
Mari duduk disini, dihadapanku dan berceritalah
tentang bunga melati yang mekar di pekarangan, politisi yang bergegas menebar pesona,
ibukota yang telah memerangkapmu dalam galau tak berkesudahan,
cuaca yang kian tak ramah, atau definisi cinta yang menurutmu selalu berubah sesuai zaman
pada busa lembut kopi serta kepul uapnya juga rimbun kepulan asap rokok di cafe ini
kisahmu mengalir seiring riuh percakapan yang dialeknya selalu kita rindukan
dan nikmati sebagai masa lalu yang tiba-tiba teronggok di pangkuan
Di Phoenam…Di Phoenam…kita menganyam kenangan
sembari berhitung sudah berapa musim berlalu sejak pertemuan terakhir kita
dan berapa banyak yang telah kita lewatkan selama ini, bersama waktu
yang tak jua membuatmu bertambah lebih tua

Pada aroma eksotis roti bakar sarikaya dan lalu lintas yang mengalir diseberang kaca buramnya
kita akan menitipkan doa sederhana, untuk masa depan kita, juga negeri ini
yang kian tertatih-tatih mengusung beban sejarah
kita akan meneriakkan ketidaksetujuan kita dalam diam lalu melarutkannya perlahan
pada percakapan-percakapan remeh tentang takdir kehidupan yang kadang tak berpihak

Di Phonem…di Phoenam…kita mengusir kebosanan
seraya menyeruput kopi yang wangi menghinggapi hidung kita
dan menyisakan jejak bekas putih disudut bibir
lalu bertutur panjang tentang hal-hal seputar pilkada, sepakbola, prospek proyek di daerah, geliat dollar di pasar modal , ancaman nuklir, subsidi BBM bahkan pengaruh buruk internet untuk anak-anak kita
dengan mata berbinar
Dan saat menyesap cairan terakhir kopi di dasar cangkir
kita akan tersenyum dan bergumam pelan :
Di masa depan, masih ada harapan, tak akan ada penyesalan…
Cikarang,31052012
Catatan:
Puisi ini mengambil setting warung kopi Phoenam, yang menyajikan kopi dan hidangan khas Makassar. Di Jakarta, tempat ini berada di Jln.Wahid Hasyim dan sering menjadi tempat nongkrong saya serta teman-teman asal Makassar berbincang tentang banyak hal. Cafe ini menjadi salah satu tempat hang out yang mengasyikkan di ibukota dengan hidangan spesial kopi tradisional toraja dan ala Phoenam yang eksotis. Menurut situs Mlancong. ,”Phoenam berarti persinggahan selatan, karena sejarahnya dulu kopi Phoenam dibuat sebagai tempat persinggahan (ngopi) oleh para pelaut yang melintas di Makasar.
Related Posts
Sebuah tantangan "menggairahkan" datang di kolom komentar posting saya di blog "Multiply".
Tantangan itu datang dari Kalonica, salah satu blogger wanita dan komentator di blog saya yang menayangkan Puisi "Kita, Katamu". dan mengajak ...
Posting Terkait
Kelam langit senja telah membawa kita
Pada sebuah cerita tentang kenangan yang terdampar di sudut hati
tentang cinta yang mengapung rendah antara harapan dan kenyataan
serta sebait kidung lirih bersenandung dengan syair rindu ...
Posting Terkait
Barangkali, kepanikan yang melanda dirimu
hanyalah serupa gerhana
yang melintas sekilas
lalu pergi meninggalkan sebaris jelaga di hatimu
bersama tangis getir disepanjang jejaknya
Sementara dia, yang berjarak dengan rindu padamu
tersenyum sembari membawa cahaya musim semi
meninggalkan ...
Posting Terkait
Kita telah lama membincang pagi dan senja, pada malam,
ketika gelap meluruh pelan dari kisi-kisi jendela kamar kita
dan kenangan yang telah kita rajut bersama larut dalam kelam
Sehelai pasmina biru, untukmu, istriku, ...
Posting Terkait
Ada begitu banyak jejak terpacak yang tertinggal di belakang
Bersama berjuta kenangan, kisah-kisah lama dan
deretan musim yang luruh dengan serpihan hikmah dan kiprah
Meniti segalanya ibarat mengarungi petualangan dengan ujung yang kadang ...
Posting Terkait
Senja yang jatuh di pelupuk matamu, kekasih
adalah sebait lagu melankolisyang mengalun pilu
pada barisan waktu,
dan seketika luruh
lalu menjelma laksana pusara beku
dari helai-helai rindu
yang terserak hambar sepanjang jalan
"Kesendirian yang menyesakkan," gumammu gusar.
Dan ...
Posting Terkait
Tidurlah yang pulas anakku
Saat kuganti kalender penanda waktu
pada pagi pertama ditahun baru
ditingkah gerimis yang tak jua usai
dan kerlip kembang api dilangit malam
serta gemuruh petir menggetarkan sukma
Seperti degup jantungku yang mencoba ...
Posting Terkait
Langit dan senja, katamu, adalah paduan cerita tentang harapan dan rindu
yang terserak antara tepian cakrawala hingga batas dimana mentari meredupkan cahayanya
Kita menyaksikan detik-detik berguguran bersama alunan musim yang berlalu dengan ...
