SURAT CINTA TERBUKA UNTUK ISTRIKU : 15 TAHUN BERSAMA MENGARUNGI SUKA DAN DUKA
Saat menulis surat ini, aku sempat menatap wajahmu yang teduh sembari menahan sakit pada bagian kaki kanan yang baru saja mengalami kecelakaan sepeda motor seminggu silam dan belum sepenuhnya pulih. Ya, ulang tahun pernikahan kita kelima belas yang dirayakan tepat sehari setelah Pemilu Legislatif 2014 kali ini memang sungguh menyajikan nuansa berbeda. Kecelakaan motor yang kamu alami sedikit banyak memberikan suasana muram dalam perayaan ini.
“Maaf ya tak bisa menyiapkan segala sesuatunya, seperti yang pernah kita laksanakan tahun lalu,” katamu pelan sambil menyentuh lenganku. Aku tersenyum dan balas menggenggam erat tanganmu. Walau mungkin kedengarannya terasa “lebay” perayaan ulang tahun perkawinan senantiasa memiliki makna tersendiri di hati kita, setidaknya akan ada “sesuatu” yang lain dan menjadi pembeda dibandingkan hari-hari lainnya.Terlebih perayaan ulang tahun perkawinan kita sehari setelah hari ulangtahunku. Mungkin sebuah tumpeng kecil nasi kuning dengan tempe orek, telur dadar dan ayam suwir di sekelilingnya.
“Tidak apa-apa,” kataku sambil tersenyum. “Kehadiranmu di sisiku, sudah melengkapi segalanya, lebih dari prosesi perayaan semeriah apapun”. Ah istriku, aku tiba-tiba teringat kalimat yang disampaikan Tom Cruise (Jerry) pada Rene Zelwegger (Dorothy) dalam film Jerry Maguire (1996). “You complete me”, kata Jerry dengan mata berbinar. Walau keduanya memiliki sikap dan karakter berbeda, mereka saling melengkapi. Ibarat puzzle yang mengisi ruang kosong dan menghasilkan harmoni yang selaras. Seperti diungkap oleh William Shakespeare, “Man and Women are like puzzles”. Saling “menggenapi” , saling melengkapi…
Istriku sayang,
Perubahan yang terjadi dalam setiap jejak perjalanan kehidupan adalah keniscayaan. Dan setiap hari, perubahan itu terjadi, termasuk pada diri kita.Setiap hari pula aku berusaha untuk mengenali sisi dirimu yang lain, yang berubah itu dan begitu pula sebaliknya. Semua menjadi tak sama seiring waktu yang terus berderak riuh. Wajahmu tak seperti dulu lagi, ada keriput di sudut mata dan sedikit uban pada rambut. Kamu menjadi lebih bawel ketika anak-anak kita beranjak besar dan kerapkali membuatmu kesal karena ulah mereka. Kamupun terlihat semakin cerewet mengkhawatirkan kesehatanku. “Hati-hati Pa, dijaga pola makannya. Semakin tua, makin banyak penyakit,”katamu seraya mengangsurkan segelas juz Alpukat kepadaku. Dua bulan kamu akhirnya memakai kacamata yang justru membuatmu nampak lebih cantik. Sungguh, istriku, aku menyukai dan menikmati perubahan-perubahan itu. Membuatku semakin cinta kepadamu.
Perubahan serupa tentu terjadi pula padaku. Aku mungkin menjadi tak setampan dulu saat pertama kali kita bertemu. Tatkala ubanku tumbuh di sisi kepala, kamu tersenyum dan mencubit pinggangku saat kubisikkan bahwa wajahku menjadi lebih mirip George Clooney, artis film idolamu itu. Saat aku pertama kali memakai kacamata, secara berseloroh kamu berkata tampangku jadi mirip penyanyi Afghan gagal diet. Kita lalu tertawa bersama. Tak ada rasa perih disana. Kita menikmati dan memahami bersama setiap perubahan itu, sebagai bagian dari keniscayaan kehidupan. Bahkan menjadi bagian dari upaya “menggenapi” dan “melengkapi” setiap “puzzle” yang tak kita punya dalam diri masing-masing.
Istriku sayang,
Limabelas tahun sudah kita mengarungi bahtera rumah tangga. Bukan hal yang mudah untuk memahami dan menjalani setiap perubahan yang terjadi dalam diri kita. Tak urung perubahan yang terjadi kerapkali memicu perbedaan pendapat diantara kita. Tapi tak apa. Kita menikmatinya semua sebagai proses tak hanya untuk menjadi lebih dewasa, namun lebih dari itu, menjadi bagian dari upaya menyatukan “puzzle-puzzle” dalam diri kita, melengkapi ruang-ruang kosong, “menggenapi”-nya sebagai sebuah kesatuan yang koheren. Kukuh. Tak tergoyahkan. Hingga akhir waktu.
Menandai usia pernikahan kita kelimabelas, sembari memijat pelan kakimu di beranda, kita menikmati malam yang dipenuhi bintang seraya mendengarkan lagu syahdu Bunga Citra Lestari, “Cinta Sejati” yang menjadi soundtrack film Habibie-Ainun.
Cintaku selalu untukmu, istriku sayang. Selamanya..
Catatan:
Baca Surat Cinta Terbuka Untuk Istriku lainnya disini
hehehe… sangat inspiratif, menjadi pelajaran bagi saya dan pernikahan saya, dimana ada cinta suka dan duka berlalu menjadi kenangan dan menjaga tetap kebersamaan dalam rumah tangga..
sangat inspiratif dan menyentuh, 15 tahun bukan waktu yang sebentar untuk mengarungi bahtera rumah tangga dengan segala hal suka-duka, thanks dah share gan
ah, manis banget suratnya. so sweet… istrinya kira-kira udah baca belum ya surat terbuka ini? duh, saya salut pernikahannya udah menginjak usia 15 tahun. semoga tetap langgeng ya 🙂
Romantisnya..