Catatan Dari Hati

Reruntuhan di Tengah Khusyuk: Darurat Keselamatan Konstruksi Indonesia

Senin sore, 29 September 2025, seharusnya menjadi waktu yang penuh berkah di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo. Azan berkumandang, ratusan santri berbondong-bondong menuju mushala untuk melaksanakan salat Asar berjamaah. Mereka datang dengan langkah khusyuk, tak tahu bahwa dalam hitungan menit, langit akan runtuh di atas kepala mereka.

Bangunan tiga lantai yang tengah dalam tahap pengecoran akhir itu ambruk, menimpa 140 santri yang sedang mendekatkan diri kepada Tuhan. Hingga hari kelima evakuasi, 14 nyawa telah melayang, 103 orang berhasil diselamatkan, dan duka yang tak terkira menyelimuti pesantren berusia lebih dari seabad ini.

Musibah ini bukan sekadar tragedi kemanusiaan. Ini adalah tamparan keras bagi dunia konstruksi Indonesia, pengingat kelam bahwa kelalaian dalam membangun tidak hanya meruntuhkan beton dan besi, tetapi juga merenggut harapan, masa depan, dan kehidupan yang tak ternilai harganya.

Ketika tim SAR gabungan dan ahli dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember menyimpulkan bahwa penyebab utamanya adalah kegagalan konstruksi total, pertanyaan mendasar pun mencuat: mengapa hal ini masih bisa terjadi di era modern ini?

Para ahli menjelaskan bahwa keruntuhan yang terjadi adalah jenis pancake collapse, di mana lantai-lantai bangunan runtuh secara vertikal dan bertumpuk seperti tumpukan pancake. Analisis teknis dari pakar ITS menunjukkan ketidakmampuan struktur menahan beban secara keseluruhan, semua elemen struktur mulai dari beton, pelat, hingga balok dinyatakan hancur total.

Bangunan yang telah dalam proses pembangunan selama sembilan bulan itu ternyata menyimpan kelemahan fatal. Yang membuat hati semakin mencelos, investigasi mengungkap dugaan tidak adanya izin mendirikan bangunan yang memadai dan perencanaan teknis yang buruk.

Dalam momen duka yang mendalam ini, Badan Keahlian Sipil Persatuan Insinyur Indonesia turut menyuarakan keprihatian mendalam. Organisasi profesi yang menjadi rumah bagi para insinyur sipil Indonesia ini menekankan pentingnya kepatuhan terhadap standar keselamatan konstruksi yang berlaku.

Tragedi Al Khoziny menjadi bukti nyata bahwa pembangunan tanpa pengawasan profesional dan tanpa mengindahkan kaidah teknis yang benar dapat berujung pada malapetaka. Ketua Badan Keahlian Sipil PII menyampaikan duka cita yang mendalam atas musibah ini, sekaligus mengingatkan kembali pentingnya peran insinyur profesional dalam setiap tahap pembangunan.

Sesungguhnya, Indonesia memiliki regulasi yang cukup komprehensif dalam hal keselamatan konstruksi. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung mengamanatkan bahwa setiap bangunan harus memenuhi persyaratan teknis yang meliputi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.

Peraturan Menteri PUPR Nomor 14 Tahun 2020 juga mengatur secara detail mengenai standar teknis bangunan gedung. Namun, di balik deretan regulasi yang rapi itu, praktik di lapangan sering kali jauh panggang dari api.

Tantangan terbesar dalam menjamin keselamatan konstruksi di Indonesia bukan terletak pada ketiadaan aturan, melainkan pada implementasinya. Pertama, masih banyak pembangunan yang dilakukan tanpa melibatkan tenaga ahli konstruksi bersertifikat.

Dalam kasus Al Khoziny, proses renovasi yang seharusnya melibatkan perencanaan matang dari insinyur sipil profesional justru dilakukan dengan sembrono. Kedua, pengawasan pembangunan yang lemah membuat banyak proyek berjalan tanpa kontrol kualitas yang memadai.

Ketiga, kesadaran pemilik bangunan akan pentingnya izin mendirikan bangunan dan analisis struktur masih rendah, terutama untuk bangunan non-komersial seperti tempat ibadah dan lembaga pendidikan.

Budaya “yang penting jadi” masih sangat mengakar dalam praktik konstruksi kita. Perhitungan struktur dianggap sebagai formalitas yang bisa diabaikan demi menghemat biaya dan mempercepat waktu.

