JIKA SUATU KETIKA SAYA TIDAK NGEBLOG LAGI.. (Refleksi Menjelang Hari Blogger Nasional)
Beberapa waktu terakhir ini, saya agak tergelitik saat membaca “kicauan” di Twitter bertagar #priyadingebloglagi. Ada yang lucu, ada pula yang serius. Beberapa “resolusi” terlontar mulai dari “kalau #priyadingebloglagi @budizainer akan cukur kumis” sampai “kalau #priyadingebloglagi mas @lantip akan membuka kelas kursus singkat bahasa Jawa”.
Siapa sesungguhnya mas Priyadi, sampai-sampai begitu banyak orang menginginkannya kembali ngeblog?
Saya mengenal sosok pria yang berdomisili di Depok ini sebagai seorang blogger yang begitu lugas dan cerdas mengulas berbagai hal yang terkait dengan masalah-masalah aktual kemasyarakatan. Dengan gaya tulisannya yang khas dan komprehensif, Priyadi berhasil memikat banyak penggemar dan menuai banyak komentar untuk berdiskusi soal apa yang tengah dibahasnya diblog. Ia termasuk salah satu blogger terkemuka di Indonesia dan langkah yang cukup fenomenal adalah saat ia beradu argumen dengan Roy Suryo di media.
Pertama kali bertemu mas Priyadi ketika Pesta Blogger 2007 saat ia menjadi salah satu penggagas awal hajatan akbar blogger Indonesia ini. Entahlah, atas alasan apa mas Priyadi mendadak tidak ngeblog lagi sejak posting terakhirnya di Blog tanggal 30 Juni 2008. Dan begitulah, menjelang pelaksanaan Pesta Blogger 2010, sejumlah penggemar blognya kembali menggugah mas @Priyadi untuk ngeblog lagi lewat “kicauan” di Twitter.
Seminggu yang lalu, saya terharu membaca serial tulisan dari kawan saya sesama Penasehat Blogger Bekasi, Om Jay (nama “mesra” Wijayakusumah). Guru TIK SMP Labschool ini menulis enam tulisan menggetarkan berjudul : “Warisan Terakhir Seorang Blogger” . Om Jay menceritakan dengan apik bagaimana seorang Blogger handal di era global memberikan wasiat terakhir yang sangat berharga ketujuh orang anaknya menjelang ia wafat. Dikisahkan, sang blogger mengharapkan kepada anak-anaknya untuk meneruskan tradisi menulis dan ngeblog sebagai wujud mengungkapkan ekspresi dan opini serta berbagi kepada sesama. Ia memberikan password blognya kepada masing-masing anaknya dan meminta agar terus mengupdate blog tersebut secara konsisten.”Selamat ngeblog anakku sayang, dan ajaklah orang lain juga untuk ikut ngeblog. Jasad ayah boleh mati di telan bumi, tapi tulisan-tulisan ayah tetap terjaga dan abadi sepanjang masa,” demikian pesan terakhir sang ayah untuk anak-anaknya tercinta.
Dua kejadian yang diatas mendadak menghentakkan ruang sadar saya dan menghasilkan pertanyaan reflektif, “Apa yang terjadi, jika suatu saat saya tidak ngeblog lagi?”. Akankah saya akan tetap “dirindukan” sebagaimana para penggemar @priyadi menghimbaunya untuk kembali ngeblog? Apakah saya sudah cukup menorehkan manfaat, memberikan kontribusi terbaik buat khalayak pembaca blog saya dengan mempersembahkan konten tulisan yang informatif dan berkesan buat mereka, sehingga kelak, bahkan password untuk mengakses blog saya menjadi sangat berharga untuk dijadikan warisan terbaik buat kedua anak saya ketika saya meninggal dunia?”.
