BUAT PARA AYAH YANG MENYIMPAN RESAH DENGAN SENYUM MEREKAH

papakikialya-2

KEJADIAN kemarin siang yang saya alami saat menumpang taksi dari kantor di kawasan Lebak Bulus menuju workshop di Cakung sungguh sangat membekas dihati. Dering suara handphone sang supir seketika membangunkan saya dari lelap tidur.

“Ya, Ma? Ada apa? Papa lagi nyetir nih,” kata sang supir taksi yang memegang handphone di tangan kanan dan kemudi di tangan kiri.

“Apa? Susu si Nisa sudah habis? Kan’ baru kemarin dibeli?. Iya..ya..tiga hari lalu. Tapi kok cepat amat sih habisnya,Ma?. Biasanya kan’ sekaleng itu bisa buat seminggu?,” sahut si supir menjawab panggilan telepon dan berusaha tidak kehilangan konsentrasi mengemudi.

Saya pura-pura tidak memperhatikan dengan membuang pandangan ke arah samping. Ruas tol Jakarta Outer Ring Road cukup sepi saat itu. Tak banyak kendaraan yang berlalu lalang disana.

“Iya, Ma. Sabar. Nanti Papa beliin setelah kembali dari Pool malam ini,” ujar sang supir akhirnya. Helaan nafas panjang terdengar saat ia menutup telepon.

Menyadari saya memperhatikannya, sang supir mendadak berbalik ke belakang ditempat saya duduk. Raut penyesalan terlihat di wajahnya.

“Maaf ya pak, jadi terganggu tidurnya,”kata si supir santun,”Ini nih anak saya cepat banget minum susunya. Masa’ baru tiga hari lalu dibeli udah habis?. Moga-moga setoran kali ini bisa cukup beli sekaleng”.

Saya tersenyum dan mengangguk mafhum. Sang supir balas tersenyum getir.

Sebagai sesama ayah, saya paham keresahan yang ia alami.

Ingatan saya mendadak melayang ke sebuah peristiwa 17 tahun silam, di meja makan ruang keluarga kami di Perumteks. Dihadapan saya duduk ayah dengan mata menyala. Saat itu saya mengemukakan keinginan saya untuk membayar SPP sendiri dari hasil honorarium penulisan yang saya terima dari sejumlah media cetak lokal di Makassar. Sekitar 6 bulan saya menabung dan hari itu dengan bangga saya mengungkapkan keinginan itu didepan ayah.

“Dengar ya nak. Walaupun kamu sudah bisa bayar ongkos pete-pete (angkot) sendiri ke kampus dan sekarang mau bayar uang SPP dari hasil kerja kerasmu menulis di koran, kamu tetap menjadi tanggung jawab ayah untuk menyekolahkanmu sampai selesai. Meski ayahmu ini hanya pegawai negeri berpenghasilan kecil, tapi ayah tetap berusaha melakukan yang terbaik demi membiayai kamu dan adik-adikmu bersekolah. Camkan itu!,” kata ayah dengan suara bergetar.

Saya tertunduk dan menggigit bibir.

Tak pernah terbersitpun niat dihati saya untuk melukai hati ayah seperti ini. Keinginan saya tak lain adalah berusaha membantu orang tua dengan menggunakan uang tabungan saya dari hasil menulis untuk membayar SPP.

Bagi saya, itu adalah sebuah kebanggaan dan kehormatan membayar uang kuliah dari hasil keringat sendiri. Saya tak menyangka, ayah justru merasa tersinggung karena soal ini.

Mendadak ayah bangun dari tempat duduk dan memeluk saya erat-erat. Keharuan terasa meruap diudara.

“Ayah bangga padamu, nak,” ucap ayah saya lirih ditelinga, “tapi tolong, biarkan ayah yang bayar SPP-mu sebagai bentuk tanggung jawab orangtua untuk anaknya. Kalau ongkos pete-pete ke kampus, silahkan kamu bayar pakai duit hasil kerja kerasmu menulis di koran. Ayah tak akan halang-halangi itu”.

