Catatan Ringan dari Sharing Session Nindya Karya : Kepemimpinan Strategis dalam Tata Kelola Proyek EPC, Kunci Kesuksesan di Tengah Kompleksitas
Dalam lanskap industri yang semakin kompleks dan dinamis, proyek Engineering, Procurement, and Construction (EPC) menghadapi tantangan yang tidak pernah ada sebelumnya. Kompleksitas ini bukan hanya datang dari aspek teknis semata, tetapi juga dari interaksi multidimensional antara stakeholder, regulasi yang berubah, dan ekspektasi yang terus meningkat. Di tengah hiruk-pikuk ini, satu hal yang menjadi penentu utama kesuksesan adalah kepemimpinan yang kuat dalam tata kelola proyek.
Demikian antara lain disampaikan Ir. Akhmadi Tri Cahyono, S.T., M.?., I.P.?., CRGP, Direktur Operasi – Marketing PT. Duta Hita Jaya, Komisaris WPG serta mantan Direktur Operasi 2, PT. Wika Gedung Tbk dalam kegiatan sharing session di Gedung Nindya Lantai 9 PT Nindya Karya, Jum’at (4/7) yang diadakan atas kerjasama Nindya Leaerning Center dan Divisi EPC PT Nindya Karya. Kegiatan ini diikuti oleh segenap karyawan PT Nindya Karya secara daring dan luring.
Dalam kata sambutannya, Arif Iswadi,Senior Vice President Divisi EPC (Engineering, Procurement and Construction) PT Nindya Karya menyampaikan, Sharing session ini, bukan sekadar berbagi pengetahuan teknis, tetapi lebih pada pembentukan mindset kepemimpinan yang akan membawa Nindya Karya menjadi pemimpin yang berkelanjutan dalam industri EPC. Setiap proyek yang kita kelola adalah cerminan dari kemampuan kita untuk memimpin dengan visi yang jelas, integritas yang tinggi, dan komitmen yang tidak tergoyahkan terhadap excellence.
“Mari kita gunakan momentum ini untuk terus belajar, berbagi, dan membangun fondasi kepemimpinan yang kuat untuk generasi mendatang. Kepemimpinan yang efektif dalam proyek EPC bukan pilihan, melainkan keharusan yang akan menentukan warisan yang kita tinggalkan,”tambahnya.
“Fokus bukan sekadar kemampuan untuk mengabaikan gangguan, tetapi lebih pada kemampuan untuk memilih apa yang benar-benar layak mendapat waktu dan energi kita. Dalam dunia yang penuh dengan kebisingan, fokus menjadi kekuatan super yang memungkinkan seorang pemimpin proyek untuk melihat jalur yang lebih jelas menuju kesuksesan. Prinsip ini menjadi landasan fundamental dalam mengelola proyek EPC yang efektif,” ungkap Akhmadi –pria kelahiran Jombang, 5 Mei 1966 ini saat membuka presentasinya.
“Ketika kita berbicara tentang project manager favorit, seringkali yang terlintas adalah sosok-sosok legendaris yang telah membentuk sejarah manajemen proyek. Namun, di balik setiap kesuksesan tersebut, terdapat pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip kepemimpinan yang tidak dapat ditawar-tawar. Kepemimpinan dalam konteks proyek EPC bukan pilihan, melainkan keharusan mutlak yang menentukan nasib seluruh proyek,”ungkap Sarjana Teknik Sipil UNHAS Makassar (2002) ini antusias.
Realitas menunjukkan bahwa banyak proyek EPC mengalami kegagalan karena berbagai faktor yang sebenarnya dapat diantisipasi dan dimitigasi. Manajemen proyek yang buruk, perencanaan yang tidak memadai, komunikasi yang terputus, dan masalah yang tidak terduga selama eksekusi menjadi penyebab utama kegagalan.
Selain itu, perluasan ruang lingkup yang tidak terkontrol, kurangnya identifikasi risiko yang tepat, strategi mitigasi yang lemah, dan hambatan regulasi berkontribusi pada pembengkakan biaya dan keterlambatan proyek.
“Hambatan regulasi menjadi tantangan tersendiri yang dihadapi perusahaan dalam mematuhi peraturan yang berlaku. Mulai dari proses perizinan yang rumit, pengawasan yang ketat, hingga perubahan peraturan yang tidak terduga, semuanya memerlukan pendekatan kepemimpinan yang adaptif dan proaktif. Dalam konteks ini, seorang pemimpin proyek harus mampu navigasi melalui kompleksitas regulasi sambil tetap mempertahankan momentum proyek”, ujar penerima WIKA Leadership Platinum Award dan WIKA Inspirator Award ini.