Blog yang saya buat, sebagai catatan-catatan dari hati saya ini, pada awalnya memang saya niatkan sebagai sebuah monumen kenangan untuk menyimpan hal-hal penting (dan juga tidak penting) sepanjang perjalanan hidup saya selama ini. Ia adalah sebuah “sidik jiwa” yang memahat setiap serpih-serpih fragmen kehidupan yang saya jalani dan berbeda dengan apa yang dialami oleh orang lain, dalam sebuah catatan online.Episode-episode kehidupan itu boleh jadi akan menjadi referensi bermanfaat buat orang lain, setidaknya menjadi “jembatan hati” yang menghubungkan pengalaman kami masing-masing pada sebuah ruang waktu dan tempat berbeda.
Fungsi blog juga saya jadikan pula sebagai tempat dokumentasi online terbaik bagi karya-karya saya. Dengan “arsip online” seperti ini saya tak perlu risau bila suatu waktu dokumen saya rusak dimakan rayap, misalnya. Kapan saja bila saya ingin membacanya kembali, tetap bisa membukanya, dimana saja sepanjang koneksi internet tersedia. Termasuk melalui fasilitas handphone yang saya miliki.
Dengan menulis di Blog saya menjadi “penguasa otonom” atas apa yang saya tulis. Tidak ada campur tangan editor atau penguasa media yang mengatur saya seharusnya menulis ini dan tak boleh menulis itu. Sentuhan personal seperti ini justru menghasilkan ikatan interaksi kolegial antara saya dan pembaca-pembaca blog saya. Lihatlah, betapa terharunya saya ketika dengan tak terduga mendapat respon pembaca yang tiba-tiba membatalkan niatnya menceraikan sang istri hanya setelah membaca posting di blog saya, Atau betapa bahagianya saya menyaksikan seorang kawan tertawa terpingkal-pingkal saat membaca tulisan saya menjadi Papi Sitter untuk kedua anak saya. Dan disaat saya merayakan ulang tahun perkawinan, persembahan surat cinta terbuka buat istri tercinta yang saya tulis di blog menjadi hadiah romantis paling manis buatnya. Begitulah, blog menjelma menjadi sebuah ruang kontemplasi humanis dengan sentuhan personal.
Ngeblog juga membuka horison pertemanan baru buat saya. Berbagai interaksi online yang terjadi melalui blog membuat saya berada ditengah-tengah kawan-kawan yang memiliki hobi sama, lintas profesi, usia dan jabatan. Berbagai event kopdar saya hadiri dan menjadi bagian integral masyarakat informasi global saat ini.Sungguh membahagiakan
Tiga hari lagi, Hari Blogger Nasional 27 Oktober 2010 akan dirayakan. Saya masih ingat betul, bagaimana ekspresi Pak Muh.Nuh, Menkominfo mencanangkan hari bersejarah tersebut pada momen Pesta Blogger pertama 27 Oktober 2007. Penuh optimisme dan bersemangat. Saya begitu terhanyut pada nuansa ekstase keharuan yang terjadi saat pencanangan itu. Inilah babak yang menandai semakin menguatnya eksistensi blogger di Indonesia.
Dan disinilah saya, termangu didepan laptop dengan pertanyaan yang terngiang dibenak saya : Apa gerangan yang terjadi bila saya kelak tidak ngeblog lagi?
Saya belum dapat menjawabnya.
Dan belum mampu membayangkannya.
Bukan apa-apa, spirit untuk ngeblog dan terus menulis masih tetap menyala di hati saya saat ini bahkan hingga ajal menjelang. Saya tak tahu kelak apakah akan “bernasib serupa dengan Mas Priyadi” yang begitu dirindukan untuk ngeblog kembali oleh para penggemarnya atau seperti sang Blogger Handal di era Global-nya Om Jay yang menulis warisan dashyat untuk generasi penerusnya sebelum ia wafat.
Bila kemudian saya meninggalkan dunia yang fana ini, disuatu waktu yang pasti namun tak tahu kapan, biarlah, blog ini menjadi monumen atas karya, kenangan, cinta, dan harapan saya, buat anda semua. Menjelma menjadi “sidik jiwa” bersahaja bagi saya yang pernah hadir dan mengalir pada sepenggal kehidupan : Sebuah “tanda” bahwa saya pernah “ada”.