Saya memandang wajah ayah yang teduh. Sudut mata lelaki panutan yang tak pernah letih mencatat kenangan itu basah oleh airmata. Beliau memeluk saya lagi lebih erat.

“Kelak, ketika kamu jadi ayah, nak. Kamu akan mengerti ini,” ujar ayah saya lembut. Dada saya seketika disesaki keharuan mendalam.

Lamunan saya buyar saat si supir taksi menceritakan betapa susahnya mendapatkan setoran yang “cukup layak” dibawa pulang untuk biaya makan anak dan isteri di zaman yang makin susah ini. Kerapkali ia terpaksa ngutang pada rekan sekerja.

“Tapi bila sampai dirumah, saya tetap berusaha tampil gembira dan tersenyum untuk anak dan istri saya pak, meski rasanya sedih dihati ini tak bisa memberikan nafkah yang memadai buat mereka,” kata sang supir dengan nada pilu.

Saya termenung.

Ada berapa banyak ayah–seperti supir taksi ini–yang menyimpan demikian rapi keresahannya dan tampil begitu tangguh sebagai sosok ayah yang dengan tegar menyatakan dihadapan istri dan anak-anaknya,”Jangan khawatir, biar ayah yang bereskan semuanya”.

Ada berapa banyak ayah yang tak mampu meredakan keresahannya hingga kemudian membiarkan tangannya berlumur darah, mengambil sesuatu yang bukan haknya, mengorbankan hak orang lain demi menuntaskan rasa gundah dihati. Sementara dirumah, anak dan istri menunggu hingga larut malam kedatangan sang ayah dimana pada saat yang sama lelaki tangguh itu telah dalam keadaan kritis meregang nyawa, babak belur dihajar massa karena kejahatan yang dilakukannya dan hanya tersisa nafas terakhir di atas aspal yang basah oleh darahnya sendiri.

Ada berapa banyak ayah yang terpaksa menukar kehormatannya dengan melakukan korupsi, menipu rekan sekerja, berbuat curang dengan memanipulasi angka-angka demi meredam rasa resah didada hingga “orang-orang dirumah” tak perlu tahu dan bertanya halalkah duit yang dibawa pulang ?

Tak sedikit pula ayah yang memendam kegusaran dengan mengakhiri hidup diatas tali gantungan seakan-akan itu adalah solusi terakhir mengatasi persoalan.

Batin saya kian tergetar saat sang supir berkata lirih, “Kesedihan itu selalu saya simpan rapat-rapat dihati pak. Saya tak ingin keluarga saya merasakan keresahan yang saya alami dengan menciptakan kegusaran baru pada diri mereka. Tengah malam, saat saya sholat tahajjud, saya mengadukan persoalan ini pada Allah SWT. Berharap agar Sang Maha Pencipta melindungi agar jangan sampai saya berada dalam kekufuran akibat keresahan yang saya alami dan memperoleh rezeki yang halal serta layak untuk keluarga keesokan paginya”.

Saya menggigit bibir.

Terbayang kembali ekspresi wajah ayah saya 17 tahun silam. Beliau tak ingin menciptakan kegundahan baru pada diri saya, anak pertamanya, dengan mengambil alih tanggung jawab membayar SPP. Beliau ingin, dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, tetap menggenggam tanggung jawab sekaligus keresahan itu sebagai ayah.

Saat mencium pipi kedua anak saya tadi pagi, mata saya berkaca-kaca. Sungguh, saya begitu ingin menjadi ayah yang mampu menyimpan rapi segenap resah dihati ini dengan penuh kesabaran lalu menampilkan senyum merekah. Untuk mereka dan untuk kehidupan yang begitu indah ini. 

