IN MEMORIAM MAKSUM.A.KARAROK : KETEGARAN DAN KONSISTENSI DALAM KESEDERHANAAN
Saya tak pernah menduga, pertemuan saya dengannya hari Senin pagi, 13 Februari 2018 silam adalah jumpa terakhir saya dengan, Maksum Achmad Kararok, sahabat seangkatan di Fakultas Teknik Unhas. Malam tadi, Jum’at (16/2), Maksum kembali ke haribaan sang Pencipta karena sakit di RS JMC Mampang. Kabar yang saya terima sungguh begitu menghentak batin.
Hari Senin itu, Mantan Ketua Senat Teknik UNHAS 1993-1994 ini membawa kue pesanan kantor saya. Kebetulan saya bertemu dengannya di lobi South Quarter Building Tower A. “Sorry bro saya tidak bisa naik ke lantai 16 ya..Saya titip saja ini kue pesanan ini ya, saya ada keperluan lain,”katanya buru-buru sambil menjabat erat tangan saya. Maksum dan istrinya memang menerima pesanan kue-kue khas Makassar dan sudah menjadi langganan kantor kami, juga menjadi langganan setiap kali rapat-rapat IKA Teknik Unhas. Kuliner buatan lelaki yang sangat menyukai sosok Soekarno dan Iwan Fals ini bersama sang istri memang begitu lezat dan cocok dengan selera siapapun yang mencicipinya.
Lelaki kelahiran Palopo itu lalu membalikkan badan dan bergegas menuju ke luar lobbi. Saya sempat melihatnya melambaikan tangan sembari tersenyum. Langkahnya terlihat agak sedikit terpincang-pincang saat melewati pintu.
Saya tiba-tiba ingat seminggu sebelumnya kami sempat makan coto Daeng Memang bersama rekan Tommy Pomanto & Syarief ‘edwin’ Hidayat Moo . Waktu itu, Maksum memakai baju kegiatan Halal Bi Halal IKA Teknik Unhas 2018. “Foto ka dulu bro, kapan lagi ko foto saya pake baju ganteng ini,” pintanya. Saya lalu mengambil gambar ayah tiga anak itu dengan gayanya yang khas.
Maksum Achmad Kararok salah satu ikon mahasiswa fenomenal Fakultas Teknik Unhas pada zamannya. Sosoknya yang keras, militan, unik, tegas dan kontraversial senantiasa kami kenang sebagai “trade-mark”-nya. Saya masih ingat ia memelihara rambut ikal panjang serta kerapkali memakai mantel hitam. Kerapkali ia mengikat rambutnya yang ikal itu dengan karet. Saya pernah menggodanya mirip dengan aktor film Lorenzo Lamas dalam film “Renegade”.
Saat berpidato di depan publik, orasinya begitu berapi-api dan tidak takut mengkritik tajam rezim orde baru yang begitu represif kala itu. Dalam beberapa kali kesempatan demonstrasi, Maksum selalu berada di garis depan.
Konsisten dan lugas dalam memperjuangkan apa yang diyakininya menjadi salah satu karakter kuatnya. Oleh banyak orang yang tidak mengenalnya secara dekat, mungkin banyak yang menilainya keras kepala dan terlalu berani. Namun, jika memahaminya lebih jauh lagi, argumen-argumen yang diajukannya cukup masuk akal meski kadang tak secara runtut diuraikannya.
Maksum hadir sebagai sosok yang unik, percaya diri dan nyentrik. Dalam berbagai interaksi saya di kampus dulu bahkan hingga akhir hayatnya, Maksum juga dikenal sebagai sosok yang ramah, sederhana dan setia kawan. Salah satu aksinya yang banyak dikenang adalah Maksum salah satu penggagas dan pendiri Creator 09, unit kegiatan mahasiswa Fakultas Teknik UNHAS yang mengakomodir dan mengeksekusi ide-ide kreatif mahasiswa. Seperti ditulis Mulyawan Samad dalam catatannya di FB tadi : “Creator 09 adalah salah satu diantaranya, unit kegiatan yang bertujuan menelurkan ide-ide kreatif dan mewujudkannya; sablon, spanduk, lagu, seni, teknologi sampai gerakan politik ditelurkan disitu. Kami para junior diberikan ruang untuk mengatur dan melaksanakan apapun yang ada di kepala waktu itu, lintas angkatan, lintas jurusan”
Jika tak sedang berhalangan, Maksum selalu memenuhi undangan termasuk undangan ngopi dan makan coto Makassar seperti yang saya lakukan bersamanya 3 pekan silam bersama rekan seangkatan, Syarif Hidayat dan Tommy Pomanto di warung coto Daeng Memang Jl.Ampera Raya.
Kami sering menginap di kampus Teknik Tamalanrea dan terus terang saya mengakui, ia sangat kuat begadang. “Tidur mo ko, nanti saya teruskan lipat-lipat ini surat kabar. Asal ada kopi, amanmi”, katanya berseloroh setelah melihat saya terkantuk-kantuk. Waktu itu, awal September 1991 kami menerbitkan suratkabar mahasiswa Teknik Unhas “Channel 9” yang dipublikasikan secara independen. Untuk menghemat biaya, kami melipat koran tersebut satu per satu setelah tiba dari percetakan.
Di Hari Jum’at penuh berkah, Maksum berpulang. Tanpa terasa airmata saya jatuh ketika mendengar kabar itu dari Syarief ‘edwin’ Hidayat Moo . Masih terkenang nostalgia bersamanya. Dialah yang selalu rajin “menghidupkan” percakapan di WA grup alumni Teknik 1989. Bermacam topik dibahasnya, mulai dari politik hingga sepakbola. Memang, tak banyak yang berubah darinya sejak saya mengenalnya pertama kali sebagai mahasiswa baru di Teknik . Semangat Pantang Menyerahnya dan ketegarannya dalam menghadapi masalah membuat Maksum dapat diterima oleh semua pihak.
“Semangat itu yang membuatku selalu bisa hidup, bro. Jangan dikasi’ kendor..”, katanya pada saya di suatu kesempatan Rapat IKA Teknik di gedung Senayan Trade Center. Maksum bercerita bagaimana ia “bertarung” , jatuh bangun menundukkan ibukota dengan segala kemampuannya. Saya terharu apalagi mengingat 6 tahun silam ia pernah terkena stroke dan bangkit dari keterpurukan dengan optimis.
Innalillahi wainnailaihi rojiun..
Selamat jalan sahabatku..Semoga Husnul Khotimah..
Pingback: FILM “ANAK MUDA PALSU” : TENTANG KESETIAKAWANAN DAN IKHTIAR MERAIH IMPIAN – Catatan Dari Hati