Barangkali, puisi saya “Jika Suatu Ketika Kita Tak Bersama Lagi” yang saya tulis bulan Februari silam, menjadi relatif relevan dalam memaknai wacana ini:
Jika Suatu Ketika Kita Tak Bersama Lagi
Aku ingin kau mengenang
segala kisah tentang kita
yang telah terpahat rapi di rangka langit
bersama segenap noktah-noktah peristiwa
juga canda dan pertengkaran-pertengkaran kecil
yang mewarnai seluruh perjalanan kita
Dalam Lengang, Tanpa KataJika Suatu Ketika Kita Tak Bersama Lagi
Aku ingin kau tetap menyimpan
setiap denyut nadi yang berdetak
dan degup cepat debar jantung
saat mataku memaku matamu
disela derai gerimis menyapu beranda
kala kita pertama bertemu di temaram senja
Dalam Sepi, Tanpa SuaraJika Suatu Ketika Kita Tak Bersama Lagi
Aku ingin kita meletakkan segala perih itu
disini, pada titik dimana kita akan berbalik
dan menyimpan senyum dibelakang punggung masing-masing
lalu membiarkan waktu menggelindingkannya
hingga batas cakrawala
bersama sesak rindu tertahan didada
Dalam Diam, Tanpa AirmataJika Suatu Ketika Kita Tak Bersama Lagi
Aku ingin cinta itu tetap tersimpan rapi
pada larik bianglala, pada hujan, pada deru kereta,
pada embun di rerumputan, pada pucuk pepohonan
sembari memetik mimpi yang telah kita sematkan disana
lalu mendekapnya perlahan
Dalam Sunyi, Tanpa CahayaJika Suatu Ketika Kita Tak Bersama Lagi
Aku ingin kita akan tetap saling menyapa
lalu merajut angan kembali
seraya meniti ulang segala jejak yang sudah kita tinggalkan
lantas menyadari bahwa menjadi tua adalah niscaya
dan untuk itu kita tak perlu ambil peduli
karena kita tahuDalam Lengang, Tanpa Kata
Dalam Sepi, Tanpa Suara
Dalam Diam, Tanpa Airmata
Dalam Sunyi, Tanpa CahayaAda Bahagia
Untuk Kita
Hanya Kita…
SELAMAT HARI BLOGGER NASIONAL 27 OKTOBER 2010 !!
Keep Blogging, Keep Writing and Keep Shining!
Berarti sejak sekarang kita perlu menyiapkan tagar baru lagi:
#amrilngebloglagi supaya mas Amril nggak berhenti ngeblog 😀
jika ga ngeblog lagi mungkin jadi nge-web hehehe
mpri kembalilah ke jalan yang benar
🙂
keren euy!. Bila seorang bloger handal yang nulis, pasti berbeda!
Terima kasih mas amril, dn selamat hari blogger nasional.
Tulisan mas amril ini menginspirasi saya untuk melanjutkan cerita warisan terakhir seorang blogger.
salam
Omjay
Om Jay, terimakasih ya atas apresiasinya, Selamat Hari Blogger Nasional!
@ Pitra
Hahaha..boleh juga tuh idenya. Tapi sepertinya jangan dulu, saya sedang sangat-sangat bergairah sekali untuk menulis dan ngeblog. Mudah2-an spirit ini terus menyala hingga akhir waktu :). Thanks ya Pit
@ Om Jay
Terimakasih banyak Om. Juga sudah mengutip tulisan ini di posting terbaru Om Jay. Mari terus kita ngeblog 🙂
kagum pada semangat pada bapak bersahaja yg satu ini 🙂
dan puisinya..manissss sekali mas 🙂
Terimakasih ya mbak Irma atas pujian dan apresiasinya. Mari kita terus ngeblog.. 🙂
Halo, Om Amril! Baru pertama kali mampir nih. Salam kenal ya!
