SURAT CINTA TERBUKA BUAT ISTRIKU : 11 TAHUN YANG MENAKJUBKAN BERSAMAMU…
Istriku Sayang,
Untuk kedua kalinya, setelah pada perayaan ulang tahun perkawinan kita yang kesepuluh tahun lalu, aku menulis Surat Cinta Terbuka, maka kali ini aku melakukan hal yang sama kembali. Mohon jangan dimaknai sebagai sebentuk kenarsisan yang dibalut dengan bumbu gombal ala remaja masa kini, tapi lebih sebagai ungkapan rasa syukur telah melewatkan setahun yang penuh warna lagi bersamamu.
Hari ini, 10 April 2010, kita kembali merayakan perayaan ulang tahun perkawinan kita yang kesebelas, tepat sehari setelah memperingati ulang tahunku yang keempatpuluh. Dengan mata yang masih sakit dan tidak sempat masuk kantor kemarin, aku menemanimu duduk berdua diruang keluarga menyaksikan acara televisi yang menayangkan sejumlah berita yang sempat membuat batin kita miris. Mulai dari pengakuan Anji “Drive” sebagai ayah biologis dari Letticia, anak Sheila Marceila, indikasi kontraversi adanya “Markus” Palsu antara Polri dan TV One, terungkapnya jati diri “Mr.X” yang disebut-sebut mantan Kabareskrim Susno Duadji, hingga berita soal kekayaan oknum mantan pejabat pajak BA yang mencengangkan. Aku memeluk bahumu saat kamu berkata lirih, “Dunia sudah banyak berubah, ya”.
Aku tersenyum dan membawamu kedalam dekapanku. “Semoga cinta kita berdua, tak akan berubah dan akan tetap bertahan sampai kapanpun,” sahutku pelan. Mengarungi bahtera rumah tangga laksana mengayuh sampan bersama menuju samudera kehidupan.Kita meninggalkan “daratan” yang tenang, menempuh segala resiko yang mungkin terjadi disepanjang perjalanan. Saat gelombang menghantam sampan, kita akan kuyup dan menggigil kedinginan. Tangan kita yang menyatu erat saling memberi kehangatan. Ketika Badai itu reda, kita akan memahami arti kehangatan ketika tangan kita bersatu lalu menjalar hingga ke ruang hati kita masing-masing. Memberi makna dalam pada arti kebersamaan, arti cinta yang menggelora, arti kehadiran diri kita, untuk saling menguatkan, saling menggenapi.
Saat samudera diam, angin mati, ombak tak menderu kencang, kejenuhan kerap kali melanda. Sampan kita hanyut melintasi laut yang dipenuhi oleh riak air hingga kaki langit. Dalam ketenangan itu, kita toh tetap akan menemui camar yang melintas anggun menuju biru langit atau menyaksikan sekerumunan ikan berenang riang di kedalaman tepat disamping sampan yang kita kayuh. Atau selarik pelangi warna-warni melengkung menakjubkan dibatas cakrawala. Keindahan-keindahan yang kita temui disela rasa jenuh menikam batin, membuat kita mensyukuri berkah hidup yang kita miliki, memahami bahwa memilikimu dan memilikiku adalah sebuah anugerah yang tak ternilai, tak terlerai.
Kemudian, ketika kita memutuskan menepi disebuah pulau lalu membangun sebuah rumah mungil disana, aku akan senantiasa mengajakmu duduk di beranda. Menikmati senja, menjenguk kembali laut yang pernah kita layari serta mengenang segala pengalaman yang kita sudah alami dulu. Kita akan hanyut dalam pusaran waktu yang melenakan, yang mengajari betapa berartinya segala kenangan yang sudah pernah kita lalui bersama dalam suka, dalam duka.
Istriku sayang,
Kita memperingati ulang tahun pernikahan kesebelas secara bersahaja. Tadi malam, kita merayakannya dalam sebuah makan malam romantis di rumah makan Sami Kuring Cikarang. Tak ada lilin atau musik melankolis yang mengiringi, hanya tawa dan senyum anak-anak kita yang membangkitkan rasa bahagia di hati.
Memiliki mereka berdua, Rizky (7 tahun) dan Alya (5 tahun) adalah karunia Illahi yang patut kita syukuri, buah dari kasih yang kita semai secara tekun di ladang hati, perlahan tapi konsisten dan menghias kehidupan kita menjadi lebih berwarna. Membuat kita kian memahami makna cinta dan keberuntungan yang sudah kita miliki berdua dan membingkainya secara rapi pada dinding sanubari, setelah 11 tahun yang menakjubkan bersamamu.
Aku ingin mempersembahkan sebuah puisi bagus untukmu, karya sahabatku, M.Aan Mansyur dan mudah-mudahan menjadi sebuah bingkisan terindah menandai ulang tahun perkawinan kita kesebelas, hari ini.
Seperti sebuah janji
aku dan kau, tidak lebih dari satu
kidung sebuah perahu menidurkan ombak
sempurna
disana seorang lelaki menanam dirinya
ke perut samudera, dalam sekali
seperti sebuah janji
aku dan kau, tidak kurang dari satu
suara-suara dari bukit menikam lembah
berdarah
disana, seorang perempuan menanti
sebuah masa, lama sekali
seperti sebuah janji,
aku dan kau, hanya satu
Selamat Ulang Tahun Perkawinan ke sebelas istriku tercinta
she’s a lucky woman who has a great husband like you :).
happy anniversary 🙂
@Quinie, Terimakasih ya..Alhamdulillah…amiin..
cieee…..mantaf lah!
salut untuk daeng sang pecinta. Postingannya penuh aroma cinta. Bahannya pasti kasih sayang yang tulus….
hmmm….lejaaaat nian!
@Terimakasih ya bang Komar, tersanjung saya dapat pujian dari sang jawara cinta 🙂
prikitiw, …suit…suit…
salam
Omjay
@ Om Jay : Yippieee…yah…keramas deh..hehehe
kalau saja semalem aku ikut acara TDA di Samikuring pasti ketemu sama mas Amril
Tuhan tidak menggerakkan aku kesana agar aku cukup membayangkan saja suasana malam itu di Samikuring. Kadang lebih indah hanya membayangkan daripada melihat secara nyata.
Semoga barokah hidup kita mas.
Amin.
Salam
Mas Eko, iya nih..kemarin malam saya dan keluarga sempat disapa oleh Pak Ato dan Pak Afrizal, saya cari-cari Mas Eko kok gak ada ya.
Amiin..terimakasih Mas atas doanya. Salam buat keluarga
Pingback: Pak Dhe NgeBLOG di Milad TDA 2010 | Komunitas Blogger Bekasi
Selamat Mas Amril, semoga Lindungan dan Rahmat Allah SWT selalu tercurah kepada Mas Amril dan keluarga. Amin
ril, ada no hp boss, saya mau kontak
Subhanallah , keren banget. butir-butir cinta sangat bisa di cerna pembaca di karya anda ini pak.
keren :’)