada pada Rizky. Adiknya si Alya hanya ikut-ikutan apa kata kakaknya saja. Sayapun melakukan audit investigasi atas seluruh CD Playstation miliknya. Ultimatum pun saya jatuhkan : Jika Rizky tidak mau naik pesawat terbang, maka tidak boleh lagi dia main game Playstation “tembak-tembakan pesawat” (begitu istilah dia, saya sendiri tidak tahu apa nama game-nya). Saya beralasan, masa’ berani main game tembak-tembakan pesawat terbang tapi tidak berani naik pesawat.

Tapi, lagi-lagi, anak saya yang memiliki dua “unyeng-unyeng” diatas kepalanya ini (Istilah bakunya saya kurang mengerti, namun ini merujuk pada “pusaran rambut” dipuncak kepala, konon kata orang, “Unyeng-Unyeng” lebih dari satu menunjukkan kecerdikan sekaligus kenakalan sang pemiliknya) kembali menunjukkan bakat cemerlangnya sebagai calon politisi.


“Rizky mau main bola aja kalau begitu, nggak usah main tembak-tembakan pesawat,” sahutnya tenang seraya mengambil koleksi CD Playstationnya.


Saya garuk-garuk kepala yang tidak gatal.


Jika langkah persuasif dan agresif sudah dijalankan, apa boleh buat, langkah berikutnya adalah kompromi sembari tetap mencari “jurus-jurus baru” membujuk kedua anak saya itu naik pesawat.

Kecelakaan Pesawat Terbang domestik yang terjadi di negeri ini sungguh sangat menggiriskan. Faktor keselamatan penerbangan menjadi prioritas yang kerap diabaikan. Jika anda baca di posting ini di awal tahun 2007 saja sudah ada 23 insiden penerbangan yang terjadi. Belum lagi tulisan ini yang menceritakan “Fear Factor” terbang dengan penerbangan domestik di Indonesia. Yang membuat saya geli dan sekaligus miris membaca tulisan di Majalah Mingguan Tempo edisi tanggal 9-15 Juli 2007 dimana dalam salah satu laporannya disebutkan telah terjadi insiden sebuah pesawat Boeing 737 dari sebuah penerbangan domestik di Indonesia yang kehilangan 13 baut roda depan ketika mendarat di Bandara Polonia Medan empat pekan sebelumnya.Hanya tersisa 1 baut saja untuk menahan pesawat 60 ton tersebut.

“Untunglah”, insiden itu hanya membuat kaki pesawat “keseleo”. Maka dibentuklah “Tim SAR” yang terdiri dari satuan pengamanan dan pemadam kebakaran bandara. Bukan untuk menolong para penumpang yang selamat dan sehat wal-afiat, namun mencari 13 baut yang tercecer di landasan sepanjang 2,9 kilometer itu. Karena kejadian itu berlangsung dimalam hari, “tim SAR” dibekali senter yang jika dari jauh mereka terlihat seperti pemburu katak. “Tim SAR” itu mesti menyingkir dulu sebentar dan menangguhkan “Operasi Pencarian Baut” saat ada pesawat yang mendarat atau lepas landas. Tak kurang Mardjono Siswosuwarno, anggota KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) yang ketika itu menyelidiki insiden tersebut didekat pesawat yang cedera sempat geleng-geleng kepala menyaksikan kejadian itu. Tingkah laku “Tim SAR” dan otoritas bandara membuatnya ngenes. “Masa’ pesawat diperbolehkan lepas landas dan mendarat di landasan yang kotor. Ini melanggar buku teks,” ujarnya pada Tempo.

Saya pun tak kalah geleng-geleng kepala dengan Pak Mardjono. Bagaimana jika baut yang jatuh itu saat pesawat sedang mengudara?. Plis deh!. Masa’ sih Mas Pilot minta ijin dulu ke para penumpangnya dan memberi pengumuman ke para penumpang dengan suara yang berusaha “ditenang-tenangkan” seperti ini : “Ma’af para penumpang, berhubung baut roda depan jatuh, saya permisi dulu sebentar mau ngambil ya?. Jangan lupa banyak-banyak berdoa dan Selamat Tinggal semuanya!. Have a Nice Flight!”. Hehehe.