Btw, bagi saya pribadi sih ngeblog itu ada masa pasang surutnya. Kadang rajin banget, kadang malesnya ampun2an. Meskipun saya termasuk blogger yang angin2an semangatnya, tapi tidak pernah terpikir untuk benar2 berhenti ngeblog sih. Kadang kalau jenuh ya, tinggalin aja dulu blogosphere. Toh, ntar kangen lagi dan balik ngeblog lagi deh.
Lagian, kalau saya berhenti ngeblog, siapa juga yang mau nyari saya? Emang ada yang bakal kangen sama saya? #halah #lebay etapi, ini ngomong soal gak ngeblognya bukan karena males ya? tapi karena misalnya suatu saat meninggal, begitu? #lospokus
Anyway, tetap semangat ngeblog, Om Amril! 🙂
ngeblog….
ngerangkai kata mewujud rasa
mengukir sejarah di bait2 kalimat
andai tak lagi mampu merangkai kata
merangkai cerita di penggalan hidup
lilis belum terpikir apa langkah selanjutnya
priyadi sosok yang hebat…
begtu banyak penggemarnya
hingga ketika tak lagi kata di rangkai *ga tau alesannya*
begitu banyak yang mengkampenyekan
agar priyadi ngeblog lagi
tapi sampai detik ini belum membuahkan hasil
apa kerna kita2 yang biasa merangkai kata
sehingga tak kuasa merayu sang priyadi ngeblog lagi
ah… blogger…
ada sejuta cerita yang kadang tak di mengerti
di hari blogger ntar…
harapan lilis tak muluk
hanya pengen bisa merangkai kata semampu lilis bisa
*penasaran pengen kenal & tau siapa itu priyadi, lilis taunya hanya si kumis baga enda nasution si bapak blogger aja*
Wah Daeng Battala, itu Priyadi salah satu panutan saya, apalagi dengan avatar KILL BILL nya. hehe.. saya belum ngeblog waktu itu, sedang antusias-antusiasnya belajar Linux dkk eh ketemu blognya beliau dan isinya mantabh. Icon Linuxnya mantabh.. ! Argumentasinya mantap.. Sangat pantas dirindukan.. tapi om AmrilTG juga kok..
Saya ingat seorang teman blogger bilang, disebuah sesi motivasi.. “kita perlu juga kompor2 dan lokomotif. Seperti Bekasi itu punya Amril, sakit saja masih ngeblog, tiap hari ngeblog bisa sakit itu pasti gara2 lupa ngeblog” heheh..
aku sering disebut blogger senior, padahal aku belum lama ngeblog
setelah tak pikir-pikir, tenryata aku hanya senior di umur tapi tidak senior di hasil karya
setiap membaca tulisan mas Aris, mas Amril ataupun Om Jay, terasa bahwa aku ini masih blogger ecek-ecek saja.
salam salut (dan sehati) buat mas Amril
Priyadi itu idola saya hahahaha kopdar pertama dengan priyadi tahun 2005 kalau nggak salah wah asik banget orangnya hehehe
Muhammad 'Opan' Taufan, test-test tempat komen baru heheh……#tabe'.
hahahaha….ta'pasangmi tawwa.. 😀
Mantaap!
Mas Amril…. tulisannya keren… I like this…
Sejenak saya pun terasa tersentak dan tersentuh untuk merefleksi hal yang sama.
Terimakasih ya mas Irvan sudah jauh2 mampir kesini 🙂 Thanks atas apresiasinya. Keep Blogging, Keep Shining !
Blog adalah perpustakaan pribadi yang tak akan pernah hancur selama dunia ini masih terkembang dan internet masih menghubungkan kita dengan setiap penjuru dunia yang lain…
saya fansnya bapak blogger dari makassar… lanjutkan !!!!!