Posting Terkait
1/
Secangkir kopi yang kau seduh dengan sedih
Sejatinya menjadi aura atas segala perih
yang disenandungkan dengan nada lirih
bersama kemilau mentari senja yang kerap membuatmu risih
2/
Di akhir tahun semua kenangan yang indah terpatri
membuat ...
Posting Terkait
Seperti mendengarkan dongeng cinta yang absurd
Kita selalu terbuai dalam pesona yang kerap kita sendiri tak bisa menafsirkannya
Dan pada malam, ketika bintang berkelip genit di rangka langit
serta rembulan perlahan meredup dibalik ...
Posting Terkait
Semburat cahaya senja merah jingga menerpa sendu wajahmu
ketika jemari lentikmu lemah menuding langit
Pada sebuah titik yang engkau namakan "ujung penantian"
dan tak pernah bisa kumaknai secara jelas
apakah itu akan menjadi akhir ...
Posting Terkait
Selalu, pada setiap makna yang terungkap, ada getar rasa yang tak terkatakan
pada setiap kata yang disampaikan, ada dawai ilusi yang berdentang jauh
riuh, lalu menyisakan senyap damai, kadang perih di sanubari
Dan ...
Posting Terkait
Adakah Kilau Rembulan
Yang Mengapung indah di beranda matamu
adalah sebuah ruang renung untuk memahami lebih dalam
setiap desir luka, serpih tawa, isak tangis, jerit rindu dan keping kecewa
yang memantul pelan dari dinding ...
Posting Terkait
Deru angin bulan Juli
Mengantar surat terakhirmu
dengan lampiran rindu di tepiannya
juga duka di kusam lembarannya
Ada lara lekat disana
juga api asmara yang menyala sia-sia
"Seperti langit berselimut bianglala,
dimana segala warna dan rupa, berpadu ...
Posting Terkait
Judul Buku : Cintaku Lewat Kripik Balado
Penulis : Linda Djalil
Prolog : Putu Wijaya
Epilog : Jodhi Yudono
Penerbit : Penerbit Buku Kompas , Juni 2011
Halaman : xii + 244 Halaman
Ukuran : 14 ...
Posting Terkait
KETIKA PUISI-PUISI “BERPERANG”
PUISI : SEBARIS BIANGLALA DI SELASAR JIWA
PUISI : TENTANG DIA, YANG BERJARAK DENGAN RINDU
PUISI : SEHELAI PASMINA BIRU UNTUK ISTRIKU
PUISI : WAKTU YANG BERDERAK RIUH BERSAMAKU
PUISI : SEBUAH CINTA YANG MENJAUH
PUISI TAHUN BARU UNTUK ANAKKU
PUISI : TENTANG SENJA, DETIK YANG BERGUGURAN DAN
VISUALISASI VIDEO PUISI “SEBUAH CINTA YANG MENJAUH”
PUISI: SECANGKIR KOPI DAN KENANGAN AKHIR TAHUN
PUISI : SEBUAH RUANG TANPA RATAP
PUISI : SEMESTINYA, ENGKAULAH SEMESTAKU
PUISI : REMBULAN MENGAPUNG DI BERANDA MATAMU
PUISI : SEPERTI LANGIT BERSELIMUT BIANGLALA
NARASI KERESAHAN YANG LUGAS DAN PUITIS ALA LINDA
daeng.. ada buka phoenam yang baru di casablanca, tempatnya lebih exclusive, yuk kapan-kapan ngumpul di sana siapa tau bisa ada puisi lagi 😉
Oya? Boleh tuuh Mamie..yuk kita kopdar disana. BTW, disebelah mana yaa? 🙂
saya suka pendapat anda
wahh keren banget,, jadi pengen nyoba kesana.. bolehkan???
Wow…kerennya puisinya,
kayaknya kalau ngak salah lokasi phoenam yg ada di foto itu ada di jalan KH WAhid Hasyim jakarta Pusat Ya pak?, bulan lalu saya nongkrong di sana. 🙂
puisinya bagus nice
sruput dulu daeng kopinya….sambil baca puisi tentunya…sip…mantap
di phoenam kita lebih acap menganyam canda
menumpahkan semua tawa yang tergelak
menjajal masa lalu
serinai kelakar memupusnya habis
di phoenam,
kita tak pernah menjadi asing
Mantap sekali puisi balasannya, daeng. Terimakasih ya sudah mampir 🙂
keren bro
sayangnya istriku tidak tahan aroma rokoknya… 🙂
mantab tawwa puisita daeng, saya kenal warung kopi ini dan pernah ke phoenam justeru diajak oleh teman yang bukan orang makassar tapi dari etnis batak sumut…
mantap gun
ditungu la puisi selanjutnya thanks
pondok poker
Wah. Keren banget ini puisi :3
mantab tawwa puisita daeng, saya kenal warung kopi ini dan pernah ke phoenam justeru diajak oleh teman yang bukan orang makassar tapi dari etnis batak sumut…
Tutorial Hijab
nice puisi :D, Daeng ikut komunitas puisi kah?