Tanpa terasa pelupuk mata saya basah membaca berita di media online tadi pagi. Kabar soal wafatnya Da’i sejuta umat KH.Zainuddin MZ di Rumah Sakit Pusat Pertamina Selasa (5/7) pukul 09.15 karena serangan jantung, sungguh sangat menghentak batin.
Begitu tiba-tiba.
Dan kenangan-kenangan masa lalu ketika saya masih seorang mahasiswa muda di kampus UNHAS dan mengidolakan sosok Dai’i yang lahir di Jakarta 2 Maret 1951 ini mendadak bagai melintas deras didepan mata.
Malam itu, suatu hari di tahun 1993 (tanggal persisnya lupa) saya ikut berbaur bersama ratusan umat Islam yang datang berjubel menghadiri ceramah beliau di masjid Universitas 45 Makassar. Saya begitu ingin menyaksikan langsung wajah Da’i kondang yang sudah menginspirasi lewat ceramah-ceramahnya yang memukau dan bernas. Sayang. saya tidak memiliki kesempatan emas itu karena begitu banyaknya jamaah yang hadir. Berjejal dan penuh antusias ingin mendengarkan petuah-petuah agama yang disampaikan oleh KH Zainuddin MZ sang Da’i Sejuta Umat yang kharismatik tersebut.
Setiap pagi, seusai sholat Subuh, kami sekeluarga memang tak pernah melewatkan serial ceramah beliau di radio. Dengan ciri khas suara yang tegas, intonasi yang terukur, serta artikulasi yang jelas, KH Zainuddin MZ menyampaikan khotbahnya begitu memikat. Contoh-contoh praktis dan membumi, akrab dengan realitas keseharian bahkan kerap diselingi humor yang terkait dengan materi pembahasan ceramah yang dibawakannya, membuat isi khotbah yang dibawakan alumni IAIN Syarif Hidayatullah, Doctor Honoris Causa Universitas Kebangsaan Malaysia serta pendiri Partai Bintang Reformasi ini sangat menyentuh hati.
Dan begituilah, malam itu, meski hanya mendengar suaranya saja dari pengeras suara masjid, saya sudah cukup puas membayangkan seperti KH Zainuddin MZ yang bernama asli Zainuddin Muhammad Zein berada didepan menyampaikan petuah tentang kebaikan dan cinta kasih yang menggetarkan, langsung kepada saya. Uraiannya tentang bagaimana menjadi sosok hamba Allah yang bermanfaat bagi semua orang dengan melaksanakan kiprah dan menghasilkan karya gemilang yang sesuai tuntunan syariat Agama melekat di hati saya. Disajikan dengan runtut,jernih dan sangat inspiratif. Saya sampai terpaku hingga menyadari ceramah beliau betul-betul selesai.
Hingga kini, saya masih mengoleksi beberapa ceramah-ceramah beliau di MP3 atau di CD dan kaset. Terkadang saya dengarkan kembali, berulang-ulang, dalam perjalanan menuju ke kantor saya di Cilandak dari Cikarang melalui Ipod. Saya meyakini, sosok Da’i seperti KH Zainuddin MZ tak akan tergantikan. Beliau memiliki karakteristik sendiri yang khas, unik dan berbeda dengan sosok Da’i terkenal lainnya.
Hari ini, saya– dan mungkin jutaan pengagum Da’i kharismatik tersebut — memanjatkan doa untuknya. Semoga arwah beliau mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan mendapatkan kesabaran dan ketabahan.
Pagi ini beliau meninggalkan kita namun saya meyakini, apa yang telah beliau rintis dan lakukan selama ini sebagai Da’i melalui nasehat dan petuah agama lewat ceramah secara konsisten akan memberikan implikasi yang baik serta bermanfaat buat segenap umat Islam yang sudah menyimaknya. Beliau telah menyisakan jejak batin yang indah dan gemilang di hati saya, dan di hati kita semua.
Selamat jalan Pak Kyai…
Sumber Foto
Related Posts
Sebuah pengalaman baru saya nikmati minggu lalu : mendengar radio siaran suka-suka dari dunia maya
Kebetulan, seusai menjalankan ritual ibadah sholat malam, saya membuka akun twitter ,menjelajahi rimba internet dan mendadak ...
