Dia baru saja menuntaskan tugasnya sore itu: melubangi kepala seorang boss besar dengan peluru yang ditembakkan olehnya dari jarak jauh, atas order boss besar yang lain.
Dia puas menyelesaikan tugasnya dan mendapatkan pembayaran yang pantas untuk itu.
Sebagai penembak jitu profesional, lelaki itu senantiasa paham setiap detail tugas yang diberikan.
Tak perlu melibatkan aspek hati disana: cukup tembak, terima pembayaran dan selesai.
Sesederhana itu.
Hidup baginya adalah tentang bagaimana menemukan letak yang tepat untuk menembak dan tentu saja menembakkan peluru ke bagian tubuh yang paling mematikan dari korbannya. Efektif. Singkat. Senyap.
Handphonenya mendadak berdering kencang. Ia melirik sekilas. Dari boss besar langganannya.
“Sasaranmu berikutnya akan kukirim setelah percakapan ini. Pastikan selesai sebelum besok siang. Lokasi korban akan kukirimkan segera. Lakukan dengan cara seperti biasa, clear and clean. Mengerti?” Tegas boss besar di ujung telepon.
“Beres!”, sahutnya singkat.
Beberapa saat kemudian, target dan lokasi korbannya dikirimkan via aplikasi Whatsapp.
Lelaki itu membacanya pelan kemudian menghela nafas panjang.
Keesokan harinya, publik tersentak atas meninggalnya seorang boss besar yang ditembak keningnya dari jarak jauh.
Sementara lelaki itu, sang penembak jitu menatap langit dari rooftop sebuah gedung.
Senapan tembaknya disandang dipundak dan bergegas bersiap pergi.
Sebelum meninggalkan tempat, lelaki itu menatap langit kembali dan berdiri mematung.
“Untuk tugas kali ini,” gumamnya, “aku harus melibatkan hatiku. Boss besar memilih sasaran yang salah, dia adalah ayahku sendiri. Dan kali ini, aku harus memastikan boss besar itu tidak akan salah lagi, selamanya”
Angin berdesir pelan dan sejuk menerpa tubuh..
Lelaki itu beranjak pergi seraya bersiul pelan.
Hidup buatnya kali ini adalah tentang bagaimana harus memilih jalan terbaik untuk masa depan, tentu dengan sasaran yang tepat.
Clear and clean..
Sesederhana itu..
Related Posts
Berkali kali lelaki itu merutuki kebodohannya.
Mengabaikan perasaannya paling dalam kepada perempuan sederhana namun rupawan yang dia sukai, hanya demi harga diri sebagai lelaki kaya, tampan dan terkenal--lalu kemudian, ketika semua ...
Posting Terkait
Baginya, cinta adalah nonsens.
Tak ada artinya. Dan Sia-sia.
Entahlah, lelaki itu selalu menganggap cinta adalah sebentuk sakit yang familiar. Ia jadi terbiasa memaknai setiap desir rasa yang menghentak batin tersebut sebagai ...
Posting Terkait
Seperti yang pernah saya lakukan diblog lama, saya akan menayangkan karya flash-fiction saya diblog ini secara teratur, paling tidak minimal 2 minggu sekali. Contoh koleksi flash-fiction lama saya bisa anda lihat ...
Posting Terkait
Hening. Sunyi.
Di ujung telepon aku hanya mendengar helaan nafasnya yang berat.
"Jadi beneran mbak tidak marah?", terdengar suara adikku bergetar.
"Lho, kenapa harus marah?", sergahku gusar
"Karena Titin melangkahi mbak, menikah lebih dulu,"sahutnya ...
Posting Terkait
Hancur!. Hatiku betul-betul hancur kali ini. Berantakan!
Semua anganku untuk bersanding dengannya, gadis cantik tetanggaku yang menjadi bunga tidurku dari malam ke malam, lenyap tak bersisa.
Semua gara-gara pelet itu.
Aku ingat bulan ...
Posting Terkait
Aku menatapnya. Takjub.
Dia menatapku. Marah.