Padahal, struktur bangunan adalah jantung yang menopang seluruh kehidupan di dalamnya. Ketika jantung itu lemah, seluruh tubuh bangunan akan roboh, dan korban jiwa adalah harga yang harus dibayar.

Budaya keselamatan di sektor konstruksi Indonesia masih berada pada tataran reaktif: kita baru bergerak setelah bencana terjadi. Dalam seminar K3 dan rekayasa keselamatan, Ketua Komite K3L PII (Dr. Desiderius Viby Indrayana) menyebut bahwa budaya keselamatan di Indonesia masih di level reaktif — yaitu baru melakukan antisipasi setelah kecelakaan terjadi. Ditambah lagi, sektor konstruksi secara konsisten menyumbang sekitar 32 % dari total kecelakaan kerja nasional, menunjukkan bahwa risiko di sektor ini amat tinggi.

Data nasional juga menunjukkan lonjakan kasus kecelakaan kerja: sepanjang 2024 tercatat sebanyak 462.241 kasus, di mana sebagian kecil (0,92 %) terkait jasa konstruksi — tetapi ini baru yang tercatat secara resmi. Pada 2023, tercatat 370.747 kasus dan sekitar 2.965 di antaranya dari sektor konstruksi.  Ini memperlihatkan bahwa meskipun angkanya kecil secara presentase, konsekuensi pada nyawa dan infrastruktur bisa besar.

Solusi untuk permasalahan ini sebenarnya tidak terlalu rumit, tetapi membutuhkan komitmen kuat dari semua pihak. Pemerintah harus memperketat pengawasan pembangunan dan memberikan sanksi tegas bagi pelaku pembangunan yang melanggar standar keselamatan.

Setiap bangunan, tanpa kecuali, harus memiliki izin mendirikan bangunan yang lengkap beserta dokumen perencanaan teknis yang telah disetujui oleh ahli yang kompeten. Penegakan hukum tidak boleh pandang bulu, baik itu untuk bangunan komersial mewah maupun bangunan keagamaan dan pendidikan.

Organisasi profesi seperti Persatuan Insinyur Indonesia perlu lebih gencar melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya melibatkan tenaga profesional dalam setiap pembangunan.

Program sertifikasi bagi para praktisi konstruksi harus terus diperkuat, dan standar kompetensi harus dijaga dengan ketat. Tidak ada kompromi dalam hal keselamatan, karena satu kesalahan kecil dalam perhitungan struktur bisa berakibat fatal.

Dari sisi pemilik bangunan dan pengelola lembaga, kesadaran akan investasi keselamatan harus ditingkatkan. Menghemat biaya dengan menghilangkan pos konsultasi ahli konstruksi adalah tindakan yang sangat berbahaya.

Biaya konsultasi yang mungkin terlihat besar di awal akan terasa sangat kecil dibandingkan dengan risiko kerugian jiwa dan materi yang bisa terjadi akibat kegagalan konstruksi. Lebih dari itu, membangun dengan benar adalah wujud tanggung jawab moral kepada mereka yang akan menggunakan bangunan tersebut.

Kita juga perlu belajar dari negara-negara maju dalam hal budaya keselamatan konstruksi. Di Jepang, misalnya, setiap bangunan harus melalui inspeksi berlapis sebelum mendapat izin penggunaan. Singapura menerapkan sistem Building and Construction Authority yang sangat ketat dalam mengawasi setiap tahap pembangunan.

Malaysia memiliki Construction Industry Development Board yang aktif melakukan pembinaan dan pengawasan industri konstruksi. Indonesia, dengan segala potensi dan tantangannya, mampu mengadopsi praktik terbaik ini dengan penyesuaian yang sesuai dengan kondisi lokal.

Tragedi Al Khoziny juga mengingatkan kita akan pentingnya transparansi dalam proses pembangunan. Masyarakat berhak mengetahui apakah bangunan yang mereka gunakan telah memenuhi standar keselamatan.

Publikasi dokumen perencanaan dan hasil inspeksi bangunan publik seharusnya menjadi hal yang lumrah, sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengawasan. Era digital memungkinkan kita untuk membuat sistem informasi bangunan yang terbuka dan mudah diakses, di mana setiap orang bisa mengecek status izin dan sertifikat kelaikan bangunan.