Posting Terkait
Tepat pukul 08.30 pagi, Sabtu (30/10), kami, rombongan komunitas Blogger Cikarang, yang dipimpin oleh Presidennya Pak Ceppi Prihadi, tiba di lokasi Rasuna Episentrum Walk tempat pelaksanaan Pesta Blogger 2010. Rombongan ...
Posting Terkait
Keberangkatan saya ke Hongkong Disneyland besok hingga Hari Minggu (20/3) nanti yang di-inisiasi oleh IDBlognetwork, merupakan sebuah "lompatan karir blogging" saya yang luarbiasa setelah hampir 8 tahun menekuni hobi menulis ...
Posting Terkait
Tante Gode'
Naik di Becak
Becak ta' putar
Tante Gode' ta' lempar..
Lagu diatas saya nyanyikan dengan riang bersama kawan-kawan satu SD saya di Kota Maros, sebuah ibukota kabupaten yang berjarak kurang lebih 30 ...
Posting Terkait
Lihatlah gadis yang berjalan sendiri di pinggir sungai
Lihatlah rambutnya yang panjang
dan gaunnya yang kuning bernyanyi bersama angin
Cerah matanya seperti matahari
seperti pohon-pohon trembesi
Wahai, cobalah tebak kemana langkahnya pergi
(“Gadis dan Sungai”, ...
Posting Terkait
Pulang Ke Kotamu
Ada Setangkup Haru, Dalam Rindu
Masih Seperti Dulu, Tiap sudut menyapaku
Bersahabat, Penuh Selaksa Makna
(Kla Project, Yogyakarta)
Entahlah, selalu ada sentilan rasa yang berdesir di hati ketika mendengar lagu fenomenal dan ...
Posting Terkait
Saat pulang ke Makassar tiga pekan lalu, saya kembali mendapatkan kesempatan berharga mencicipi sebuah kuliner spesial yang terkenal dari Kota Anging Mammiri. Namanya Mie Titi. Makanan ini adalah sejenis dengan ...
Posting Terkait
"Kita sudah makin tua, kawan," kata rekan saya, Farid Ma'ruf Ibrahim (kini dosen Universitas Paramadina) seraya mengelus lembut rambut anaknya Fawwaz (9 tahun), saat kami bertemu di Galeri Cipta II ...
Posting Terkait
Tadi pagi, dalam perjalanan menuju ke kantor dari atas bis AC 132 Jurusan Bekasi Timur-Lebak Bulus, saya menemukan sebuah pemandangan menarik dan sempat bikin bulu kuduk merinding. Pada Pojok Perempatan ...
Posting Terkait
Akhirnya, Cerita Estafet (Cerfet) "SELEBRITKU PULANGLAH!" (selanjutnya disebut SP) yang pernah ditayangkan di komunitas Blogger Blogfam telah terbit dan mengorbit di situs Evolitera, menyusul e-book Kumpulan Cerpen dan Puisi saya ...
Posting Terkait
eusai mengikuti One Day Blogger Tour di Bintaro Jaya, Sabtu (22/6) (baca reportasenya disini) saya bergegas menuju Hotel Ibis Tamarin, Jl.Wahid Hasyim dimana disana, istri dan kedua anak saya menanti ...
Posting Terkait
Setelah melewatkan kesempatan mengikuti acara MoDis (Monthly Discussion) Kompasiana bersama Pak Jusuf Kalla hari Senin (22/2) karena kesibukan dikantor, kemarin sore (27/2), saya bertekad menghadiri even kopdar ala Kompasiana yang ...
Posting Terkait
Alhamdulillah sebuah kabar gembira datang dari Yahoo Indonesia yang menyatakan saya sebagai pemenang kontes mingguan berhadiah sebuah Ipod Nano 8 GB lewat kompetisi bertajuk Football Mim Minggu ini. Dalam kompetisi ...
