Malam baru saja melewati pucuknya, Minggu (12/9) ketika guncangan itu tiba-tiba terjadi.
“Gempa !! Gempa !!”, seru adik ipar saya, Ahmad, yang “sense of awareness”-nya sudah sangat tinggi karena lama tinggal di Yogya dan telah beberapa kali mengalami kejadian ini. Ahmad langsung membopong Rizky keluar.
Saya terbangun dari lelap tidur dan spontan menggendong Alya yang masih terlelap. Istri saya panik dan bergegas ikut keluar rumah. Saya memintanya untuk tetap tenang. Sejak gempa Tasikmalaya yang sempat terasa di Cikarang tahun lalu, memang sempat membuat istri saya trauma. Ketika gempa terjadi sore hari, istri saya baru saja memandikan anak-anak dan secara terburu-buru membawa buah hati kami itu lari keluar rumah.
Getaran gempa yang konon menurut BMKG berkekuatan 5.0 Scala Richter tersebut sungguh membuat kami shock. Kaget bukan main. Untung saja cuma sebentar, dan kami kembali masuk ke rumah dengan perasaan was-was.
Rizky dan Alya memang sempat terbangun, namun mungkin karena kantuknya lebih berat, akhirnya mereka tertidur kembali seperti tidak ada apa-apa. Saya, ayah mertua, Ahmad, Mas Saman dan Dwi, lelaki-lelaki yang ada dirumah memilih untuk tetap terjaga untuk mengantisipasi datangnya gempa susulan. Sampai pukul 02.00, saya akhirnya tidak kuat dan akhirnya terlelap kembali. Usai sholat subuh, saya tak kuasa menahan kantuk dan tidur lagi.
“Pa..Pa..bangun Pa, katanya mau berenang?” suara si bungsu Alya terdengar lamat-lamat ditelinga membangunkan saya yang masih berselimut sarung. Saya hanya menyahut tak jelas, lalu tidur kembali.
“ADUUH!!” saya menjerit kesakitan. Ternyata, Alya secara sadis tiba-tiba mencabut bulu kaki saya. Sebuah cara membangunkan ayah yang brutal. Alya terkikik geli. Apa boleh buat, saya akhirnya bangun dengan enggan dan memangku si bungsu manja ini. Saya melirik jam, sudah pukul 07.30 pagi.
“Ayooo dong Pa, katanya kita mau berenang lagi di Kids Fun. Baju renangnya udah disiapin tuh, Kak Rizky juga udah sembuh dan tidak panas lagi,” katanya dengan kerlip mata jernih yang membuat saya tak bisa menolak itu.
Dan begitulah, saya akhirnya bangun lalu bersama kedua buah hati saya itu, dengan mengendarai motor menuju ke kolam renang Aqua Splash Kids Fun,target kunjungan saat kami kesana 2 hari sebelumnya. Istri saya akan menyusul segera setelah menyiapkan sarapan untuk anak-anak. Hanya sekitar 10 menit, kami sampai disana.
Setelah membayar karcis (Rp 13.000/orang), kami masuk arena kolam renang yang masih sepi tersebut. Rizky dan Alya yang sudah memakai pakaian renangnya langsung nyebur. Saya memesan 2 bungkus kentang goreng di Cafe Aqua Splash buat kedua anak saya, sebelum akhirnya ikutan bermain air bersama anak-anak di kolam AquaSplash. Berikut foto-fotonya:
Seusai berenang, kami sekeluarga mencoba sensasi naik andong dari Rejowinangun ke Malioboro.
Hari Senin (13/9) memang adalah hari terakhir kami berada di Yogya, dan rencananya hari itu kami bermaksud untuk jalan-jalan membeli oleh-oleh di kawasan Malioboro. Mulanya tawar menawar agak alot, namun berkat kepiawaian istri saya bernegosiasi, disepakatilah biaya Rp 40.000 ke Malioboro.
Sepanjang perjalanan naik andong anak-anak sangat senang merasakan terpaan angin lembut di kiri dan kanan serta pemandangan kota yang eksotik ini. Tanpa terasa, kamipun akhirnya sampai di Malioboro dan menghabiskan waktu dikawasan terkenal dan sangat padat oleh pengunjung ketika itu.
Bersambung..





Asik ya mudiknya, seru dan banyak yang menjadi kenangan ….
salam kenal mas.
salam kenal daeng battala…
ikuta baca-baca kisah liburannya, rasanya kok seru banget yah..fun!
Nice Article, inspiring. Aku juga suka nulis artikel bidang penyembuhan dan kesehatan di blogku : http://www.TahitianNoniAsia.net, silahkan kunjungi, mudah-mudahan manfaat