Aku menyeringai puas. Bangga.
Sebagai Debt Collector yang disegani dan ditakuti, membuat debitur bertekuk lutut tanpa daya dan akhirnya terpaksa membayar utangnya merupakan sebuah prestasi tersendiri buatku.
Sang debitur, lelaki tua dengan uban melingkupi seluruh kepalanya itu mengangsurkan uang pembayaran utangnya dengan tangan gemetar.
“Ampun mas, tinggal ini harta yang saya miliki.. Kalau bisa.. ” ujar lelaki itu dengan suara lirih mencoba berkompromi.
“Tidak ada istilah ‘kalau bisa’! Kami sudah cukup sabar bertoleransi selama ini, saatnya membayar kewajiban anda.. Tidak ada negosiasi lagi! ” Bentakku garang.
Tak diduga, lelaki itu tiba-tiba bangkit berdiri. Matanya merah menyala.
“Dasar setan kredit!!”umpatnya lantang seraya menantang dengan tatapan tajam kearahku.
Dan, dalam waktu sekejap lelaki itu segera dihajar habis-habisan oleh anak buahku sampai pingsan dan babak belur.
Aku tersenyum puas penuh kemenangan.
Malam harinya aku pulang ke rumah.
Di beranda, aku menyaksikan istriku duduk bersimpuh dengan kondisi babak belur. Matanya terlihat lebam dan bibirnya terluka.
Anakku Randy yang masih berusia 7 tahun duduk disamping ibunya sambil menangis kencang.
Aku terkejut dan segera memeluk istriku.
“Apa yang terjadi? Siapa yang melakukan ini?”, tanyaku gemas. Kemarahan seketika menggelegak di kepalaku.
” Aa..ku terjerat kredit pinjaman online, Pa.. Ma..maaf tidak memberitahumu soal ini. Me.. me.. mereka tadi datang menagih. Debt Collector berbadan besar dan galak.. A.. aku tak punya uang sama sekali, lalu mereka menghajarku,Maafkan aku, Pa, ” kata istriku terbata-bata. Tangisnya meledak dan akhirnya pingsan di pangkuanku.
Darahku mendidih. Dan akupun berteriak keras: “Dasar setan kredit!!”
Related Posts
Aku menatapnya. Takjub.
Dia menatapku. Marah.
Aku tak tahu apa yang berada di benak wanita muda itu sampai memandangku penuh kebencian. Padahal dia hanya melihat pantulan dirinya sendiri disitu. Dan aku, cukuplah ...
Posting Terkait
Baginya, cinta adalah nonsens.
Tak ada artinya. Dan Sia-sia.
Entahlah, lelaki itu selalu menganggap cinta adalah sebentuk sakit yang familiar. Ia jadi terbiasa memaknai setiap desir rasa yang menghentak batin tersebut sebagai ...
Posting Terkait
Memanggilnya Ayah, buatku sesuatu yang membuat canggung. Lelaki separuh baya dengan uban menyelimuti hampir seluruh kepalanya itu tiba-tiba hadir dalam kehidupanku, setelah sekian lama aku bersama ibu. Berdua saja.
"Itu ayahmu ...
Posting Terkait
Sebuah pesan tampil atraktif di layar handphone ku.
Dari Rita, pacarku dan ia dengan yakin menyatakan aku adalah pacar pertamanya.
"Kapan bisa ketemu say? Bisa hari inikah?"
Aku menggigit bibir, memikirkan jawaban yang ...
Posting Terkait
Dari balik jendela yang buram aku menyaksikan sosoknya menari riang diiringi lagu hip-hop yang menghentak dari CD Player dikamar. Poni rambutnya bergoyang-goyang lucu dan mulutnya bersenandung riang mengikuti irama lagu. ...
Posting Terkait
ak pernah sekalipun ia akan melupakannya.
Lelaki berwajah teduh dengan senyum menawan yang mampu memporak-porandakan hatinya hanya dalam hitungan detik sesaat ketika tatapan mata beradu. Kesan sekilas namun sangat membekas. Membuatnya ...
