Setelah sarapan, saya dan Goenrock check out dari hotel melalui panitia XLNetRally. Seluruh peserta XLNetRally mendapatkan oleh-oleh khas Semarang untuk dibawa pulang berupa sekardus Bandeng Presto Juwana beserta oleh-oleh makanan ringan lainnya. Seluruh rombongan XLNetRally Jakarta, Surabaya, Solo dan Yogyakarta berkumpul dan bersama-sama naik bis menuju lokasi wisata di Lawang Sewu.
Hal yang segera terlintas dalam benak saya tentang tempat ini adalah merupakan tempat acara Uji Nyali sebuah stasiun TV swasta. Saya pernah menonton acara itu beberapa tahun silam dimana seseorang ditinggalkan sendiri dalam ruang bawah tanah Lawang Sewu mulai tengah malam dengan direkam kamera inframerah hingga akhirnya muncul “penampakan” sosok gaib setelah satu jam orang tersebut berjaga. Adegan penampakan itu masih teringat dalam benak saya, kini saya akan ke tempat tersebut. Memang konon–dari kisah-kisah yang pernah saya dengar Gedung Lawang Sewu ini lekat dengan kesan mistis dan misteri. Bahkan pernah ada film horornya yaitu Lawang Sewu-Dendam Kuntilanak. Saya betul-betul penasaran untuk melihat langsung lokasi uji nyali disana.
Tanpa terasa, setelah 10 menit perjalanan dari hotel, kami tiba di gedung Lawang Sewu yang berada di area Tugu Muda Semarang. Kami dipandu oleh seorang guide yang menjelaskan sejarah gedung kuno tersebut. Apa yang dijelaskan sejalan dengan informasi dari Wikipedia Indonesia sebagai berikut:
Lawang Sewu merupakan sebuah gedung di Semarang, Jawa Tengah yang merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.
Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu (Seribu Pintu). Ini dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang).
Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober – 19 Oktober 1945). Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang. Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota Nomor. 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.
Saat ini bangunan tua tersebut telah mengalami tahap conservasi dan revitalisasi yang dilakukan oleh Unit Pelestarian benda dan bangunan bersejarah PT Kereta Api Persero
Saya sangat terpukau menyaksikan struktur bangunan bergaya arsitektur khas Belanda yang indah di gedung tersebut. Perawatan gedung kuno yang dilakukan oleh Pemkot Semarang benar-benar sungguh memperhatikan kelestariannya. Karena waktu yang terbatas, kami langsung dibawa ke ruang bawah tanah yang konon memiliki sensasi tersendiri saat menjelajahinya.
Sebelum masuk ke ruang bawah tanah, kami diminta mengganti sepatu dengan sepatu boot karena didalam ruang yang akan kami jelajahi terdapat genangan air sebatas mata kaki. Setelah mengganti sepatu saya dan rombongan XLNetRally masuk ke ruang bawah tanah. Gelap sekali didalam dan kami dibekali senter untuk menerangi jalan.
Sang pemandu menjelaskan kepada kami sejarah ruang bawah tanah tersebut yang konon salah satu fungsinya adalah “mendinginkan” area diatasnya dengan aliran air melalui saluran bawah tanah tersebut. “Kalau dulu belum ada Air Conditioner, maka sebagai penggantinya adalah rasa sejuk yang berasal dari sini,”katanya. Ventilasi udara di ruang bawah tanah ini cukup baik, karena terdapat beberapa lubang kecil untuk aliran udara dari luar sehingga tidak terlalu pengap. Lorong bawah tanah kami lalui berliku-liku dan genangan air setinggi mata kaki mesti kami lalui saat melintasinya.
Rasa penasaran saya diawal akhirnya terjawab, ketika sang pemandu menunjuk lokasi tempat ajang Uji Nyali di Lawang Sewu waktu itu. “Tempat duduk peserta uji nyalinya disini,”katanya sembari menunjuk sebuah jalur transisi pipa yang cukup kuat untuk diduduki. “Penampakan mahluk gaibnya disana,” tambahnya sambil menunjuk dengan senter ke ujung lorong. Saya sempat merinding juga 🙂
Pada sebuah tempat, saya sempat tersentak kaget, ketika sang pemandu meminta kami melihat kebawah tempat kaki kami berpijak.”Lihatlah, ada bekas-bekas kaki para pekerja rodi masa lalu yang mengerjakan ruangan ini. Mereka sudah tiada, tapi jejak kakinya masih ada,”kata sang pemandu sambil menunjuk kebawah. Terbayang dibenak saya bagaimana ketika itu para pekerja pribumi mengerjakan ruang bawah tanah ini.
Sebelum kami naik keatas, sang pemandu mengajak kami sejenak berisiirahat sejenak di tempat sang peserta uji nyali duduk.
“Matikan lampu, termasuk cahaya handphone dan kita merasakan seperti apa peserta uji nyali rasakan dulu,”kata sang pemandu sambil tersenyum.
Ini sebuah sensasi yang berbeda. Sempat juga saya merinding membayangkan ketika sang peserta uji nyali tiba-tiba menyaksikan penampakan mahluk gaib berwarna putih ditengah-tengah kegelapan dan kesendiriannya diruang bawah tanah Lawang Sewu.
Akhirnya kamipun sampai diatas. Perjalanan menyusuri lorong bawah tanah Lawang Sewu berakhir sudah.
Setelah mengembalikan sepatu boot, saya tiba-tiba dihampiri seorang petugas. Ia menyerahkan sebuah sticker kepada saya. “Ini adalah tanda bahwa anda telah berhasil melalui tantangan menyusuri ruang bawah tanah Lawang Sewu”, katanya. Wow luar biasa!
Sebelum meninggalkan Lawang Sewu kami berfoto bersama dulu sebelum kemudian menuju tempat berikutnya : Kawasan Sam Po Kong.
Bersambung
Catatan:
Foto-foto diambil dari koleksi pribadi dan Priyadi Iman Nurcahyo
.





wah menarik ternyata lawang sewu. saya kira tempat ini hanya menyediakan tempat seperti layaknya museum saja. ternyata ada wisata “gaib’ juga. patut dicoba juga nih kalau ke semarang.
Wah menarik sekali pak ATG. Ada informasi gak, apakah anak-anak di bawah umur 10 tahun boleh juga masuk ke ruang bawah tanahnya?