Pesawat terbang bukanlah Metromini. Yang ketika mogok dijalan, sang kondektur dengan raut wajah tanpa dosa bisa meminta para penumpang membantu mendorong bersama-sama hingga metromininya bisa berjalan kembali (saya kerap mengalami hal ini, hingga terkadang bos saya dikantor terheran-heran melihat kemeja saya basah oleh keringat seperti baru saja habis mengikuti turnamen lari marathon Cikarang-Jakarta). Jika standar keselamatan penerbangan diabaikan dan dijadikan prioritas terakhir, maka yakinlah, dunia penerbangan domestik di Indonesia berada di senjakala dan ditubir jurang kehancuran. Keseriusan dan kedisiplinan aparat terkait serta operator penerbangan domestik terutama dalam hal mengedepankan faktor keselamatan penerbangan dan tidak semata-mata mementingkan aspek komersil belaka, sangat diperlukan. Jangan sampai harga tiket pesawat akan sama murahnya dengan nyawa manusia. Mestinya larangan terbang Uni Eropa untuk seluruh pesawat domestik Indonesia melintas dilangit mereka menjadi sarana introspeksi bagi kita semua untuk meningkatkan kualitas penerbangan di Indonesia.Sembari menggenggam pil anti sakit kepala dijemari tangan, saya sempat berfikir, ide si Murdock sableng untuk membius Mr.T dalam film seri The A-Team boleh juga diaplikasikan. Mungkin tidak perlu pake obat bius dosis tinggi tapi obat pilek ringan yang menyebabkan kantuk sehingga kedua anak saya bisa tertidur saat pesawat mengudara. Lamunan saya buyar saat mendengar suara istri saya.

“Pa, kok Pil KB saya berkurang satu ? Papa minum ya ?” tegur istri saya cemas.

Saya kaget setengah mati.


Pil KB yang saya sangka Pil anti sakit kepala itu sudah masuk ke perut saya sejak tadi. Setidaknya bisa ditarik tiga hikmah dari peristiwa ini. Yang pertama, untuk menghindari resiko salah ambil obat, janganlah coba-coba berfikir mengenai kekisruhan pengelolaan penerbangan domestik Indonesia ketika sedang sakit kepala, yang kedua, jangan coba-coba berfikir untuk membius anak agar bisa naik pesawat terbang seperti yang dilakukan oleh Murdock terhadap Mr.T di A-Team karena bisa kualat akibatnya (juga bisa kena damprat oleh Kak Seto dkk di Komisi Nasional Perlindungan Anak), dan yang ketiga adalah, sudah saatnya beralih ke Kondom sebagai alat kontrasepsi alternatif..hehehe

 

