SYARIKAT ISLAM, KEMANDIRIAN UMAT DAN KENISCAYAAN EKONOMI PERADABAN
Langit Jakarta terlihat “bersahabat” saat saya memasuki area kantor Syarikat Islam, Jl.Diponegoro No.43 Jakarta, Sabtu (12/8) pagi. Keteduhan pepohonan di kawasan tersebut terasa menyejukkan suasana terik saat saya menapakkan kaki masuk di tempat pelaksanaan Ngobrol Bareng Syarikat Islam bersama Ketua Umum Syarikat Islam, DR.H.Hamdan Zoelva, SH, MH. Setelah melakukan registrasi ulang, saya menikmati kopi serta kudapan yang disediakan oleh panitia. Saya menyapa Basri Kinas Mappaseng, Bendahara Syarikat Islam serta Ana Mustamin CEO Indonesia Berzakat yang juga adalah senior saya sesama alumni Universitas Hasanuddin. Saya juga mengajak keduanya berfoto bersama sebelum acara dimulai.
Acara dimulai pukul 10.30 pagi yang dipandu oleh Ana Mustamin yang aktifitas kesehariannya saat ini adalah Direktur HRD Asuransi Bumiputera. Sebagai Narasumber tampil Ketua Umum Lajnah Tanfidziyah Syarikat Islam (SI) Indonesia DR.Hamdan Zoelva, SH, MH yang juga adalah mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia periode 2013-2015.
Mengawali obrolan pagi itu, Hamdan Zoelva menceritakan bagaimana dan mengapa ia sampai bergabung di Syarikat Islam. “Saya dibesarkan dalam lingkungan tradisi keluarga santri yang kental. Ayah saya KH. Muhammad Hasan, BA, merupakan pimpinan Pondok Pesantren Al-Mukhlisin di Bima. Dan tentu saja, Syarikat Islam bukanlah hal yang baru buat saya karena kerap kami–baik di lingkup keluarga maupun pergaulan– banyak membahas serta mendiskusikan kiprah organisasi ini dalam hubungannya penguatan ekonomi umat. Saya sangat tertarik menjadi bagian didalamnya dan membangunnya dengan baik untuk kemaslahatan bersama,”tutur pria kelahiran Bima, 21 Juni 1962 yang menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar dan Fakultas Syari’ah IAIN Alaudin, Makassar.
Selanjutnya, Wakil Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (1999-2004) ini memaparkan sejarah kelahiran Syarikat Islam / Sarekat Islam (disingkat SI). Organisasi ini dahulu bernama Sarekat Dagang Islam (disingkat SDI) didirikan oleh Haji Samanhudi pada tanggal 16 Oktober 1905, Sarekat Dagang Islam merupakan organisasi pertama yang lahir di Indonesia, pada awalnya Organisasi Sarekat Islam yang dibentuk oleh Haji Samanhudi ini merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang menentang masuknya pedagang asing yang ingin menguasai ekonomi rakyat. SDI merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian rakyat sebagai dasar penggeraknya. Organisasi ini terus berkembang pesat dan menjadi ikon pergerakan umat di bidang ekonomi.
Seperti dikutip dari halaman website Syarikat Islam :
R.M. Tirtoadisurjo pada tahun 1909 mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia. Pada tahun 1910, Tirtoadisuryo mendirikan lagi organisasi semacam itu di Buitenzorg. Demikian pula, di Surabaya H.O.S. Tjokroaminoto mendirikan organisasi serupa tahun 1912. Tjokroaminoto masuk SI bersama Hasan Ali Surati, seorang keturunan India, yang kelak memegang keuangan surat kabar SI, Oetusan Hindia. Tjokroaminoto kemudian dipilih menjadi pemimpin, dan mengubah nama Sarekat Dagang Islam (SDI) menjadi Sarekat Islam (SI), hal ini dilakukan agar organisasi tidak hanya bergerak dalam bidang ekonomi, tapi juga dalam bidang lain seperti politik. Tujuan SI adalah membangun persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di antara muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat.
