FILM 3 SRIKANDI : TENTANG MEREKA YANG MENYALAKAN NYALI

Tepat pada peringatan hari Kemerdekaan Indonesia ke-71, saya mengajak isteri dan kedua anak saya menonton film “3 Srikandi” arahan sutradara dan juga rekan sesama blogger Iman Brotoseno. Seusai ananda Alya sukses melakukan tugasnya sebagai Paskibra serta sang kakak Rizky mengikuti upacara bendera di sekolahnya, kami pun berangkat menuju studio XXI Mega Bekasi. Saya sengaja mengajak kedua anak saya menonton film ini pada momentum perayaan hari Kemerdekaan agar mereka ikut belajar dari pengalaman serta perjuangan 3 Srikandi dalam mencapai impiannya dengan semangat nasionalisme yang menyala-nyala. Semuanya dicapai melalui latihan serta kerja keras yang konsisten.
Tiba di XXI Mega Bekasi, ternyata antrian penonton begitu panjang meski kami datang satu jam sebelum pertunjukan dimulai. Dalam hati saya cemas apakah bisa mendapatkan tiket di tempat favorit kami. Untunglah,kami mendapat tempat duduk yang diinginkan di Studio 10 XXI untuk pertunjukan pukul 12.45 siang. Saya cukup takjub, hampir seluruh kursi penonton terisi yang menunjukkan antusiasme masyarakat Indonesia untuk menonton!.
Film ini mengangkat kisah perjuangan tiga srikandi Indonesia, Nurfitriyana (Bunga Citra Lestari), Lilies Handayani (Chelsea Islan) & Kusuma Wardhani (Tara Basro) yang berlaga di Olimpiade 1988 dibawah asuhan atlet panahan legendaris Indonesia Donald Pandiangan (Reza Rahadian). Ketiga Srikandi memiliki konflik masing-masing yang dialami dalam hidupnya termasuk pula pada sang pelatih Donald, yang memilih menghilang dari hiruk pikuk dunia panahan karena kecewa tak jadi diberangkatkan ke Olimpiade Moscow 1980 lantaran masalah politik. Donald menjauh dari kegiatan panahan yang pernah membesarkan namanya itu.
Yana menghadapi dilema antara menyelesaikan skripsi dan peluangnya mengikuti Olimpiade yang sudah lama diimpikannya, Lilies mesti menghadapi persoalan asmara dengan sang kekasih serta hambatan dari pihak keluarga, sementara Kusuma terhalang dilema berkarir di dunia olahraga panahan atau mesti jadi Pegawai Negeri Sipil seperti yang diharapkan kedua orang tuanya. Problema rumit ini menjadi kendala yang cukup berarti bagi mereka saat meyakinkan orang-orang tercinta tentang bagaimana Yana, Lilies dan Kusuma meraih impiannya.
Berkat kegigihan Udi (Donny Damara), Donald berhasil dibujuk untuk melatih ketiga Srikandi pilihan yang akan berlaga dalam Olimpiade Seoul ke 24 tersebut dengan syarat tegas: Donald dibolehkan melatih menurut caranya sendiri. Kepribadian Donald yang galak, militan dan disiplin menempa upaya keras ketiga Srikandi andalan Indonesia itu mengharumkan nama Indonesia dengan meraih medali di pentas olahraga bergengsi di dunia tersebut.
Film yang menghadirkan sejumlah artis muda papan atas Indonesia ini menghadirkan nuansa humanis dan konflik batin dari 3 atlet andalan Indonesia dalam menghadapi problematika kehidupannya. Alih-alih mengulas sejumlah aspek teknis dalam olahraga panahan yang membosankan, sang sutradara mengeksplorasi secara mendalam perasaan yang tersirat dalam hati Yana, Lilies dan Kusuma lewat akting mereka yang begitu piawai. Emosi penonton “dimainkan” dengan cerdik apalagi ditambah dengan romansa musik-musik era-80-an seperti KLa Project atau Vina Panduwinata yang memukau. Latar belakang setting peristiwa juga digarap secara cermat , bahkan model-model pakaian yang dikenakan membuat saya seperti “terpelanting” ke masa lalu, mengenang kembali saat muda, ketika masih SMA dulu.
Adalah Chelsea Islan pemeran Lilies yang menurut saya cemerlang dalam memerankan sosok gadis muda yang ceria, lucu, usil namun terkadang terlihat rapuh menghadapi keadaan. Lilies mampu mencuri perhatian menonton dengan gayanya yang centil dan menggemaskan dipadu dengan dialek ala Surabaya-nya yang lugas. Sementara itu Tara Basro juga tak kalah mulusnya memerankan gadis Makassar dengan logatnya yang khas, tak heran karena ia belajar dari sang ibu yang berdarah bugis. Sedangkan Reza Rahardian, kembali menampilkan kualitas aktingnya yang memikat. Ia nampak berusaha keras “keluar” dari karakter “Rudi”Habibie yang baru saja diperankannya dan hadir dengan sosok Donald Pandiangan yang benar-benar berbeda.
Dari sisi sinematografis, film ini menampilkan gambar-gambar indah dengan tata artistik yang mempesona. Sebagai penonton, saya sangat dimanjakan selama menyaksikan film berdurasi 2 jam ini. Tata musiknya yang megah dan impresif membuat penonton terbuai serta larut dalam kisah heroik 3 Srikandi. Apresiasi tinggi saya kepada sutradara film ini serta jajaran pendukungnya, Mas Iman Brotoseno yang telah menghadirkan tontonan apik dan mendidik serta pas momentumnya disela-sela peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-71. Ditunggu karya-karya berikutnya dan maju terus Film Indonesia !















