Perkembangan dunia digital saat ini begitu cepat dan massif. Pada sistem Tata Kelola Rantai Pasok (Supply Chain Management), laju intensitas peningkatan penggunaan teknologi digital khususnya pada industri konsruksi juga mengalami akselerasi yang luar biasa. Tak terkecuali dalam hal Pengadaan (Procurement).
Saat ini dikenal Cognitive Procurement yang bermakna pendekatan dalam pengelolaan pengadaan (procurement) yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI), pembelajaran mesin (machine learning), dan analisis data canggih untuk mengotomatisasi dan meningkatkan proses pengadaan barang dan jasa dalam sebuah organisasi.
Tujuan dari cognitive procurement adalah untuk membuat proses pengadaan lebih efisien, responsif, dan proaktif dengan memanfaatkan kemampuan teknologi untuk mengolah data dalam jumlah besar dan kompleks.
Terdapat sejumlah elemen kunci dari penerapan cognitive procurement meliputi: yang pertama adalah Otomatisasi Proses dimana Menggunakan AI dan pembelajaran mesin untuk mengotomatisasi tugas-tugas rutin dan repetitif dalam pengadaan, seperti pengelolaan pesanan, pemantauan inventaris, dan pengolahan faktur.
Yang kedua, adalah Analisis Data yaitu Menggunakan analisis data canggih untuk mendapatkan wawasan yang lebih baik tentang pengeluaran, tren harga, kinerja pemasok, dan pola permintaan. Ini memungkinkan organisasi untuk membuat keputusan yang lebih baik berdasarkan data dan strategis.
Yang ketiga, Peningkatan Pengambilan Keputusan, proses pengadaan berbasis AI dapat memberikan rekomendasi untuk pengambilan keputusan, seperti pemilihan pemasok, negosiasi kontrak, dan strategi penghematan biaya berdasarkan analisis data yang mendalam.
Yang keempat yaitu Manajemen Risiko dimana Identifikasi dan mitigasi risiko dalam rantai pasokan dengan menganalisis data dari berbagai sumber untuk mendeteksi potensi gangguan atau masalah.
Dan yang kelima Pengalaman Pengguna yang Lebih Baik dimana dengan penerapan Cognitive procurement Membuat proses pengadaan lebih intuitif dan mudah digunakan dengan antarmuka yang didukung AI, yang dapat berinteraksi dengan pengguna melalui bahasa alami dan memberikan bantuan secara real-time.
Tantangan Penerapan
Penerapan Cognitive Procurement bukan tanpa kendala. Integrasi dengan sistem lama karena tidak kompatibel dengan AI, menjadi salah satu persoalan mendasar yang perlu dimitigasi. Solusi yang bisa dilakukan adalah melakukan Implementasi bertahap dengan integrasi middleware yang memungkinkan sistem lama berinteraksi dengan teknologi baru, serta investasi dalam pelatihan dan pengembangan karyawan untuk mengelola transisi.
Hambatan lainnya adalah Kurangnya Data Berkualitas Tinggi. Keberadaan Data yang tidak lengkap, tidak terstruktur, atau berkualitas rendah dapat menghambat analisis yang akurat.
Solusi yang bisa dilakukan adalah membangun sistem pengumpulan data yang lebih baik, memastikan standar data yang konsisten, dan membersihkan data yang ada untuk meningkatkan kualitas.
Adanya Resistensi terhadap Perubahan juga menjadi salah satu kendala. Karyawan yang enggan untuk menerima perubahan teknologi yang signifikan bisa menghambat penerapan Cognitive Procurement.
Untuk mengatasi hal tersebut disarankan untuk mengadakan Program pelatihan yang komprehensif, komunikasi yang jelas tentang manfaat teknologi baru, dan melibatkan karyawan dalam proses perubahan untuk mendapatkan dukungan mereka.
Investasi awal untuk teknologi AI dan pembelajaran mesin bisa tinggi diidentifikasi menjadi masalah yang perlu dicermati. Untuk mengantisipasi kendala tersebut bisa dilakukan dengan mengembangkan rencana implementasi bertahap, mencari solusi berbasis cloud untuk mengurangi biaya infrastruktur, dan mengeksplorasi opsi pendanaan atau kemitraan untuk mendukung investasi.