Related Posts
CATATAN KECIL JEJAK LANGKAH DI SINGAPURA
"Hoii...update dong blogmu. Udah banyak tuh sarang laba-labanya!", demikian pesan SMS seorang kawan yang saya terima di handphone kemarin. Sebuah "sindiran" yang sangat menggelitik dan membuat saya tersentak dari kesadaran. ...
Posting Terkait
SILATURRAHMI IKA UNHAS JABODETABEK : JAUH DI RANTAU, DEKAT DI PERANTAUAN
uasana dan aura meriah begitu terasa saat saya menginjakkan kaki di Hanggar futsal Pancoran, Sabtu pagi (12/3). Di tempat ini dilaksanakan acara Silaturrahmi IKA UNHAS Jabodetabek dalam rangka menyongsong 60 ...
Posting Terkait
NONTON BARENG SEPAKBOLA KORSEL Vs INDONESIA DIATAS BIS
BERBEDA seperti hari-hari biasanya, sepulang dari kantor hari Rabu (18/7), saya begitu memendam harapan dapat bertemu dan akhirnya ikut dengan “shuttle bus” Nomor 121 A jurusan Blok M-Kota Jababeka Cikarang. ...
Posting Terkait
Talkshow tentang Sumpah Pemuda 2.0, dipandu oleh Jaya Suprana
Sudah lewat seminggu lalu acaranya, namun kenangan masih membekas begitu nyata di benak. Ya, acara Sumpah Pemuda 2.0 yang digelar oleh XL, sebuah perusahaan telekomunikasi terkemuka negeri ini bertempat di ...
Posting Terkait
PERKENALKAN : POLISI LALULINTAS CILIK BERGIGI OMPONG  :)
Hari ini, Jum'at (17/7) saya mengantar Rizky ke sekolah dengan seragam polisi lalu lintas. Kebetulan hari ini adalah hari terakhir Masa Orientasi Sekolah (MOS) di SDIT An Nur dan dihari ...
Posting Terkait
HUT KETIGA BLOGGER BEKASI : DARI BERINTERNET AMAN SAMPAI KIAT JADI BLOGGER SUKSES MULIA
abtu (8/9) kemarin adalah menjadi hari istimewa bagi Komunitas Blogger Bekasi. Bertempat di Balai Patriot Kompleks Kantor Pemerintah Kota Bekasi, dilaksanakan peringatan Hari Ulang Tahun ketiga komunitas yang lahir pada ...
Posting Terkait
MELANCONG KE HONGKONG (1) : PESONA FANTASI MERAYAKAN 5 TAHUN HONGKONG DISNEYLAND
Pesawat yang kami tumpangi mendarat mulus di Hongkong International Airport, Jum'at pagi (18/3). Dengan penuh semangat, saya bersama kawan-kawan blogger IDBlognetwork : Priyadi Iman Nurcahyo, Nuruddin Jauhari, Setyo Budianto, Isnuansa ...
Posting Terkait
DARI PESTA BLOGGER 2008 KE ACARA BLOGGER MAKASSAR (5)
Foto bersama perwakilan penulis buku Ijo Anget-Anget bersama Tim editor (saya, Rara dan M.Aan Mansyur) serta Mas Ang Tek Khun (CEO Penerbit Gradien Mediatama) diatas panggung yang menandai peluncuran buku perdana komunitas ...
Posting Terkait
JOKOWI : DENGAN 10 PEMUDA TERBAIK, SIAP “MENGGUNCANG” JAKARTA
inggu siang (10/6) dengan kilau mentari yang tidak terlalu terik, saya tiba di Gelanggang Olahraga Jakarta Timur di Jalan Otista. Saya mendapat undangan menjadi salah satu narasumber dalam  talkshow "Kaum ...
Posting Terkait
MENDADAK “BREKELE”!