Related Posts
DINNER@ CAFE PINANG HOTEL KRISTAL
SELASA Malam (15/4) bertempat di Kafe Pinang Hotel Kristal Jakarta Selatan, kami, keluarga besar Andergauge Drilling System Asia Pacific dijamu makan malam spesial oleh Pak Malcolm Greener, Managing Director Andergauge ...
Posting Terkait
Saya tak akan pernah lupa pada hari dimana pertama kalinya saya menjadi seorang foto model. Hari itu, 10 Januari 2010, dengan menggunakan coverall ala petugas rig pengeboran minyak lepas pantai ...
Posting Terkait
SURAT CINTA TERBUKA BUAT ISTRIKU (Merayakan 12 Tahun Pernikahan)
Istriku sayang, Membuka bulan keempat di tahun 2011 yang juga merupakan bulan penuh kenangan dimana cinta kita berdua dikekalkan dalam ikatan suci pernikahan, kita menyaksikan betapa malapetaka berupa bencana alam serta ...
Posting Terkait
KEMATIAN ITU NASEHAT KEHIDUPAN
Saya bersama Almarhum Ilham, duduk disebuah acara Bazaar yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil UNHAS, sekitar bulan Juli tahun 1992 Judul posting diatas diucapkan oleh Agus Kuncoro Adi, pemeran Azzam ...
Posting Terkait
ROMANTIKA MUDIK KE MAKASSAR (1) : SETELAH 4 TAHUN, MELAMPIASKAN RINDU
Rizky dan Alya terlihat masih mengantuk saat sahur di bandara Soekarno Hatta, Selasa (6/8) sebelum bertolak ke Makassar dengan pesawat Garuda Indonesia GA 654 jam 05.00 pagi Pesawat Garuda GA 654 ...
Posting Terkait
PATALI DAY 2013 : UNTUK KETAHANAN PANGAN & PELESTARIAN SENI KULINER INDONESIA LEBIH BAIK
Kata "Patali" selalu merupakan "keyword" klasik untuk mengidentifikasi bahwa tak lama lagi ibu saya akan menyajikan hidangan masakannya yang lezat dan dashyat. Ya, "Patali" atau "Pasar" dalam bahasa Gorontalo senantiasa dipakai ibu, ...
Posting Terkait
MENYUSURI SUNGAI SUMIDA, MERAYAKAN KEINDAHAN METROPOLITAN
ada tahun 1995, saat berkesempatan mengikuti pelatihan di Kyoto, terbersit keinginan di hati saya untuk bisa dapat mengunjungi juga kota Tokyo, yang keduanya berada di negeri Sakura, Jepang itu, Sayangnya, ...
Posting Terkait
MELESAT BAGAI KILAT BERSAMA TELKOMSEL FLASH
etbook saya si "Deliiani" (Dell Inspiron Mini 9) mendadak menjadi sangat mumpuni dan bagaikan "ngacir" menjelajah dunia maya ketika dalam internal modemnya saya pasangkan dengan kartu Telkomsel Flash. Daya ...
Posting Terkait
MAGNUM CAFE, SAJIAN CITA RASA ELEGAN YANG MEMBUMI
Tiupan terompet yang membahana kencang menandai pembukaan Magnum Cafe yang terletak di Grand Indonesia West Mall Lantai 5 tadi sore, Kamis (24/2). Saya bersama khalayak penonton yang hadir (sekitar 100-an orang) ...
Posting Terkait
Foto bareng seusai kopdar
ahagia sekali rasanya, kemarin, Minggu (29/1) kami semua anggota dan pengurus Blogger Bekasi bertemu kembali dengan sang ketua, Mas Aris Heru Utomo yang kebetulan “mudik” ke Indonesia selama masa penugasannya sebagai diplomat Kemenlu RI ...
Posting Terkait
BLOGILICIOUS GORONTALO YANG SENSASIONAL !
elalu ada hal-hal menarik dibalik setiap penyelenggaraan Blogilicious. Termasuk ketika saya menjadi narasumber dalam acara seminar dan workshop blog yang dilaksanakan di aula Universitas Negeri Gorontalo pekan lalu tanggal 15-16 ...
Posting Terkait
DARI WORKSHOP PENGADAAN BARANG & JASA PTK 007 DI INDUSTRI MIGAS: TKDN, SALAH SATU KEBERPIHAKAN NYATA PADA PRODUK DALAM NEGERI
khirnya saat itu tiba. Sudah lama saya berharap bisa mengikuti training tentang Tender Management Pengadaan Barang dan Jasa sesuai PTK 007 Revisi II yang diselenggarakan atas kerjasama Koperani Bina Petro ...
Posting Terkait
BINDHE BILUHUTA, SAJIAN KULINER DENGAN SENSASI RASA MENDUNIA
ejak kecil saya sudah menyukai Bindhe Biluhuta, nama makanan khas Gorontalo ini. Kedua orang tua saya yang lahir dan besar di wilayah yang kerap disebut sebagai "Serambi Madinah" itu senantiasa ...
Posting Terkait
MENYANTAP HIDANGAN SEAFOOD YANG NIKMAT DI RESTORAN SAMPAN BATAM CENTER
khirnya, saya kembali ke Batam lagi, setelah akhir tahun silam saya berkunjung ke kota Otorita ini. Berbeda dengan kunjungan sebelumnya untuk melakukan inventory asset, maka kunjungan kali ini adalah dalam rangka ...
Posting Terkait
TANAMERA COFFEE : CITARASA “MEGAH” & NIKMAT KOPI INDONESIA
ERIMIS siang melanda kawasan Jakarta dan sekitarnya ketika saya tiba di Tanamera Coffee , sebuah kedai kopi yang terletak di Thamrin City Office Park Blok AA 07, tak jauh dari pusat ...
Posting Terkait
YANG MELENGKING DARI BLOGWALKING (22)
1. Ketika Amril Menjadi Emery Kemampuan "mesin translasi" Google benar-benar luar biasa. Selain melengkapi diri dengan 35 bahasa, mesin ini juga cukup mumpuni untuk menerjemahkan bahasa di blog. Lihatlah, bagaimana Blog ...
Posting Terkait
DINNER@ CAFE PINANG HOTEL KRISTAL
MENIKMATI INTERAKSI DAN MERAYAKAN JURNALISME WARGA DI KOMPASIANA
SURAT CINTA TERBUKA BUAT ISTRIKU (Merayakan 12 Tahun
KEMATIAN ITU NASEHAT KEHIDUPAN
ROMANTIKA MUDIK KE MAKASSAR (1) : SETELAH 4
PATALI DAY 2013 : UNTUK KETAHANAN PANGAN &
MENYUSURI SUNGAI SUMIDA, MERAYAKAN KEINDAHAN METROPOLITAN
MELESAT BAGAI KILAT BERSAMA TELKOMSEL FLASH
MAGNUM CAFE, SAJIAN CITA RASA ELEGAN YANG MEMBUMI
KEMERIAHAN KOPDAR BERSAMA KETUA BLOGGER BEKASI
BLOGILICIOUS GORONTALO YANG SENSASIONAL !
DARI WORKSHOP PENGADAAN BARANG & JASA PTK 007
BINDHE BILUHUTA, SAJIAN KULINER DENGAN SENSASI RASA MENDUNIA
MENYANTAP HIDANGAN SEAFOOD YANG NIKMAT DI RESTORAN SAMPAN
TANAMERA COFFEE : CITARASA “MEGAH” & NIKMAT KOPI
YANG MELENGKING DARI BLOGWALKING (22)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.