TENTANG CINTA PERTAMA, SEBUAH KENANGAN TAK TERLUPAKAN
Kau datang membawa
Sebuah cerita
Darimu itu pasti lagu ini tercipta
Darimu itu pasti lagu ini tercipta
Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
Tembus pandang kekantin bertalu rindu
Datang mengetuk pintu hatiku
(Iwan Fals, “Jendela Kelas Satu”)
Semesta seakan berhenti bergerak.
Saya mengenang bagaimana ketika saya dengan malu-malu mencuri pandang kearah Diajeng yang duduk di bangku depan, mengagumi setiap helai rambutnya yang berpotongan ala Lady Di serta matanya yang berpendar lembut.
Saya bahkan tak pernah berani bertatapan langsung dengannya atau berbicara lebih lama, karena badan saya mendadak terasa jadi kaku tak bisa bergerak.
Setiap malam, tak pernah tak terlewatkan membayangkan sosok sang idaman hati menjelang tidur bahkan kerap berkunjung menghiasi mimpi-mimpi, menjelma bidadari berpakaian warna warni dan bersayap cemerlang.
Betapa dashyat “gempuran” hati dari cinta pertama ini.
Sayang sekali, saya tidak memiliki keberanian sedikitpun untuk melakukan pendekatan secara intens. Bukan apa-apa, saya merasa rendah diri setiap kali berhadapan dengannya. Secara status sosial ia memiliki “derajat” lebih tinggi ketimbang saya yang hanyalah seorang putra pegawai negeri biasa yang tinggal di Perumteks.
Setiap hari Diajeng diantar ke sekolah oleh mobil sang ayah sementara saya mengendarai sepeda atau kadang berjalan kaki ramai-ramai dengan teman-teman ke sekolah. Saya sungguh sungkan dan akhirnya menganggap saya bukanlah orang yang pantas mendampinginya . Saya mengalami inferioritas tahap akut dan parahnya itu justru saya alami pada perempuan yang sangat saya sukai (sesuatu yang kemudian saya sesali beberapa tahun ke depan).
Suatu Hari Diajeng datang menghampiri saya didekat kelas kami. Kaki saya mendadak gemetar dan lidah terasa kelu.
“Tolong, ajari saya matematika ya?”, katanya pelan sedikit tersipu.
Saya tak bisa berkata apa-apa. Hanya terpana (lebih tepatnya menganga).
Tak percaya rasanya mendapat anugerah sebesar ini. Saya seumpama tokoh Ikal di film Laskar Pelangi ketika pertama kali bertemu dengan A-Ling ketika membeli kapur tulis di Toko Sinar Harapan. Ada kupu-kupu beterbangan dan bunga-bunga indah bertebaran dihadapan saya dan dia. Indah sekali.
Sampai kemudian ia menyentakkan lamunan saya dengan tawa pelan, yang, amboi..sungguh mempesona. Bagai gempa bumi 9 scala richter berpotensi tsunami yang menggetarkan relung-relung hati paling dalam. Ini sebuah anugerah luar biasa yang sama sekali tak terduga dan sangat diharapkan.
Dan begitulah dengan segala keikhlasan dan kerelaan, saya pun menemani dan mengajari Diajeng belajar matematika di teras rumahnya yang megah setidaknya seminggu dua kali. Dengan gagah berani-bagai ksatria perkasa berbaju zirah menunggang kuda sembrani- saya mengendarai sepeda Jengki berwarna Oranye saya kerumahnya yang berjarak kurang lebih 1,5 km dari rumah saya itu.
Sepeda butut saya tersebut selalu dipacu kencang menuju kesana, tak sabar ingin segera bertemu. Kerapkali rantai sepeda lepas dipinggir jalan dan merepotkan saya untuk memasangnya kembali.