Catatan : Foto diambil di Hypermart Mall Lippo Cikarang, Sabtu (7/6) dalam rangka promosi pembelian obat nyamuk Baygon. Pokoknya yang penting gaya!. Keriting itu sexy juga kok! 😀
Posting Terkait
SPIRIT KEPAHLAWANAN ALM.THAYEB MOHAMMAD GOBEL
aat berkunjung ke Gorontalo bulan lalu, saya menyempatkan diri untuk berziarah ke makam keluarga Gobel (Hubulo) di Kabupaten Tapa Gorontalo. Di kompleks Makam keluarga yang terletak diatas bukit dengan pepohonan ...
Posting Terkait
MENULIS DI KORAN TEMPO MELALUI INDONESIANA
ulisan resensi film "Spiderman-2" yang saya buat dan tayangkan di situs blog Tempo "Indonesiana" dimuat di Koran Tempo edisi Minggu,11 Mei 2014. Sungguh sebuah kehormatan besar buat saya karena pihak Indonesiana ...
Posting Terkait
AMPROKAN BLOGGER 2010 (3) : NUANSA MERAH MUDA MEREBAK DI BANTAR GEBANG
Bis yang mengangkut peserta Amprokan Blogger bergerak dari Tugu Bina Bangsa menuju UKM (Usaha Kecil Menengah) Boneka di kawasan Bantar Gebang. Lumayan jauh juga, sekitar 15 km dari lokasi kunjungan ...
Posting Terkait
PENGAJIAN “3 IN 1” : KOMUNIKASI, PILAR KOKOH DALAM RUMAH TANGGA
elasa malam (10/4), kami sekeluarga menyelenggarakan pengajian "3 in 1" di rumah yang merupakan gabungan dari 3 hajatan yakni : Syukuran Ulang Tahun Perkawinan ke-13 (10 April) , Ulang Tahun ...
Posting Terkait
“CATATAN DARI HATI” ADA DI STORIAL
E-Book di Storial baru saja saya luncurkan. Bertajuk "Catatan Dari Hati" E-Book ini berisi 90 tulisan-tulisan non fiksi pilihan yang saya kumpulkan dari blog saya www.daengbattala.com. Tulisan-tulisan yang saya buat dalam rentang ...
Posting Terkait
WISATA BUDAYA MADURA (4) : KEMEGAHAN KERATON SUMENEP DAN PESONA MASJID JAMI’ YANG MENGGETARKAN
atahari bersinar cerah, hari Sabtu (14/12), saat kami semua berkumpul di ruang makan Hotel Family Nur Sumenep. Badan saya relatif sudah terasa lebih segar, seusai sarapan dan tidur cukup setelah ...
Posting Terkait
CATATAN KECIL JEJAK LANGKAH DI SINGAPURA
SILATURRAHMI IKA UNHAS JABODETABEK : JAUH DI RANTAU,
NONTON BARENG SEPAKBOLA KORSEL Vs INDONESIA DIATAS BIS
CATATAN TERTINGGAL DARI SUMPAH PEMUDA 2.0 (Bagian Pertama)
PERKENALKAN : POLISI LALULINTAS CILIK BERGIGI OMPONG
HUT KETIGA BLOGGER BEKASI : DARI BERINTERNET AMAN
MELANCONG KE HONGKONG (1) : PESONA FANTASI MERAYAKAN
DARI PESTA BLOGGER 2008 KE ACARA BLOGGER MAKASSAR
JOKOWI : DENGAN 10 PEMUDA TERBAIK, SIAP “MENGGUNCANG”
MENDADAK “BREKELE”!
SPIRIT KEPAHLAWANAN ALM.THAYEB MOHAMMAD GOBEL
MENULIS DI KORAN TEMPO MELALUI INDONESIANA
AMPROKAN BLOGGER 2010 (3) : NUANSA MERAH MUDA
PENGAJIAN “3 IN 1” : KOMUNIKASI, PILAR KOKOH
“CATATAN DARI HATI” ADA DI STORIAL
WISATA BUDAYA MADURA (4) : KEMEGAHAN KERATON SUMENEP

15 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.