Aku tak tahu apa yang berada di benak wanita muda itu sampai memandangku penuh kebencian. Padahal dia hanya melihat pantulan dirinya sendiri disitu. Dan aku, cukuplah ...
Posting Terkait
Seperti Janjimu
Kita akan bertemu pada suatu tempat, seperti biasa, tanpa seorang pun yang tahu, bahkan suamimu sekalipun. Kita akan melepas rindu satu sama lain dan bercerita tentang banyak hal. Apa ...
Posting Terkait
Baginya menanti adalah niscaya.
Karena hidup itu sendiri adalah bagian dari sebuah proses menunggu. Begitu asumsi yang terbangun pada benak wanita yang berdiri tegak kaku di pinggir pantai dengan rambut tergerai ...
Posting Terkait
Takdir kerapkali membawa keajaibannya sendiri.
Seperti saat ini, menatap wajahnya kembali pada sebuah reuni sekolah menengah pertama. Paras jelita yang seakan tak pernah tergerus waktu, meski hampir setengah abad telah terlewati.
Diajeng ...
Posting Terkait
“Segini cukup?” lelaki setengah botak dengan usia nyaris setengah abad itu berkata seraya mengangsurkan selembar cek kepadaku.
Ia tersenyum menyaksikanku memandang takjub jumlah yang tertera di lembaran cek tersebut.
“Itu Istrimu? ...
Posting Terkait
Menjelang berpisah, perempuan itu, yang sudah memiliki hatiku sepenuhnya, tersenyum samar. Pandangannya tajam namun mesra.
"Kamu tetap sayang aku kan'?", tanyanya manja. Disentuhnya daguku pelan.
Aku tersenyum.
"Jawab dong, jangan hanya senyum doang",rengeknya.
"Tentu ...
Posting Terkait
Memanggilnya Ayah, buatku sesuatu yang membuat canggung. Lelaki separuh baya dengan uban menyelimuti hampir seluruh kepalanya itu tiba-tiba hadir dalam kehidupanku, setelah sekian lama aku bersama ibu. Berdua saja.
"Itu ayahmu ...
Posting Terkait
Teng!-Teng!
Tubuhku dipukul dua kali. Begitu selalu. Setiap jam dua dini hari. Biasanya aku terbangun dari lelap tidur dan menyaksikan sesosok lelaki tua, petugas ronda malam kompleks perumahan menatapku puas dengan ...
Posting Terkait
Bangga rasanya menjadi anak seorang dukun terkenal di seantero kota. Dengan segala kharisma dan karunia yang dimilikinya, ayah memiliki segalanya: rumah mewah, mobil mentereng dan tentu saja uang berlimpah hasil ...
Posting Terkait
Aku meradang. Merah. Juga bernanah.
Sudah tiga hari aku bercokol disini, di bokong sebelah kiri salah satu penyanyi dangdut terkenal ibukota, Nana Daranoni.
Sang pemilik bokong tampaknya kurang merasa nyaman atas kehadiranku. ...
Posting Terkait
ak pernah sekalipun ia akan melupakannya.
Lelaki berwajah teduh dengan senyum menawan yang mampu memporak-porandakan hatinya hanya dalam hitungan detik sesaat ketika tatapan mata beradu. Kesan sekilas namun sangat membekas. Membuatnya ...
Posting Terkait
FLASH FICTION: BUKAN JODOH
FLASH FICTION : CINTA SATU MALAM
FLASH FICTION: TAKDIR TAK TERLERAI
FLASH FICTION : CERMIN TOILET
FLASH FICTION : SEPERTI JANJIMU
FLASH FICTION : DALAM PENANTIAN
FLASH FICTION: SAAT REUNI, DI SUATU WAKTU
FLASH FICTION: HATI-HATI DI JALAN
FLASH FICTION : TIANG LISTRIK
FLASH FICTION: AYAHKU, IDOLAKU
FLASH FICTION : TRAGEDI BISUL
FLASH FICTION : SEJATINYA, IA HARUS PERGI