Saya sudah berdandan rapi memakai minyak rambut tancho hijau yang memiliki daya lengket luar biasa dan memberikan efek ala rambut Al Pacino dalam film “Godfather” itu serta menyemprotkan parfum murahan ayah saya dari rumah. Sebuah upaya sistematis romantis untuk (sedikit) meningkatkan derajat ketampanan.
Meski akhirnya penampilan itu jadi sia-sia belaka ketika semuanya luntur saat tiba disana oleh yang keringat mengucur deras karena letih mengayuh sepeda. Semua “penderitaan” itu terbayar tunai hanya dengan melihat senyum manisnya yang menyambut saya, bagai Naysila Mirdad menyongsong Dude Herlino-nya dalam sebuah episode sinetron masa kini 🙂
Saya ingat betul, dalam kondisi ngos-ngosan, Diajeng menyodorkan air putih dingin kepada saya. “Minum dulu, capek ya? Makanya jangan ngebut-ngebut naik sepedanya,” kata Diajeng sembari memamerkan senyumnya yang fenomenal itu. Terasa benar rasa letih saya mendadak menguap ke udara dan terganti dengan rasa bahagia menyeruak di dada. Dengan tangan yang masih ada sisa oli pelumas rantai sepeda, saya meraih gelas yang disodorkan Diajeng lantas mereguknya dengan lahap, melampiaskan dahaga. Ia menyaksikan aksi spontan saya itu sambil tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala.
Sebagai “bintang kelas” tak ada kesulitan buat saya mengajarkan soal-soal matematika kepada sang wanita pujaan hati. Meski memang konsentrasi saya kadang buyar karena saya kerap lebih menikmati pesona wajahnya ketimbang serius mengajari matematika.
Walau tak terkatakan, dari sorot matanya saya tahu, Diajeng juga menyukai saya selalu berada didekatnya, berbagi serta bercerita tentang banyak hal. Dan kami sama-sama menjaga perasaan itu tersembunyi didalam lubuk hati masing-masing, secara utuh dan elegan. Cinta memang tak mesti diungkapkan secara verbal.
Ketika Diajeng harus pergi mengikuti penugasan sang ayah ke kota lain, betapa hati saya jadi layu dan terluka karenanya. Saya tak sempat mengungkapkan perasaan terdalam bahkan ketika perpisahan itu tiba hanya berselang beberapa hari setelah acara perpisahan sekolah kami.
Di hari terakhir saya bertemu dengannya, kami berjabat tangan dan berjanji akan saling mengirim kabar. Ada kepedihan terlihat dimatanya. Ia terlihat rikuh saat menarik kembali tangannya yang sudah saya genggam lama. Saya tersenyum malu. Ia tertawa pelan lalu mengangguk saat saya berkata lirih, “Jangan lupakan saya ya?”. Dengan langkah gontai saya meninggalkan teras pekarangan rumahnya tempat dimana saya dulu sering mengajarinya matematika. Ia masih berdiri disana saat saya menoleh kebelakang. Ia melambaikan tangan dan menangis. Ah, sepenggal hati saya tertinggal disana..
Dua hari setelah Diajeng pergi, saya jatuh sakit selama seminggu. Kedua orang tua saya sempat bingung, putra sulungnya tiba-tiba sakit tak jelas, mogok makan dan mogok sekolah. Susah rasanya membangun kembali hati yang porak-poranda gara-gara cinta pertama yang berakhir memilukan begini.
Kehilangan itu sungguh sangat membekas dihati. Bahkan ketika memasuki masa SMA saya memilih untuk lebih berkonsentrasi belajar dan mengurus OSIS SMA ketimbang menjalin hubungan cinta (baca kisah “kelanjutan” cerita ini di “Love at The First Voice”). Saya masih memendam harapan pada Diajeng yang ketika itu sering mengirim surat pada saya. Di tahun kedua setelah kepergiaannya, saya kehilangan jejak dan kami tak pernah lagi saling berkirim surat.
