NARSIS (4) : M.F.E.O
M.F.E.O
4 huruf tersebut selalu tertera di akhir email lelaki itu.
Juga ketika mereka mengakhiri percakapan chatting didunia maya.
Made For Each Other, bisik lirih perempuan hening malam sembari menyunggingkan senyum. Matanya menerawang menatap langit langit kamar dan mengenang bagaimana pertama kali kalimat tersebut mewarnai harinya.
“Pernah nonton film Sleepless in Seattle belum?” kata lelaki bermata lembut itu seraya menatap manik manik matanya dengan tatap mesra. Mereka berdua tengah menikmati senja yang indah dan eksotis di pinggir pantai
Perempuan hening malam itu mengangguk. “Film yang komedi romantis yang dibintangi oleh Meg Ryan dan Tom Hanks itu kan’?” sahutnya cepat.
Lelaki itu tersenyum.
“Kamu tahu pada bagian mana dari film itu yang membuatku terkesan?”
Perempuan hening malam merenung sejenak, mencoba menggali kenangannya pada film yang ditayangkan pertama kali tahun 1993 ini.
“Adegan ketika Samuel bertemu pertama kali dengan Annie yang diperankan oleh Meg Ryan. Itu adegan yang sangat berkesan, terutama ketika si Tom Hanks terpana menyaksikan Annie melintas anggun didepannya,” tebak Perempuan hening malam dengan mata berbinar.
“M.F.E.O” ucap lelaki bermata lembut sembari mengeja satu satu keempat huruf itu dengan hati-hati.
“Apa itu?” tukas perempuan hening malam
Lelaki itu terkekeh pelan.
“Kamu berarti tidak menyimak dengan baik film itu, kayaknya justru terlalu mengagumi ketampanan Tom Hanks deh,” godanya dengan kilat mata jenaka.
Perempuan hening malam itu pura pura merengut.
Lelaki bermata lembut lalu meraih tangan perempuan itu lalu meremasnya pelan.
“Made for Each Other. Kamu “tercipta” hanya untukku, seperti diriku hanya untukmu”, kata Lelaki itu seraya memandang senja yang jatuh perlahan di ufuk yang menyisakan jejak jejak merah saga.
“Adegan yang kamu ceritakan menjadi salah satu esensi MFEO. Ketika seseorang bertemu dan langsung jatuh cinta pertama kali pada orang yang baru saja ditemuinya. Menyadari bahwa ia menjadi belahan jiwanya dan saling tergantung satu sama lain. Sama seperti ketika pertama kali aku ketemu dan berkenalan dengan kamu di teras depan kelas sekolah kita dulu. Rasa itu berkelebat dashyat.Dan membuatku tak ingin berpisah lama denganmu, persis dengan yang dialami oleh Tom Hanks setelah melihat Meg Ryan melintas pada film Sleepless in Seatlle sampai akhirnya kisah itu berakhir indah diatas Empire State Building,” tutur lelaki itu lirih.
Perempuan hening malam tak menjawab, ia lalu merebahkan kepalanya di pundak lelaki bermata lembut dengan kebahagiaan membuncah dan pipi merona.
Semburat merah jingga membayang di cakrawala.
Malam akan tiba.
***
Perempuan hening malam menatap tak berkedip pada monitor komputer LCD dihadapannya.
Pelan-pelan, air mata mengalir melalui tebing pipinya. Icon Yahoo Messenger berkedip-kedip terang dihadapannya.
Dari dia, lelaki itu. Menunggu..
lelaki_bermata_lembut : Kenapa? Apa yang membuatmu tak sabar menungguku kembali? Akhir tahun depan kuliahku selesai dan kembali ke tanah air. Menjemputmu dan membawamu menjadi permaisuri di istana yang akan kita bangun berdua. Kenapa kamu mesti mengkhianati makna MFEO yang sudah kita ikrarkan dan pegang teguh itu, di akhir tahun ini? Jawablah..atau..aku akan meneleponmu sebentar lagi!!
Perempuan hening malam tak kuasa berkata-kata. Bibirnya kelu. Dan air matanya kian deras mengalir, kesedihan begitu menyesakkan dada.
Ia akan merayakan pesta pernikahan dengan pria pilihan orang tuanya tepat di akhir tahun. Ia tak kuasa menolak dan kedua orangtuanya tidak dapat menerima alasannya untuk tetap menunggu sang pria bermata lembut menyelesaikan kuliah dan kembali ketanah air tahun depan.
Mendadak handphonenya berdering kencang.
Ia tahu, lelaki itu telah meneleponnya.
Dan ia memutuskan untuk tidak menjawab.
Membiarkannya berlalu dalam diam. Yang pedih. Yang Luka.
***
Lelaki bermata lembut menghela nafas panjang. Ditatapnya bulan separuh bertengger di atas langit dan membayangkan senyum perempuan hening malam berada disana.
Jemarinya lalu lincah mengetik di atas keyboard laptop. Semuanya telah berakhir sia-sia, tak ada lagi kebahagiaan yang diharapkan seperti yang pernah terjadi antara Sam dan Annie dalam film Sleepless in Seattle, keluhnya masygul.
Akhir tahun yang menyedihkan..
Tak lama kemudian, sebuah puisi baru saja selesai dibuatnya. Lelaki bermata lembut itu lalu membacanya pelan dan berulang ulang dengan hati remuk berkeping:
Dalam Diam, kau termangu
Sepotong senja dibatas cakrawala memaku pandangmu
“Di akhir tahun, selalu ada rindu yang luluh disana, sejak dulu”katamu, pilu
Terlampau cepat waktu berderak
hingga setiap momen tak sempat kau bekukan dalam hati
tapi tidak untuk ini
selalu ada ruang buatnya dipojok sanubari
dimana kangen itu kau kemas
bersama serpih-serpih kenangan
yang terserak dan telah kau simpan rapi
pada lanskap langit atau kerlip bintang di bentang lazuardi
hingga ketika saat itu tiba
kau memetiknya satu-satu
dengan asa menyala, juga senyum getir
seraya mengurai lamunan
“Kalau saja mesin waktu bisa diciptakan,
selalu akan ada kesempatan berikut”, igaumu pelan.
Begitu banyak garis batas memuai
saat kau terbuai
Dan ketika rindu itu terbenam bersama mentari senja,
sekali lagi, setiap waktu di akhir tahun tiba,
kau kembali diam dan termangu dipagut sepi yang menikam
serta sesal tak bertepi
MFEO
Lelaki bermata lembut mengatupkan matanya sesaat setelah mengirim email berisi puisi tadi kepada Perempuan Hening Malam.
Begitu letih ia hari ini.
Tiba-tiba ia ingin tidur dan bermimpi berdansa bersama perempuan pujaannya, yang telah tercipta hanya untuknya, diatas Empire State Building sambil mendendangkan tembang-tembang cinta ditemani bulan separuh purnama serta temaram lampu jalan.
Jkt, 060409Catatan :
– Foto-foto senja diambil dari Blog Noir atas seizin pemiliknya.
– Narsis adalah singkatan dari Narasi Romantis, silahkan anda baca 3 episode sebelumnya disini, dan untuk di Multiply bisa dibaca pada halaman blognya.
wah2… romantiss bgt… kata2nya putiss.. hueee! salutt…!! MFEO…
–Thanks ya Dimaz, MFEO juga.. hehehe
mantaps bang!
nyentuh banget 🙂