Posting Terkait
Judul Buku : Celotehan Linda (Jurnalis, Penulis, Humanis)
Penerbit : Kaki Langit Kencana, 2012
Penulis : Linda Djalil
Kata Pengantar : Bondan Winarno
Halaman : xvii + 426 Halaman
Cetakan ...
Posting Terkait
amanya Raven. Lengkapnya Raven Dwipa Bangsa. Konon namanya merupakan inspirasi dari sang ayah yang begitu mengagumi tokoh film "Raven" di televisi pada era 80-an yang begitu digjaya membasmi penjahat. Anak ...
Posting Terkait
ari Sabtu (27/12) saya mengajak istri dan kedua anak saya, Rizky & Alya menonton film "Night At The Museum-Secret of The Tomb" di Studio-4 Blitz Megaplex Bekasi Cyber Park. Ada ...
Posting Terkait
MENIKMATI RADIO SIARAN DARI DUNIA MAYA
MERIAH DAN SUKSES, PELAKSANAAN PESTA BLOGGER 2010 (1)
IDBLOGNETWORK YANG “YUNOMISOWEL”
RINDU LAGU LUGU DARI MASA KECIL DULU
POHON TREMBESI : MENEBAR KESEJUKAN, MENUAI KETEDUHAN
CATATAN TERCECER DARI BLOGSHOP DAN TEMU KOMUNITAS DI
MIE TITI MAKASSAR YANG EKSOTIK
POSTER FILM SERAM DIPINGGIR JALAN
MENIKMATI SENSASI CERITA ESTAFET
JAKARTA NIGHT FESTIVAL 2013 YANG SENSASIONAL !!
CATATAN DARI KOMPASIANA NANGKRING JAKARTA
MEMENANGKAN IPOD NANO 8 GB DALAM KONTES YAHOO
BUKU “CELOTEHAN LINDA” : SENTILAN HUMANIS & MEMORI
PSF & IKHTIAR MEMBANGUN ANAK BANGSA BERKEUNGGULAN
FILM “NIGHT AT THE MUSEUM-SECRET OF THE TOMB”
Wah, membaca guratan kesedihan di tulisan ini membuat saya larut menjadi ATG yg sangat mengidolakan kyai yg belakangan terjun ke politik ini.
Semoga jiwa nya diterangi di sana. Amin
mbenar sobat, menone juga suka bgt klo mendengar beliau ceramah……. ga ad sampai sekarang da’i yg bisa nyaingin dia dalam menyampaikan ceramah2 yg indah kayak beliau
salam persahabtan selalu dr MENONE
tanpa terasa tulisan Pak Amril yang satu ini membuatku kembali termenung dalam ketidakpercayaan yang telah terjadi. tulisan yang sangat menyentuh. kita semua kehilangan seorang Da’i yang begitu professional 🙂
Selamat Jalan Pak KH,Sang Idolaku semenjak menginjak dewasa, yang ceramahnya menembus batas-batas wilayah dipelosok nusantara, suaramu masih terngiang ditelingaku, kalo disetiap masjid di kampungku menyetel ceramahmu—emoga baktimu selama 40 tahun…menjadi kunci Jannah tun naim untukmu…,Dan Karena Rahmat-Nya Allah menunjuk profil yang mengajak kepada Kebenaran…seperti Sosokmu, Saya jadi teringat kisah tentang tawaran yang disampaikan kepada suatu kaum dari sang Khalik ” Hai manusia “Apakah perlu Allah mengutus pemimpin kaummu dari Bangsa Malaikat..yang ketaatannya tidak diragukan lagi dan tak pernah salah..”, namun kaum itu menolak karena manusia tempat salah, kalo nggak pernah salah itu Malaikat. Tapi karena Rahman-Nya Allah mengutus dari bangsa Manusia..Dan Sesungguhnya Allah maha pengampun terhadap Hamba-Nya yang dikehendaki-Nya…
hmm sedih banget.
Ceramah-ceramah beliau mudah dimengerti. Gaya bahasa beliau yang sederhana namun tetap isinya berbobot, sehingga orang awampun mudah mengerti isi dakwahnya.
Semoga Allah meridhoinya. Aamiin.