PURNAMA DI MATA ARIMBI

LETNAN Dua Aryo Bimo memandang batu nisan didepannya dengan kepedihan tiada tara. Dibacanya berulang-ulang nama yang tertera disana dengan nada pilu. Arimbi Wulansari, bibirnya bergetar menyebut kekasih tercintanya itu penuh kerinduan yang teramat dalam. Seketika, pelupuk matanya basah, entah untuk kesekian kalinya dia menangis. Daun-daun kamboja yang menaungi makam Arimbi berguguran diterpa […]

Read more