UNTUK MEREKA, YANG MENYISAKAN JEJAK INDAH DI BATIN
HARI ini, 2 Mei 2008, dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional, izinkan saya membagi sebagian serpih-serpih kenangan tentang beberapa orang guru saya sejak SD hingga Universitas yang telah menorehkan jejak kenangan indah di batin saya, hingga sekarang. Tulisan yang saya buat ini sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan saya buat mereka atas jasa-jasa guru-guru tercinta yang telah mendidik saya dan memberikan saya banyak pelajaran penting tentang hidup dan kehidupan, tentu dengan tidak mengabaikan jasa guru-guru saya lainnya yang telah berperan begitu besar selama saya menempuh pendidikan dari jenjang TK hingga menyelesaikan kuliah di Universitas.
1. Ibu Herlina, Guru SD Negeri I Kab.Maros
Saya mengenang guru dan wali kelas saya di SD Negeri I Kab.Maros dikelas V dan VI ini sebagai seorang guru yang sabar, telaten dan tabah menghadapi kami, murid-muridnya yang tengil. Saya ingat betul, pernah, kami 5 orang murid paling bandel dikelas tersebut membolos melalui cara memanjat jendela kelas yang kebetulan berbatasan langsung dengan gerbang sekolah. Kami dipergoki beliau dengan sukses dan apesnya itu terjadi ketika saya yang memanjat terakhir sedang siap turun dari jendela. Tak ayal kami berlima dihukum didepan kelas dengan berdiri satu kaki seraya memegang telinga. Beliau lalu menasehati kami dengan lemah lembut dan mengingatkan bahwa kami mesti belajar dengan tekun agar menjadi anak yang pandai sesuai harapan orang tua kami. Dengan logat khas asal Tana Toraja, Ibu Herlina memberikan saya pemahaman yang begitu dalam tentang arti mengemban amanah orang tua dengan belajar tekun, rajin dan tidak nakal di sekolah. Ucapan-ucapan beliau yang tulus itu masih membekas dihati saya sampai kini. Alhamdulillah, meski saya sempat “beken” sebagai anak bandel, saya berhasil meraih rangking-2 saat menamatkan studi di SD Negeri I Maros, tahun 1983.
2. Ibu Rosdiana, Guru Bahasa Inggris, SMP Negeri II Maros
ZZZING!!, sepotong kapur itu meluncur deras dari arah depan dan tepat menimpa kening saya yang ketika itu sedang menjahili teman sekelas saya di kelas II SMP Negeri II Kab.Maros. Saya mengikat rambut panjang terurai milik Kalsum, teman perempuan yang duduk persis didepan saya, ke sandaran kursinya dengan karet gelang. Saya menahan tawa membayangkan jika Kalsum berdiri dari tempat duduknya maka kursinya pun akan terbawa bersama. Kalsum tidak menyadari itu, tapi Ibu Rosdiana, guru Bahasa Inggris yang tengah serius mengajar didepan kelas menyadarinya. Maka melayanglah sebatang kapur dan “mendarat” di jidat saya. Meski tidak terlalu sakit karena jarak lemparan yang cukup jauh, tapi tak ayal saya mesti menanggung rasa malu mesti dihukum berdiri satu kaki didepan kelas. Usai sekolah, saya dipanggil ke ruang guru dan diceramahi habis-habisan oleh Ibu Rosdiana. Sungguh, saya sangat menyesali perbuatan yang telah saya lakukan. Ibu Rosdiana menyatakan, meski suami beliau satu kantor dengan ayah saya di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih VI Maros dan satu kelompok arisan ibu-ibu Dharma Wanita disana bersama ibu saya disana, beliau tak peduli. “Bila kamu nakal dan bikin ulah dikelas,kamu tetap saya hukum, tidak peduli walaupun Ibu kenal dengan Papa dan Mama kamu, malah kalau perlu ulahmu ibu laporkan ke mereka” ujarnya tegas. Saya tertunduk lesu dan sejak itu, saya meneguhkan janji di hati untuk tidak bertindak bengal lagi di kelas. Interaksi saya dan Ibu Rosdiana tidak berhenti meski beliau tidak menjadi guru kelas saya lagi. Beliau selalu memberikan saya motivasi dan nasihat untuk belajar dengan tekun dan meraih prestasi terbaik. Alhamdulillah, saya lulus SMP tahun 1986 dengan nilai tidak terlalu buruk, bahkan meraih peringkat kedua Nilai Ebtanas Murni dari seluruh siswa kelas III saat itu. Ketika saya turun dari panggung usai penerimaan penghargaan, ibu Rosdiana langsung memeluk saya dengan erat. Air mata menetes dari pipinya dan saat itu saya tahu, ada sebaris kebanggaan untuk saya tertoreh dihatinya.