Posting Terkait
Istriku uring-uringan dan mendadak membenciku dua hari terakhir ini.
"Aku benci tahi lalatmu. Tahi lalat Rano Karnomu itu!" cetusnya kesal.
"Pokoknya, jangan dekat-dekat! Aku benciii! Benciii! Pergi sanaa!", serunya lagi, lebih galak.
Aku ...
Posting Terkait
Hening. Sunyi.
Di ujung telepon aku hanya mendengar helaan nafasnya yang berat.
"Jadi beneran mbak tidak marah?", terdengar suara adikku bergetar.
"Lho, kenapa harus marah?", sergahku gusar
"Karena Titin melangkahi mbak, menikah lebih dulu,"sahutnya ...
Posting Terkait
Baginya menanti adalah niscaya.
Karena hidup itu sendiri adalah bagian dari sebuah proses menunggu. Begitu asumsi yang terbangun pada benak wanita yang berdiri tegak kaku di pinggir pantai dengan rambut tergerai ...
Posting Terkait
Teng!-Teng!
Tubuhku dipukul dua kali. Begitu selalu. Setiap jam dua dini hari. Biasanya aku terbangun dari lelap tidur dan menyaksikan sesosok lelaki tua, petugas ronda malam kompleks perumahan menatapku puas dengan ...
Posting Terkait
Gadis itu menulis diatas secarik kertas dengan tangan bergetar.
Ia mencoba menafsirkan desir-desir rasa yang menggerayangi kalbu nya, menerbitkan rasa nyaman dan juga kangen pada lelaki yang baru akan diperkenalkannya pada ...
Posting Terkait
“Segini cukup?” lelaki setengah botak dengan usia nyaris setengah abad itu berkata seraya mengangsurkan selembar cek kepadaku.
Ia tersenyum menyaksikanku memandang takjub jumlah yang tertera di lembaran cek tersebut.
“Itu Istrimu? ...
Posting Terkait
Keterangan foto: Menggigit Buntut, karya Andy Surya Laksana, Dji Sam Soe Potret Mahakarya Indonesia
elaki itu menatap nanar dua sapi yang berada di hadapannya.
Matahari siang menjelang petang terik membakar arena pertandingan. ...
Posting Terkait
Lelaki tua yang mengenakan blankon yang duduk persis didepanku menatapku tajam. Pandangannya terlihat misterius. Kumis tebalnya menambah sangar penampilannya. Menakutkan.
Aku bergidik. Dukun itu mendengus dan mendadak ruangan remang-remang disekitarku menerbitkan ...
Posting Terkait
Seperti yang pernah saya lakukan diblog lama, saya akan menayangkan karya flash-fiction saya diblog ini secara teratur, paling tidak minimal 2 minggu sekali. Contoh koleksi flash-fiction lama saya bisa anda lihat ...
Posting Terkait
Lelaki itu berdiri tegak kaku diatas sebuah tebing curam. Tepat dibawah kakinya, gelombang laut terlihat ganas datang bergulung-gulung, menghempas lalu terburai dihadang karang yang tajam. Sinar mentari terik menghunjam ubun-ubun ...
Posting Terkait
FLASH FICTION : CERMIN TOILET
FLASH FICTION : CINTA SATU MALAM
FLASH FICTION: PACAR PERTAMA
FLASH FICTION : BALADA SI KUCING BUTUT
FLASH FICTION : SEJATINYA, IA HARUS PERGI
FLASH FICTION : TAHI LALAT RANO KARNO
FLASH FICTION: TAKDIR TAK TERLERAI
FLASH FICTION : DALAM PENANTIAN
FLASH FICTION : TIANG LISTRIK
FLASH FICTION: BARANGKALI, CINTA
BERPACULAH ! MENGGAPAI KEMENANGAN !
FLASH FICTION : AKHIR SEBUAH MIMPI