“Karena tuntutan zaman ketika itu serta keinginan kuat untuk ikut terlibat secara langsung di kancah politik praktis , SI bertansformasi menjadi partai politik bernama Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Pada Pemilu 1955 PSII menjadi peserta dan mendapatkan 8 (delapan) kursi parlemen. Kemudian pada Pemilu 1971 pada zaman Orde Baru, PSII di bawah kepemimpinan H. Anwar Tjokroaminoto kembali menjadi peserta bersama sembilan partai politik lainnya dan berhasil mendudukkan wakilnya di DPRRI sejumlah 12 (dua belas orang). Seiring waktu, SI berkomitmen kembali ke khittah awal sebagai Organisasi Masyarakat yang bertujuan menegakkan martabat dan kedaulatan ekonomi umat dan bangsa. Pergerakan itu diterapkan lewat dakwah ekonomi seperti membangun semangat berwirausaha serta mendorong spirit tolong menolong dalam mengembangkan usaha di kalangan umat Islam,” kata Hamdan Zoelva yang terpilih sebagai Ketua Umum SI pada acara Majelis Tahkim ke-40 di Bandung tahun 2015 tersebut.
“Perlu dipahami,” ungkap advokat, akademisi dan politikus terkemuka ini,”fokus kami pada gerakan ekonomi tidak berarti bahwa SI meninggalkan gerakan politik, dakwah dan pendidikan. Dienul Islam tetap menjadi dasar bagi gerakan ekonomi, menjadi panduan etik, moral serta hukum dalam menjalankan ekonomi. Pada sisi politik formal, Syarikat Islam akan mengambil jarak yang sama dengan semua partai politik tanpa kecuali. Harapan kami, SI menjadi organisasi masyarakat yang memelopori perbaikan tata ekonomi dan pembangunan ekonomi umat”.
Acara Ngobrol Bareng di akhir pekan minggu kedua Agustus ini berjalan santai, informal dan sarat dengan nuansa kekeluargaan. Di beberapa kesempatan tawa dan canda senantiasa tercetus mencairkan suasana. Pada sesi tanya jawab, menanggapi salah satu pertanyaan peserta mengenai bagaimana SI menyiasati perkembangan dunia digital, fenomena Financial Technology (Fintech) berbasis cashless serta mengakomodir generasi milineal untuk ikut terlibat dalam gerakan kedaulatan ekonomi umat yang dipelopori SI, Hamdan Zoelva menjawab tangkas.
“Tentu saja kami tidak menutup mata pada perkembangan dunia digital saat ini. SI harus gesit dan luwes menyikapinya, karena itu adalah keniscayaan peradaban yang harus dihadapi. Salah satunya melalui gerakan “Indonesia Berzakat” . Pada gerakan ini masyarakat yang menunaikan zakat mendapatkan kenyamanan dan keamanan melalui layanan berbasis online. Mereka juga bisa memantau distribusi zakat yang ditunaikan lewat program-program Indonesia Berzakat dari website serta layanan interaktif di mobile phone platform (Android/IoS) seperti pembangunan mushala, bantuan beasiswa kepada anak yatim, sumbangan sosial kepada panti asuhan dan panti jompo dan lain-lain. Saya bersyukur sekali gerakan Indonesia Berzakat mendapatkan respon dan simpati besar dari masyarakat Indonesia meski belum lama diluncurkan. Kami akan terus mengembangkan gerakan-gerakan serupa yang mengakomodir teknologi informasi kekinian”.
Pada kesempatan berikutnya saya sempat menanyakan tentang program-program SI yang langsung menyentuh pemberdayaan ekonomi umat di akar rumput (community based). Saya memberikan contoh inisiatif organisasi tak jauh dari tempat saya bermukim, Forkammi (Forum Komunikasi Musholla Masjid) Cikarang Raya yang menggagas kehadiran minimarket “Kita Mart” di jalan Kancil 9 Perumahan Cikarang Baru, Cikarang Utara, Bekasi. Mini Market ini dalam sehari setelah pembukaannya berhasil menembus omset Rp 45 juta.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Hamdan Zoelva yang juga adalah Guest Professor China University of Political Science and Law Beijing, China. mengungkapkan bahwa upaya-upaya pemberdayaan ekonomi umat menjadi agenda utama SI lewat grand design program kerja 2015-2020. Apalagi menurut catatan hanya 1,6% saja penduduk Indonesia yang berwirausaha dari total jumlah penduduk, ini rasio yang sangat kecil dibandingkan dengan negara lain. Menurutnya, membangun sistem jaringan dan sumber-sumber ekonomi melalui pengembangan jejaringnya dimulai dari kalangan internal SI. Program kemitraan dengan usaha-usaha kecil dan mikro berbasis Syari’ah akan ditumbuh-kembangkan, termasuk kemungkinan bekerjasama dengan organisasi seperti Forkammi di Cikarang. Pada program kerja SI, kita telah mencanangkan paling tidak 2500 usaha kecil dan mikro yang dikelola oleh anggota SI dan atau umat Islam dengan target pencapaian selama lima tahun kedepan. Upaya mendorong anggota SI pada usaha-usaha berbasis koperasi juga terus diupayakan karena menjadi faktor potensial dalam sistem dan pranata ekonomi nasional. Muaranya tentu saja pada kemandirian umat Islam dalam menghadapi kehidupan yang kian berat.
