Baginya menanti adalah niscaya.
Karena hidup itu sendiri adalah bagian dari sebuah proses menunggu. Begitu asumsi yang terbangun pada benak wanita yang berdiri tegak kaku di pinggir pantai dengan rambut tergerai dan menari-nari liar di tiup angin. Pandangannya kosong menatap nanar ke depan. Pada samudera luas yang membentang dengan riak ombak mengalun tenang dan biru lautnya terhampar tanpa batas. Kaki telanjang wanita ini terpacak mantap pada pasir, menyangga tubuhnya yang kurus. Tak bergerak.
Baginya menanti adalah niscaya.
Karena pada akhirnya lelaki yang dinantinya akan pulang, dari sini, tempatnya berangkat dulu. Aku selalu menyaksikan perempuan itu berdiri di pinggir pantai, setiap petang dan menatap ke arah laut lepas. Menanti.
“Aku menunggu lelakiku, jangan ganggu,” katanya selalu, saat aku mengajaknya pulang dan menerima kenyataan bahwa lelaki yang dinantikannya tidak akan pernah kembali, seperti harapannya.
“Boleh kutemani?,” kataku hati-hati dengan nada seramah mungkin, suatu ketika. Ia menoleh sejenak, menatapku, lalu mengangguk pelan. Aku berdiri disampingnya, memandang laut, melihat camar melayang di udara, matahari senja beranjak ke peraduan menyisakan jejak merah jingga dan tentu saja, menikmati sensasi penantian bersamanya.
“Dia akan pulang. Begitu janjinya,” gumam wanita itu, entah untuk siapa.
Aku mengangguk. “Ya. Dia akan pulang buatmu”
Wanita itu tersenyum samar.
Bagiku menanti adalah niscaya.
Karena aku yakin wanita itu akan datang lagi di tempat ini, memandang laut seperti yang aku lakukan sekarang dan pernah kami lakukan bersama. Aku akan menunggu, sebagaimana ia telah menanti..
Related Posts
Gadis itu menulis diatas secarik kertas dengan tangan bergetar.
Ia mencoba menafsirkan desir-desir rasa yang menggerayangi kalbu nya, menerbitkan rasa nyaman dan juga kangen pada lelaki yang baru akan diperkenalkannya pada ...
Posting Terkait
Hening. Sunyi.
Di ujung telepon aku hanya mendengar helaan nafasnya yang berat.
"Jadi beneran mbak tidak marah?", terdengar suara adikku bergetar.
"Lho, kenapa harus marah?", sergahku gusar
"Karena Titin melangkahi mbak, menikah lebih dulu,"sahutnya ...
Posting Terkait
Dia baru saja menuntaskan tugasnya sore itu: melubangi kepala seorang boss besar dengan peluru yang ditembakkan olehnya dari jarak jauh, atas order boss besar yang lain.
Dia puas menyelesaikan tugasnya dan ...
Posting Terkait
Lelaki itu berdiri tegak kaku diatas sebuah tebing curam. Tepat dibawah kakinya, gelombang laut terlihat ganas datang bergulung-gulung, menghempas lalu terburai dihadang karang yang tajam. Sinar mentari terik menghunjam ubun-ubun ...
Posting Terkait
Lelaki tua yang mengenakan blankon yang duduk persis didepanku menatapku tajam. Pandangannya terlihat misterius. Kumis tebalnya menambah sangar penampilannya. Menakutkan.
Aku bergidik. Dukun itu mendengus dan mendadak ruangan remang-remang disekitarku menerbitkan ...
Posting Terkait
Menjelang berpisah, perempuan itu, yang sudah memiliki hatiku sepenuhnya, tersenyum samar. Pandangannya tajam namun mesra.
"Kamu tetap sayang aku kan'?", tanyanya manja. Disentuhnya daguku pelan.
Aku tersenyum.
"Jawab dong, jangan hanya senyum doang",rengeknya.
"Tentu ...
Posting Terkait
ak pernah sekalipun ia akan melupakannya.
Lelaki berwajah teduh dengan senyum menawan yang mampu memporak-porandakan hatinya hanya dalam hitungan detik sesaat ketika tatapan mata beradu. Kesan sekilas namun sangat membekas. Membuatnya ...
Posting Terkait
Takdir kerapkali membawa keajaibannya sendiri.
Seperti saat ini, menatap wajahnya kembali pada sebuah reuni sekolah menengah pertama. Paras jelita yang seakan tak pernah tergerus waktu, meski hampir setengah abad telah terlewati.
Diajeng ...
Posting Terkait
Perempuan itu memandang mesra ke arahku. Aku pangling. Salah tingkah. Dia lalu memegang lenganku erat-erat seakan tak ingin melepaskan.
Kami lalu berjalan bergandengan tangan di sebuah mall yang ramai.
"Aku selalu berharap ...
Posting Terkait
Hancur!. Hatiku betul-betul hancur kali ini. Berantakan!
Semua anganku untuk bersanding dengannya, gadis cantik tetanggaku yang menjadi bunga tidurku dari malam ke malam, lenyap tak bersisa.
Semua gara-gara pelet itu.
Aku ingat bulan ...
Posting Terkait
Baginya, cinta adalah nonsens.
Tak ada artinya. Dan Sia-sia.
Entahlah, lelaki itu selalu menganggap cinta adalah sebentuk sakit yang familiar. Ia jadi terbiasa memaknai setiap desir rasa yang menghentak batin tersebut sebagai ...
Posting Terkait
“Segini cukup?” lelaki setengah botak dengan usia nyaris setengah abad itu berkata seraya mengangsurkan selembar cek kepadaku.
Ia tersenyum menyaksikanku memandang takjub jumlah yang tertera di lembaran cek tersebut.
“Itu Istrimu? ...
Posting Terkait
Seperti yang pernah saya lakukan diblog lama, saya akan menayangkan karya flash-fiction saya diblog ini secara teratur, paling tidak minimal 2 minggu sekali. Contoh koleksi flash-fiction lama saya bisa anda lihat ...
Posting Terkait
Memanggilnya Ayah, buatku sesuatu yang membuat canggung. Lelaki separuh baya dengan uban menyelimuti hampir seluruh kepalanya itu tiba-tiba hadir dalam kehidupanku, setelah sekian lama aku bersama ibu. Berdua saja.
"Itu ayahmu ...
Posting Terkait
Seperti Janjimu
Kita akan bertemu pada suatu tempat, seperti biasa, tanpa seorang pun yang tahu, bahkan suamimu sekalipun. Kita akan melepas rindu satu sama lain dan bercerita tentang banyak hal. Apa ...
Posting Terkait
Keterangan foto: Menggigit Buntut, karya Andy Surya Laksana, Dji Sam Soe Potret Mahakarya Indonesia
elaki itu menatap nanar dua sapi yang berada di hadapannya.
Matahari siang menjelang petang terik membakar arena pertandingan. ...
Posting Terkait
FLASH FICTION: BARANGKALI, CINTA
FLASH FICTION: TAKDIR TAK TERLERAI
FLASH FICTION: PENEMBAK JITU
FLASH FICTION : AKHIR SEBUAH MIMPI
FLASH FICTION: HATI-HATI DI JALAN
FLASH FICTION : SEJATINYA, IA HARUS PERGI
FLASH FICTION: SAAT REUNI, DI SUATU WAKTU
FLASH FICTION: ROMANSA DI MALL
FLASH FICTION : CINTA SATU MALAM
FLASH FICTION : SEPERTI JANJIMU
BERPACULAH ! MENGGAPAI KEMENANGAN !
aduh.. baca ini kaya flashback ke masa lalu…