Lelaki tua yang mengenakan blankon yang duduk persis didepanku menatapku tajam. Pandangannya terlihat misterius. Kumis tebalnya menambah sangar penampilannya. Menakutkan.
Aku bergidik. Dukun itu mendengus dan mendadak ruangan remang-remang disekitarku menerbitkan suasana angker.
“Kamu terlihat dalam masalah besar anak muda,” tebak sang Dukun seraya meraih sebilah keris disampingnya.
Aku mengangguk. Ada rasa gentar melingkupi hati.
“Tidak usah takut, katakan saja, saya tidak akan makan kamu,” sahut sang Dukun mencoba berseloroh tapi malah membuatku kian tersudut, terlebih saat menyaksikannya mengelus-ngelus bilah keris kesayangannya.
“Bu..bu..bukannya mbah Dukun sudah tahu isi hati saya bahkan sebelum datang kesini?” jawabku agak tergagap, mencoba membalas candanya.
“Heh! Dengar anak muda, saya dukun, bukan tukang ramal!” seru sang Dukun lantang dan membuatku kaget hingga terjengkang ke belakang.
Dadaku mendadak berdegup kencang, menyesal rasanya menanyakan hal konyol tadi. Sang Dukun malah terkekeh pelan.
“Oh baik mbah..saya kesini mau minta kirim santet ke seseorang,”kataku lirih.
“Kirim santet? Siapa?Kenapa? Apa sebabnya?” tanya sang Dukun penuh selidik.
“Seorang perempuan mbah. Dia menolak cinta saya. Katanya saya tidak pantas untuknya. Saya jadi sakit hati. Saya mau membalas penolakan itu,” kataku dengan suara bergetar, menahan rasa pedih yang menikam dada.
“Ada fotonya?”
“Iya, ada mbah,”kataku sambil mengangsurkan foto Adelia di handphone, gadis yang telah mematahkan hatiku itu ke sang Dukun.
Kali ini sang Dukun tiba-tiba terkejut dan terjengkang ke belakang. Matanya menyala. Terdengar suaranya menggeram marah. Aku kebingungan dan semakin ketakutan.
“Dia anakku!!..Dia anakku..berani-beraninya kamu mau menyantet anakku?” tukas sang Dukun dengan suara menggelegar seraya menudingkan kerisnya ke arahku.
Aku menjerit ketakutan dan segera berlari, kabur dari tempat itu.
Related Posts
Berkali kali lelaki itu merutuki kebodohannya.
Mengabaikan perasaannya paling dalam kepada perempuan sederhana namun rupawan yang dia sukai, hanya demi harga diri sebagai lelaki kaya, tampan dan terkenal--lalu kemudian, ketika semua ...
Posting Terkait
Memanggilnya Ayah, buatku sesuatu yang membuat canggung. Lelaki separuh baya dengan uban menyelimuti hampir seluruh kepalanya itu tiba-tiba hadir dalam kehidupanku, setelah sekian lama aku bersama ibu. Berdua saja.
"Itu ayahmu ...
Posting Terkait
Takdir kerapkali membawa keajaibannya sendiri.
Seperti saat ini, menatap wajahnya kembali pada sebuah reuni sekolah menengah pertama. Paras jelita yang seakan tak pernah tergerus waktu, meski hampir setengah abad telah terlewati.
Diajeng ...
Posting Terkait
Istriku uring-uringan dan mendadak membenciku dua hari terakhir ini.
"Aku benci tahi lalatmu. Tahi lalat Rano Karnomu itu!" cetusnya kesal.
"Pokoknya, jangan dekat-dekat! Aku benciii! Benciii! Pergi sanaa!", serunya lagi, lebih galak.
Aku ...
Posting Terkait
Hancur!. Hatiku betul-betul hancur kali ini. Berantakan!
Semua anganku untuk bersanding dengannya, gadis cantik tetanggaku yang menjadi bunga tidurku dari malam ke malam, lenyap tak bersisa.
Semua gara-gara pelet itu.
Aku ingat bulan ...
