KOPDAR DI WARUNG HAJI MAMINK DAENG TATA
Dari kiri kekanan: saya, Nawir Gani, Bisot, Sultra, ocha, Rara dan Munawir (foto by Daeng Rusle)
KAMIS sore, 13 Maret 2008 selepas mengikuti training pengantar untuk kick-off sistem managemen supply chain online dikantor, saya buru-buru pulang agar bisa tiba tepat waktu di tempat kopdar (kopi darat) komunitas blogger Makassar yang akan dilaksanakan di Warung Haji Mamink Daeng Tata di daerah Casablanca Jakarta Selatan.
Dari kantor saya di daerah Lebak Bulus, untuk mempersingkat waktu,saya memutuskan untuk naik taksi ke salah satu halte busway terdekat, lalu melanjutkan perjalanan dengan busway ke Perempatan Mampang. Ditengah kemacetan yang cukup parah di sekitar wilayah warung buncit dan mampang (terlebih pasca keputusan sterilisasi jalur busway dari angkutan non busway), tampaknya menggunakan moda transportasi bis transjakarta merupakan alternatif terbaik untuk menerobos kemacetan. Dari perempatan Mampang, saya berencana untuk melanjutkan naik taksi lagi ke warung Haji Mamink.
Saya bersyukur “feeling” saya benar adanya. Dari halte busway di depan kantor Departemen Pertanian Ragunan tempat saya naik pertama kali, kemacetan panjang membentang hingga ujung jalan Mampang Prapatan. Bis Transjakarta yang saya tumpangi melaju mulus. Tanpa hambatan berarti. Hanya kurang lebih 15 menit kemudian, saya sudah sampai di tujuan : perempatan Mampang. Hujan deras mengguyur saat saya turun dari halte busway. Untunglah bekal payung yang saya bawa selalu menjadi “gadget” andalan menghadang derai hujan.
Saya segera menghentikan sebuah taksi Putra kosong yang kebetulan lewat. Kami lalu langsung menuju TKK (Tempat Kejadian Kopdar) dengan melewati daerah Pancoran dan Jl.DR.Sahardjo. Kemacetan sempat kami alami saat melintasi jembatan layang dari arah mampang menuju pancoran. Deretan kendaraan beringsut perlahan ditengah derai hujan yang tumpah dari langit.
Didalam Taksi, saya mengirim sms ke Rara yang ketika itu sudah bersama Daeng Rusle dan Nawir Gani, juga sedang menuju ke TKK. Saya tiba di Warung Haji Mamink Daeng Tata Pkl.18.15. Azan Maghrib menggema lantang. Setelah memesan Nasi Goreng Merah (ini nasi goreng khas Makassar) dan teh manis hangat, saya lalu menuju ke bagian bawah restorant yang menyediakan menu spesial ala Makassar itu, untuk sholat Maghrib. Sebuah mushalla kecil lengkap dengan tempat berwudhu tersedia disana. Saya lalu menunaikan sholat Maghrib (sebagai imam) dengan dua makmun saya, pelayan restorant Haji Mamink Daeng Tata.
Daeng Battala’ bersama Daeng Rusle di warung Daeng Haji Mamink Daeng Tata (foto by : Rara)
Usai sholat Maghrib, perut saya mendadak keroncongan minta diisi. Udara dingin akibat hujan yang mengguyur Jakarta petang itu membuat perut saya cepat merasa lapar. Betapa kagetnya saya, ternyata Nasi Goreng Merah yang saya pesan ternyata tidak merah. Pokoknya seperti nasi-nasi goreng biasa. Saya lalu protes ke salah satu pelayan dan dijawab bahwa kebetulan saat itu Nasi Goreng Merah-nya tidak tersedia.
Karena perut sudah keburu lapar, akhirnya dengan lahap saya menyantap nasi goreng tadi. Tak lama kemudian, rombongan Rara, Daeng Rusle dan Nawir Gani datang. Kami lalu bersalaman dan saling menyapa dengan penuh keakraban. Layaknya sahabat lama yang sudah lama tak bersua. Kami lalu terlibat pembicaraan tentang banyak hal. Berselang 30 menit kemudian, Bisot datang. Tampilannya begitu dandy dan trendy apalagi dengan jaket kulit membungkus tubuhnya yang kekar.
Sepuluh menit kemudian, Munawir ikut datang bergabung. Munawir yang baru saja mendapatkan anugerah luar biasa atas kelahiran anak pertamanya itu (3 hari sebelumnya) lalu dengan bangga memperlihatkan foto sang anak melalui kamera digitalnya kepada kami semua. Kedatangan Munawir disusul lagi oleh kehadiran blogger Makassar yang lain yaitu Sultra dan sobatnya, Ocha. Pembicaraan kian seru dan menarik. Rusle sempat menerima telepon dari salah satu rekan blogger Daeng kami di Aceh, Kamaruddin Aziz Daeng Nuntung, yang menanyakan kabar kopdar tersebut sekalian mengirim salam buat kami semua. Rombongan berikutnya yang datang adalah Daeng Marowa yang datang bersama sang anak Farhan beserta dua orang kerabatnya. Peserta kopdar terakhir yang datang adalah Nuri Abidin, kekasih sang ketua Blogger Makassar, Rara. Kami lalu sibuk berfoto dan bernarsis ria mengabadikan pertemuan penting ini. Tak terkecuali Farhan, putra tercinta Daeng Marowa yang ternyata sudah begitu mahir memotret dengan kamera digital meski dengan hasil ala kadarnya 😀
Menjelang pukul 21.00 malam kopdar blogger Makassar di jakarta itu berakhir. Karena satu arah perjalanan pulang, saya ikut bareng bersama rombongan Daeng Marowa lewat Bekasi Barat. Begitu banyak kesan dan kenangan yang ditorehkan di hati usai bertemu langsung dengan sahabat-sahabat dunia maya saya ini. Kapan-kapan kopdar lagi ya? 😀
OOT: gambar header karikaturnya bagus 😀
yang jelas kalau kopdar sambil makan di tempat Daeng Tata..kolestoral naik he he
haha..
akhirnya tayang juga!
yang jelas kalau kopdar sambil makan di tempat Daeng Tata..kolestoral naik he he
iya tawwa, gammara’ na….
kemudian, Bisot datang. Tampilannya begitu dandy dan trendy apalagi dengan jaket kulit membungkus tubuhnya yang kekar.
gubraxxxx hahahahaha kalah kekar ji sama kita daeng wkkkk
met kenal
daeng tata cabangnya dimana aja c???
wah….kenangan lama kembali terngiang..:D
kayaknya disini pertama kali kita ketemua ya kanda ATG
Daeng tata buka cabang dimana aja? DI Jogja adakah?
Sepertinya itu lezat 😀
Lam Kenal Kang