Kenangan cinta pertama memang tak terlupakan. Dan kehangatannya masih tetap terasa hingga kini. Saya menandai momen terindah dalam sepotong episode kehidupan saya ini sebagai sebuah monumen berharga. Entah disuatu ketika (bisa jadi setelah kami sudah sama-sama tua), saat kami akhirnya bertemu kembali, saya ingin mengajaknya mengenang masa-masa indah itu, sembari bersenandung lagu lawas Iwan Fals “Jendela Kelas Satu” yang kerap saya dendangkan dengan rindu membuncah saat mengayuh sepeda menuju rumahnya mengajari Matematika
Ah, Diajeng…semoga kebahagiaan selalu berada bersamamu..
Duduk dipojok bangku deretan belakang
Didalam kelas penuh dengan obrolan
Slalu mengacau laju hayalan
Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
Dari sana pula aku mulai mengenal
Seraut wajah berisi lamunan
Bibir merekah dan merah selalu basah
Langkahmu tenang kala engkau berjalan
Tinggi semampai gadis idaman
Kau datang membawa
Sebuah cerita
Darimu itu pasti lagu ini tercipta
Darimu itu pasti lagu ini tercipta
Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
Tembus pandang kekantin bertalu rindu
Datang mengetuk pintu hatiku
Kunjungan pertama, salam kenal.
First love yang manis… hehehe…
He…he…. Ternyata ada hal yang tidak selesai di SMP Neg 2 Maros ya ???
–Wah, ada saksi hidupnya ikutan ngintip…hehehe. Please keep it secret ya bro :))
apakah sampai sekarang belum bertemu lagi dengan diajeng, pak?
so sweet bang, cinta pertama emang tidak bisa di lupakan… 🙂 🙂
duh crita nya bagus
cinta pertama mang dx bisa d lupakan..
aq ud hmpir 6 thun berharap 1st love ku kmbali..
msh berharap
Wah..mudah2-an tidak cuma berharap, harus segera action dong..hehehe. Sukses ya
waaah… berbalik denganku dong cinta lama yang uda pergi slama 6 tahun kini dia kembali…
dan sekarang dia gk akan aku lepasin lagi..!!! 🙂
bagus banget bang gambaran jantungnya tau yang terbuat dari awan itu…salam kenal ya,,,
woww…keren banget to mas,,,,thanks to info yah,,,,
first love so sweet yang tak terlupakan ….wow good banget deh….
bravo brother maju terus
sy sdh bisa mengira siapa orangnya karena dia adalah salah satu teman dgn saya oh first love yang begitu indah klu dikenang betapa kita merindukan masa2 waktu itu, karena saya juga merasakannya rasa rindu itu terhadap teman2…oh Tuhan kapan kita bisa dipertemukan lagi kepada orang2 yg kita sayangi
Pingback: CATATAN TERCECER DARI BLOGSHOP DAN TEMU KOMUNITAS DI YOGYAKARTA / Catatan Dari Hati
Pingback: Catatan Tercecer Dari Blogshop dan Temu Komunitas di Yogyakarta | Komunitas Blogger Bekasi
wah romantis banget…salam kenal, nanti mampir ya mas…
cinta pertama sememangnya indah..
hanya yang merasa pasti tahu apa itu makna cinta pertama..
namun cinta pertama mengajar segalanya agar kita lebih dewasa…
cinta itu tk seharusnya memilik..
tap cukuplah sekadar dia mengerti..
namun tidak mampu memiliki org yg kita sayang sudah pasti cukup buat kita kecewa..
ada yang sangup berjalan kekanca hina semata-mata dendam pada cinta pertama…
wah komplit bnget romantisnya, ada gambar yng indah,kisah mnghanyutkan, dan lagu bang iwan yang menggambarkan,, jadi ngerasa ngalami sendiri….
Hahaha..