Peningkatan penggunaan data dan teknologi digital meningkatkan risiko keamanan dan privasi data. Agar sistem berjalan denga naman, perlu dilakukan aplikasi langkah-langkah keamanan data yang ketat, termasuk enkripsi, audit keamanan reguler, dan kepatuhan terhadap regulasi privasi data.
Dengan mengatasi hambatan-hambatan ini, industri konstruksi dapat memanfaatkan sepenuhnya manfaat dari cognitive procurement, menciptakan proses pengadaan yang lebih efisien, efektif, dan adaptif terhadap kebutuhan proyek yang dinamis.
Manfaat dan Contoh Penerapan
Penerapan cognitive procurement dalam industri konstruksi dapat membawa berbagai manfaat signifikan kepada korporasi.
Pemanfaatan teknologi AI untuk mengotomatisasi pemrosesan pesanan, verifikasi faktur, dan manajemen inventaris memberikan manfaat mengurangi waktu dan biaya yang terkait dengan tugas-tugas rutin, serta mengurangi kesalahan manusia.
Selain itu, menggunakan analisis data untuk mendapatkan wawasan mendalam tentang tren harga bahan, kinerja pemasok, dan pola permintaan proyek lewat Cognitive Procurement
Memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih strategis, seperti pemilihan pemasok yang lebih baik, perencanaan pembelian bahan yang lebih efisien, dan penghematan biaya.
Mengidentifikasi dan mengelola risiko dalam rantai pasokan dengan menganalisis data dari berbagai sumber untuk mendeteksi potensi gangguan atau masalah menjadi salag satu manfaat Cognitive Procurement karena hal ini dapat mengurangi risiko keterlambatan proyek, kekurangan bahan, dan masalah kualitas.
Penggunaan Cognitive Procuement dapat membantu mengoptimalkan jadwal pengiriman, mengelola inventaris secara proaktif, dan memastikan ketersediaan bahan tepat waktu, pada akhirnya ini akan Meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi downtime proyek.
Pola interaksi yang lebih baik dengan pemasok juga bisa diperoleh dengan penerapan Cognitive Procurement yang Membangun antarmuka yang didukung AI untuk berkomunikasi dan meningkatkan hubungan dengan pemasok, mempercepat proses pengadaan, mengelola kontrak, dan menangani negosiasi.
Beberapa perusahaan konstruksi terkemuka telah mulai mengadopsi cognitive procurement untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses pengadaan mereka. Salah satunya adalah Skanska salah satu perusahaan konstruksi terbesar di dunia yang berbasis di Swedia.
Skanska menggunakan teknologi AI untuk analisis data pengadaan, mengoptimalkan rantai pasokan, dan meningkatkan manajemen risiko. Mereka memanfaatkan platform analitik canggih untuk memperoleh wawasan tentang pengeluaran, kinerja pemasok, dan tren harga bahan.
Bouygues Construction perusahaan konstruksi global yang berbasis di Prancis juga menerapkan teknologi ini. Bouygues Construction telah mengadopsi solusi berbasis AI untuk meningkatkan proses pengadaan. Mereka menggunakan teknologi ini untuk mengotomatisasi proses pengadaan, melakukan analisis data mendalam, dan mengelola risiko dalam rantai pasokan mereka.
Contoh lainnya adalah Lendlease adalah perusahaan konstruksi dan real estate yang berbasis di Australia dengan operasi global. Lendlease menggunakan cognitive procurement untuk meningkatkan efisiensi operasional, mengoptimalkan pengelolaan inventaris, dan mengotomatiskan proses pengadaan. Mereka juga menggunakan analitik prediktif untuk perencanaan dan pengelolaan proyek yang lebih baik.
Dengan mengadopsi teknologi cognitive procurement, perusahaan-perusahaan konstruksi ini mampu meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi biaya, dan membuat keputusan pengadaan yang lebih strategis dan berdasarkan data.
Bukan tidak mungkin, kedepan industry konstruksi di Indonesia, termasuk Nindya Karya bisa menerapkan Cognitive Procurement dalam operasional korporasi menuju keunggulan yang diharapkan ***
DIMUAT DI MAJALAH INTERNAL NINDYA KARYA “THINK” EDISI APRIL – JUNI 2024