“Tidak hanya itu,” tambah suami dari R.A. Nina Damayanti S.H. dan ayah tiga orang anak, yaitu Muhammad Faris Aufar, Ahmad Arya Hanafi, Ahmad Adib Karam ini, “SI juga terbuka untuk bekerjasama dan bermitra dengan organisasi masyarakat atau lembaga terkait termasuk dari luar negeri. Kami baru saja kembali dari Malaysia dan bertemu dengan Malaysian Technology Development Centre (MTDC). PP Syarikat Islam sedang menyelenggarakan semacam kursus enterpreneurship yang dinamakan Sekolah Dagang Syarikat Islam Hadji Samanhudi. Melalui kursus tersebut diharapkan akan lahir wirausahawan muda muslim Syarikat Islam yang tangguh, mandiri, kreatif dan berakidah mulia,” katanya.
Menutup perbincangan siang itu, Hamdan Zoelva berharap agar Syarikat Islam menjadi pelopor dalam pemberdayaan ekonomi umat Islam. Dukungan masyarakat secara luas sangat diharapkan dan melalui sosialisasi lewat format acara “Ngobrol Bareng” seperti ini informasi tentang profil SI serta program-programnya dapat tersebar lebih luas sehingga potensi kolaborasi dan bersinergi di masa depan kian terbuka. Pada kesempatan tersebut beliau juga memperkenalkan perusahaan dibawah bendera Syarikat Islam yaitu PT Syarikat Dagang Bersama dimana CEO-nya adalah Ir.Basri Kinas Mappaseng. Perusahaan ini membuka diri seluas-luasnya untuk bekerjasama dan bersinergi dengan usaha-usaha umat muslim seluruh Indonesia.
“Kefakiran itu bisa mendekatkan seseorang pada kekafiran. Olehnya itu mari kita bangun bersama ekonomi umat Islam dengan cerdas, tangkas dan percaya diri sesuai syari’ah ,selaras dengan Trilogi Syarikat Islam yaitu : Sebersih-bersih Tauhid, Setinggi-tinggi Ilmu dan Sepandai-pandai Siasah,”katanya menutup sesi pagi itu dengan mata berbinar.
Saya bersyukur bahwa dalam acara ini, saya mendapatkan hadiah lomba twitter terbaik dan terbanyak berhadiah kaos serta buku berjudul “Jang Oetama – Jejak & Perjuangan H.O.S.Tjokroaminoto” karya Aji Dedi Mulawarman dan “Implikasi Pemikiran H.O.S.Tjokroaminoto dalam Manajemen Pendidikan Islam” karya Wildan Rusli, M.Pd.I yang ditandatangani langsung oleh Ketua Umum Syarikat Islam, DR.Hamdan Zoelva,SH.MH.
Saya meninggalkan lokasi acara dengan penuh semangat. Harapan saya Syarikat Islam menjadi ‘Rumah Bersama” Umat Islam untuk menyatukan langkah serta pemikiran memberdayakan ekonomi umat. Di era geliat keniscayaan peradaban yang terus bergulir cepat seperti ini, Syarikat Islam memang perlu lebih luas dan tanggap melewatinya dengan strategi yang cerdas.
Sukses selalu untuk Syarikat Islam!
Catatan:
Rangkaian Twitter acara Ngobrol Bareng Syarikat Islam bisa dibaca pada tagar #syarikatislam & #ngobrolbarengSI.