3. Bapak Radjuni Syam, Guru dan Pembina OSIS SMA Negeri I Maros
Saat menjabat sebagai Ketua OSIS SMA Negeri I Maros tahun 1988-1989, Pak Radjuni selalu mendampingi saya dalam setiap aktivitas organisasi sekolah tersebut. Beliau adalah Pembina OSIS SMA Negeri I Maros sekaligus guru Sejarah di sekolah tersebut. Saya begitu terlena dalam aktifitas kesiswaan mulai dari mengkoordinir kunjungan antar sekolah, Paskibra 17 Agustus di Kabupaten Maros, membuat bulletin sekolah, hingga kegiatan antar OSIS lintas sekolah. Suatu sore yang kuyup diguyur hujan, Pak Radjuni menemui saya diruang OSIS dan mengajak saya mengobrol diruang guru. Kami hanya berdua disana, dan Pak Radjuni lalu meminta saya untuk pandai-pandai membagi waktu antara kegiatan OSIS dan “tugas” inti saya sebagai siswa. “Jangan sampai kegiatanmu yang padat di OSIS membuat kamu mengabaikan peranmu sebagai siswa di sekolah ini dimana ayah dan ibumu begitu banyak menanamkan impian masa depan mereka dipundakmu,” kata Pak Radjuni sembari menatap tajam ke arah saya yang tertunduk menekuri keramik berwarna kusam diruang guru. Usai pertemuan yang mengesankan itu, di ambang pintu ruang guru, Pak Radjuni menepuk pundak saya lembut seraya berkata,” Bapak tahu, kamu pasti bisa meraih impian dan prestasi sepanjang kamu bisa membagi waktu antara tugasmu di OSIS dan sebagai siswa di sekolah. Jangan kecewakan Bapak, juga kedua orang tuamu”. Saya mengangguk dan menangkap makna yang dalam dari ucapannya. Hujan mengguyur deras dan saya menatap sosok Pak Radjuni dengan mantel hujan lusuh menembus derai hujan dengan sepeda tuanya.
Pak Jusuf Siahaya, Dosen Teknik Mesin UNHAS
“Kamu pasti bisa, harus bisa!,” demikian kata Pak Jusuf Siahaya (sekarang telah menyandang gelar Doktor dan Proffessor) dosen saya di Jurusan Teknik Mesin Universitas Hasanuddin saat saya dengan pesimis mengajukan proposal Karya Ilmiah yang akan saya ikutkan dalam Lomba Karya Tulis Hemat Energi se-Indonesia Timur yang diselenggarakan oleh Deptamben dan Museum Energi TMII, tahun 1993. Saya sempat merasa galau mengingat data-data pendukung yang saya miliki tidak memadai untuk menyelesaikan karya ilmiah tadi (saat itu judul karya ilmiah saya adalah pemanfaatan kombinasi energi panas lautan dan energi ombak sebagai salah satu energi alternatif khususnya di wilayah kawasan timur Indonesia). Dibawah bimbingan beliau, saya–dengan bersemangat–menyelesaikan karya ilmiah tersebut dan mempresentasikannya dihadapan sejumlah penguji di ruang rektorat UNHAS bersaing dengan karya-karya ilmiah dari berbagai Universitas lain di kawasan Timur Indonesia. Alhamdulillah, saya berhasil meraih juara pertama di kawasan indonesia timur, meski gagal di tingkat nasional. Usai menerima trophy dan piagam penghargaan, Pak Jusuf datang mendekat dan memberi selamat kepada saya. “Tak ada yang tak mungkin jika kamu senantiasa memelihara bara semangat didadamu dan pantang menyerah menghadapi segala persoalan,” katanya mantap. Saya mengangguk dan menyimpan baik-baik ungkapan Pak Jusuf di lubuk hati paling dalam.
Terimakasih guru-guruku, pahlawan tanpa tanda jasa..
SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2008!
Sumber foto: Dari Blog NyomNyom
saya selalu kagum dengan cara pak Amril bercerita. 😀
^^
keren!
saya mendaftar jadi anggota d’BatFC
Top, tulisan yang mantaffff 🙂
selamat Hardiknas
semoga para guru tidak pernah bosan mendidik.
Upik,
Aku jadi ingat Pak Jusuf Siahaya kebetulan beliau adalah Dosen Pembimbing Tugas Akhirku (yang kedua adalah Bapak Duma Hassan)….
Ga’ terasa 13-19 tahun lalu telah berlalu Bro… Terima kasih banyak Pak Jusuf, Pak Duma dan seluruh Dosen-Dosen lainnya. Karena Beliau-beliau kita jadi seperti ini Bro…
Ardian
hmmm…semoga orang2 yang tulus dan selalu memahami makna “guru” seperti seharusnya itu tak akan lekang oleh masa…
tabeeee….
ayo mampir d FSx identitas….
“identitas.ident@yahoo.com”
Pingback: Catatan ATG » MALAIKAT JUGA TAHU, SIAPA YANG JADI JUARANYAA..
Pingback: Public Blog Kompasiana» Blog Archive » Malaikat Juga Tahu, Siapa Yang Jadi Juaranyaa..
Pingback: Malaikat Juga Tahu, Siapa Yang Jadi Juaranyaaa…. | Komunitas Blogger Bekasi
Jadi pingin cerita juga nih.. pengalaman2 menarik saat duduk di SD, SMP, dan SMA. 🙂
Ditunggu ya cerita-ceritanya 🙂
masa lalu yg tidak bisa terlupakan…
catatan yg saya suka