Posting Terkait
Keterangan foto: Menggigit Buntut, karya Andy Surya Laksana, Dji Sam Soe Potret Mahakarya Indonesia
elaki itu menatap nanar dua sapi yang berada di hadapannya.
Matahari siang menjelang petang terik membakar arena pertandingan. ...
Posting Terkait
Perempuan itu memandang mesra ke arahku. Aku pangling. Salah tingkah. Dia lalu memegang lenganku erat-erat seakan tak ingin melepaskan.
Kami lalu berjalan bergandengan tangan di sebuah mall yang ramai.
"Aku selalu berharap ...
Posting Terkait
“Segini cukup?” lelaki setengah botak dengan usia nyaris setengah abad itu berkata seraya mengangsurkan selembar cek kepadaku.
Ia tersenyum menyaksikanku memandang takjub jumlah yang tertera di lembaran cek tersebut.
“Itu Istrimu? ...
Posting Terkait
Gadis itu menulis diatas secarik kertas dengan tangan bergetar.
Ia mencoba menafsirkan desir-desir rasa yang menggerayangi kalbu nya, menerbitkan rasa nyaman dan juga kangen pada lelaki yang baru akan diperkenalkannya pada ...
Posting Terkait
Baginya menanti adalah niscaya.
Karena hidup itu sendiri adalah bagian dari sebuah proses menunggu. Begitu asumsi yang terbangun pada benak wanita yang berdiri tegak kaku di pinggir pantai dengan rambut tergerai ...
Posting Terkait
Aku menatapnya. Takjub.
Dia menatapku. Marah.
Aku tak tahu apa yang berada di benak wanita muda itu sampai memandangku penuh kebencian. Padahal dia hanya melihat pantulan dirinya sendiri disitu. Dan aku, cukuplah ...
Posting Terkait
Baginya, cinta adalah nonsens.
Tak ada artinya. Dan Sia-sia.
Entahlah, lelaki itu selalu menganggap cinta adalah sebentuk sakit yang familiar. Ia jadi terbiasa memaknai setiap desir rasa yang menghentak batin tersebut sebagai ...
Posting Terkait
Dari balik jendela yang buram aku menyaksikan sosoknya menari riang diiringi lagu hip-hop yang menghentak dari CD Player dikamar. Poni rambutnya bergoyang-goyang lucu dan mulutnya bersenandung riang mengikuti irama lagu. ...
Posting Terkait
Seperti Janjimu
Kita akan bertemu pada suatu tempat, seperti biasa, tanpa seorang pun yang tahu, bahkan suamimu sekalipun. Kita akan melepas rindu satu sama lain dan bercerita tentang banyak hal. Apa ...
Posting Terkait
Bangga rasanya menjadi anak seorang dukun terkenal di seantero kota. Dengan segala kharisma dan karunia yang dimilikinya, ayah memiliki segalanya: rumah mewah, mobil mentereng dan tentu saja uang berlimpah hasil ...
Posting Terkait
Sebuah pesan tampil atraktif di layar handphone ku.
Dari Rita, pacarku dan ia dengan yakin menyatakan aku adalah pacar pertamanya.
"Kapan bisa ketemu say? Bisa hari inikah?"
Aku menggigit bibir, memikirkan jawaban yang ...
Posting Terkait
FLASH FICTION: BUKAN JODOH
FLASH FICTION: SAAT REUNI, DI SUATU WAKTU
FLASH FICTION : TAHI LALAT RANO KARNO
BERPACULAH ! MENGGAPAI KEMENANGAN !
FLASH FICTION: ROMANSA DI MALL
FLASH FICTION: BARANGKALI, CINTA
FLASH FICTION : DALAM PENANTIAN
FLASH FICTION : CERMIN TOILET
FLASH FICTION : CINTA SATU MALAM
FLASH FICTION : BALADA SI KUCING BUTUT
FLASH FICTION : SEPERTI JANJIMU
FLASH FICTION: AYAHKU, IDOLAKU
FLASH FICTION: PACAR PERTAMA