Hal-hal yang tidak selesai di Maros…
Hahaha, mengesankan kanda..
hampir sama nie ceritanya dengan aQ….
pepatah syair” cinta pertama takkan terlupakan”.
nii ada banyak cerita tentang cinta pertama 😀
http://nulisbuku.com/books/view/when-you-lost-your-first-love-1
http://nulisbuku.com/books/view/when-you-lost-your-first-love-2
http://nulisbuku.com/books/view/when-you-lost-your-first-love-3
http://nulisbuku.com/books/view/when-you-lost-your-first-love-4
huhhhh,..
mantap cerita’a ,sampai sekarang saya masih merasakan kenangan manis itu,..hemmmmmmm
memorial banget emang lagu iwan fals ini, apalagi kalau di iringi suara gitar klasiknya. jangan lupa berkunjung yah ke http://sewa-mobil-bali-murah.blogspot.com
Pingback: BERSEPEDA DENGAN (SEPENUH) HATI | Catatan Dari Hati
Merencanakan ke depan memang mudah, tapi melupakan kenangan masa lalu sangatlah sulit
aku nangisz baca kisahnyaa ;(
Sampai sekarang aku terus memimpikan’y wlpun dh pnya seorang wnita d si”ku…
Byangan’y sllu hdir dlam sela wktu kosng dlm benakku…
Salam kenal 🙂
Kunjungan pertama nih…
YANG LALU BIARLAH BERLALU PAK, KALO DI GALI LAGI BISA RUSAK RUMAH TANGGA KITA DAN DIA YNG KITA SAYANGI, LEBIH BAIK BERSIKAP JANTAN MENGHADAPI MASA DEPAN YANG AKAN KITA LALUI HEHEHE.
I’m fine kok. Semua sudah jadi bagian dari kenangan masa lalu. Saatnya “mewarnai” hari dengan mensyukuri yang sudah diperoleh dan bersemangat menghadapi sekarang dan masa depan
waow! sepenggal kisah yg sgt berarti ya pak? so sweet! masa lalu tdk pernah akan kembali tp akan memberi pengaruh yg berarti selamanya jika kita menempatkannya pada tempat semestinya sebagai aset kehidupan kita yg tidak dimiliki orang lain ya pak? kekayaan bathin/karsa mungkin.dia indah pada masanya………
indah sekali,,alhamdulillah saya akhrnya nikah ma 1st love dari kelas 4sd.sekarangjalan 7 tahun.padahal uda trpisah ruang da
n waktu yang lama
heheheeee….kisah yg hampir serupa q alami…thn berapah anda mengalaminya…dan beruntungnya setelah 20 thn lost kontak q bs bersama lg, walau dlm sikon yg telah jauh berbeda….
kisah yang tak kan pernah terlupakan saat" duduk di bangku sekolah,,,,
cerita nya bagus. cinta pertama emang sulit banget untuk di lupakan.! apa lgi klw kita menikah dengan cinta yg keberapa pasti cinta pertama masih dn tetap bebekas di hati.
sangat hebat tulisan anda, semoga bermanfaat bagi kita semua para pembaca, salam kenal
:p
Cerita yang satu ini.. kdang bikin sesak hati
excellent. very romantic and energetic. a nice post Thank you very much. I’m waiting for the next article.
SEWA MOBIL SURABAYA
Pertanyaan kami, apakah saat ini bernah bertemu dengan Diajeng kembali ? atau tetap menjalin komunikasi sampai saat ini Mas ?
saya suka ceritanya sangat romantis…jadi bikin baper aja
Sungguh cerita yang asik dibaca. terharu dengan lagulagunya hehehe
Jadi ingat masa masa dulu SMA saya ya… cerita nya bagus. cinta pertama emang sulit banget untuk di lupakan.! apa lgi klw kita menikah dengan cinta yg keberapa pasti cinta pertama masih dn tetap bebekas di hati.
kamar set
wah romantis banget…salam kenal, nanti mampir ya mas…
Sangat menyentuh ceritanya. jd baper
puitis banget min…