Sabtu siang (6/7), saya dan istri mengajak kedua anak saya (Rizky & Alya) menonton film “Despicable Me-2” di XXI Mal Lippo Cikarang. Kami menonton pada pertunjukan pukul 15.35 di studio 2. Film ini juga sejak lama menjadi incaran Rizky & Alya untuk ditonton sejak menyaksikan trailer film tersebut di beberapa kali kesempatan menonton film sebelumnya. Aksi “The Minion” mahluk mungil kuning yang lucu dan kocak menjadi daya tarik utamanya.
Film ini dibuka dengan suasana pesta ulang tahun meriah di rumah Gru (Steve Carell), mantan penjahat yang insyaf dan bertekad menjadi ayah yang baik buat ketiga putri angkatnya Margo (Miranda Cosgrove), Edith (Dana Gaier) dan Agnes (Elsie Fisher) serta tentu saja para Minions-nya yang setia dan penuh dedikasi dalam bekerja.
Kehadiran Lucy Field (Kirsten Wiig) dari The Anti-Villain League (AVL) membuat rencana Gru berubah. Sejak dicurinya Laboratorium yang berhasil menemukan cairan kimia yang mampu menjadikan mahluk apa saja berubah menjadi “mesin penghancur” oleh sebuah magnet raksasa, AVL merasa perlu untuk mengajak Gru bekerja sama melakukan investasi untuk mengungkap dalang dibalik pencurian itu dan mencegah kerusakan yang lebih besar. Menurut mereka, dengan pengalamannya sebagai penjahat ulung dimasa lalu, Gru akan mampu melacak sang pencuri tersebut.
Gru akhirnya menyanggupi tawaran AVL dan kemudian bekerjasama dengan Lucy mengungkap misteri tersebut didepan sang atasan, Silas Ramsbottom (Steve Coogan).
Penyelidikan Gru dan Lucy kemudian diarahkan ke sebuah mall dan saat itu, Gru langsung mencurigai pemilik restorant mall tersebut, Eduardo (Benjamin Bratt) sebagai sang dalang karena memiliki wajah dan perilaku yang nyaris serupa dengan bekas penjahat kelas kakap dan “sakti” bernama El Macho.
Disaat yang sama, Gru mengalami problem internal karena Dr. Nefario (Russell Brand) orang kepercayaannya yang selama ini bekerja dibawah tanah bersama para Minions menyatakan mengundurkan diri dan bermaksud untuk bergabung disebuah organisasi kejahatan misterius. Situasi yang dialami Gru kian rumit ketika menyadari putri angkat tertuanya, Agnes jatuh cinta pada Antonio (Moisés Arias), putra Eduardo. Gru kemudian beraksi kembali mengejar sang penjahat dengan kemampuan yang dimilikinya, terlebih ketika menyadari tidak hanya para Minions kesayangannya menjelma menjadi monster menakutkan, namun juga Lucy ikut diculik oleh sang penjahat.
Secara umum, film ini menyajikan sajian visual yang mengasyikkan. Dua sutradara, Pierre Coffin (yang juga adalah anak dari novelis terkenal Indonesia, NH Dini) dan Chris Renaud dengan gemilang menyajikan sajian cerita yang proporsional dengan mengetengahkan karakter Minions (yang memang menjadi daya tarik utama film ini) secara lebih menonjol bersanding secara pas dengan tokoh-tokoh Gru, Lucy, Dr.Nefario, dan Eduardo. Tak dapat dipungkiri aksi kocak para Minions menyita banyak perhatian sepanjang film, kedua anak saya sampai tertawa terpingkal-pingkal menyaksikannya, terlebih ketika mereka menyanyikan lagu populer yang diplesetkan secara asal-asalan.
Steve Carell yang mengisi suara Gru juga berhasil menerjemahkan konflik batin yang dialaminya sebagai ayah yang overprotektif pada putri-putrinya, lelaki yang lugu menyatakan cinta dan jagoan dalam meringkus penjahat. Dilain pihak sosok Lucy yang diisi suaranya oleh Kirsten Wig seakan memberikan “nyawa” baru dari sekuel ini dengan penampilannya yang spontan dan tangkas. Ramuan komedi ringan dan bisa membuat kita tertawa lepas berpadu dengan animasi yang begitu hidup serta memukau, membuat kami sekeluarga merasa sangat terhibur. Dibandingkan dengan Despicable Me edisi pertama, di edisi sekuelnya ini, terasa lebih memiliki greget dan daya pikat lebih.








Oh wow, anaknya NH Dini ya?
itu bener-bener film kocak hehehee..,.,