“Kepemimpinan yang efektif dalam proyek EPC,”lanjutnya, “tidak hanya terbatas pada level manajemen puncak, tetapi harus diterapkan di setiap tingkatan organisasi. Pemahaman dan penerapan prinsip kepemimpinan di semua level menjadi kunci untuk menciptakan sinergi yang optimal. Hal ini mencakup kemampuan untuk membangun kepuasan dan keterlibatan stakeholder yang berkelanjutan, terutama dalam hubungan dengan pemilik proyek dan tim internal”.
“Penguasaan ilmu manajemen proyek melalui Project Management Body of Knowledge menjadi fondasi teknis yang tidak dapat diabaikan. Namun, penguasaan teknis ini harus dikombinasikan dengan kemampuan kepemimpinan yang visioner. Seorang pemimpin harus terlihat dan hadir di lapangan, memberikan inspirasi dan arahan yang jelas kepada seluruh tim proyek”, ungkap mantan Manager Divisi Oll & Gas Industrial Plant, EPCC, WIKA (2014) ini bersemangat.
“Kemampuan komunikasi”, imbuhnya, “menjadi elemen krusial yang menentukan keberhasilan kepemimpinan dalam proyek EPC. Komunikasi yang efektif bukan hanya tentang menyampaikan informasi, tetapi juga tentang membangun pemahaman bersama, menyelaraskan ekspektasi, dan menciptakan lingkungan kerja yang kolaboratif. Dalam konteks kontrak EPC yang kompleks, kemampuan komunikasi yang baik menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai pihak dengan kepentingan yang berbeda”.
“Transformasi dari pendekatan tradisional menuju kontrak EPC modern memerlukan adaptasi kepemimpinan yang signifikan. Pemimpin proyek harus mampu memahami nuansa berbagai jenis kontrak yang terkait dengan EPC dan mengadaptasi strategi kepemimpinan sesuai dengan karakteristik spesifik setiap kontrak. Fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi menjadi kualitas yang sangat berharga dalam menghadapi dinamika proyek yang terus berubah”, ucap Alumni Magister Manajemen Universitas Binus Online platform (BMC) pada 2019 ini.
“Kepemimpinan dalam proyek EPC dibangun atas empat pilar fundamental yang saling mendukung. Pertama, visi yang jelas tentang tujuan proyek dan dampak jangka panjangnya. Kedua, kemampuan untuk membangun dan memelihara hubungan yang kuat dengan semua stakeholder. Ketiga, kompetensi teknis yang mendalam dalam aspek engineering, procurement, dan construction. Keempat, kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat di bawah tekanan dan ketidakpastian”,.
Dalam menghadapi kompleksitas proyek EPC modern, kepemimpinan bukan lagi tentang memberikan perintah dari atas, tetapi tentang menciptakan lingkungan yang memungkinkan setiap anggota tim untuk berkontribusi secara optimal. Pendekatan ini memerlukan pemahaman mendalam tentang dinamika tim, motivasi individu, dan kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai perspektif menjadi solusi yang holistik.
Kesuksesan proyek EPC tidak hanya diukur dari penyelesaian tepat waktu dan sesuai anggaran, tetapi juga dari kemampuan untuk menciptakan nilai jangka panjang bagi semua stakeholder. Kepemimpinan yang efektif dalam konteks ini adalah yang mampu menyeimbangkan berbagai kepentingan sambil tetap mempertahankan fokus pada tujuan utama proyek.
Perjalanan menuju kepemimpinan yang efektif dalam proyek EPC adalah proses pembelajaran yang berkelanjutan. Setiap proyek membawa tantangan unik yang memerlukan pendekatan kepemimpinan yang disesuaikan. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman, mengadaptasi strategi, dan terus mengembangkan kompetensi kepemimpinan menjadi faktor penentu kesuksesan jangka panjang.
Dalam era di mana perubahan menjadi satu-satunya konstanta, kepemimpinan yang kuat dalam tata kelola proyek EPC bukan sekadar pilihan strategis, tetapi keharusan fundamental yang menentukan kelangsungan dan kesuksesan organisasi. Investasi dalam pengembangan kepemimpinan di semua level organisasi akan menghasilkan dividends yang berkelanjutan dalam bentuk proyek yang sukses, stakeholder yang puas, dan reputasi organisasi yang kuat di industri EPC.
“Di ujungnya, semua ini bermuara pada sebuah visi yang lebih besar: untuk kualitas hidup yang lebih baik melalui investasi berkelanjutan dan praktik EPC yang bertanggung jawab. Seperti yang dikatakan dalam salah satu kutipan pembuka sesi, focus is not just about ignoring distractions — it’s about choosing what truly deserves your time and energy. Inilah inti dari kepemimpinan dalam proyek EPC: memilih, dengan sadar, apa yang benar-benar layak menjadi pusat perhatian, dan mengarahkan seluruh energi dan tim untuk mencapainya”, pungkas Ahmadi menutup presentasinya dilanjutkan dengan diskusi interaktif bersama para peserta.