Para petugas SAR yang berjuang siang malam di tengah reruntuhan menjadi saksi betapa berharganya setiap nyawa yang hilang. Mereka menghadapi medan yang ekstrem, sempit, dan berbahaya hanya dengan satu harapan: menyelamatkan sebanyak mungkin jiwa. Kerja keras mereka adalah wujud kemanusiaan tertinggi, tetapi seharusnya usaha heroik ini tidak perlu terjadi jika pembangunan dilakukan dengan benar sejak awal. Pencegahan akan selalu lebih baik daripada penanganan bencana.

Pesantren Al Khoziny yang telah berdiri lebih dari seabad, yang telah melahirkan ribuan alumni termasuk para pendiri Nahdlatul Ulama, yang menyebar di berbagai penjuru negeri, kini harus menanggung luka yang begitu dalam.

Namun dari luka ini, mari kita bangkit dengan komitmen yang lebih kuat. Komitmen untuk tidak lagi mengorbankan keselamatan demi efisiensi semu. Komitmen untuk membangun Indonesia yang tidak hanya menjulang tinggi secara fisik, tetapi juga kokoh dalam fondasi keselamatan dan profesionalisme.

Setiap bangunan yang kita dirikan adalah amanah. Di dalamnya akan ada anak-anak yang belajar, jamaah yang beribadah, pekerja yang mencari nafkah, dan keluarga yang membangun kehidupan. Ketika kita membangun dengan lalai, kita mengkhianati amanah itu. Ketika kita membangun dengan profesional dan penuh tanggung jawab, kita memberikan rasa aman yang menjadi hak setiap manusia.

Mari jadikan tragedi Al Khoziny sebagai titik balik bagi industri konstruksi Indonesia. Bukan hanya sebagai berita yang viral beberapa hari lalu dilupakan, tetapi sebagai momentum transformasi menuju budaya keselamatan konstruksi yang benar-benar dijalankan, bukan hanya tertulis di atas kertas.

Kita berutang kepada 14 jiwa yang telah meninggal, kepada 103 korban yang selamat namun terluka, dan kepada jutaan orang yang setiap hari beraktivitas di dalam bangunan-bangunan yang mungkin tidak aman.

Jangan biarkan tragedi ini berlalu dalam diam. Berbicaralah, bergeraklah, dan bangunlah dengan lebih bertanggung jawab. Karena konstruksi yang aman bukan hanya soal bangunan yang kokoh, tetapi tentang menghormati kehidupan manusia yang berharga.

Kita harus menyelami luka para korban Al-Khoziny , santri yang tertimpa reruntuhan, Kisah seorang Haikal yang tertimpa puing namun berhasil diselamatkan, atau, keluarga yang menunggu dalam duka, harapan yang tiba-tiba reda , menjadi pengingat bahwa setiap batang tulangan dan tiap sekilogram beton di proyek kita membawa beban kemanusiaan.

Inilah saatnya kita bangkit membangun tidak hanya gedung, tetapi kepercayaan bahwa bangunan kita tak akan lagi membinasakan manusia.

Related Posts
Mengukir Masa Depan Melalui Sumpah Insinyur: Harapan dan Tantangan Menuju Indonesia Emas 2045
"The engineer has been, and is, a maker of history." - James Kip Finch Detik-detik menjelang tanggal 14 Juli 2025 terasa begitu bersejarah. Dalam hitungan jam, saya akan mengucapkan sumpah sebagai insinyur ...
Posting Terkait
KELEMBUTAN ELEGAN CAHAYA LAMPU LED
ejak membeli rumah di Kota Jababeka tahun 2003 silam, saya selalu memiliki keinginan untuk menata interior dan eksteriornya sendiri setelah berdiskusi bersama istri tercinta, mitra hidup saya. Biasanya penataan interior ...
Posting Terkait
Menafsir dan Memaknai Pidato Presiden Prabowo dalam Perspektif Industri Konstruksi
idato Presiden Republik Indonesia dalam Sidang Tahunan MPR, DPR, dan DPD RI pada 15 Agustus 2025 memberi kita gambaran besar tentang arah bangsa di usia 80 tahun kemerdekaan. Dari perspektif ...
Posting Terkait
“COGNITIVE PROCUREMENT”, TANTANGAN DAN MANFAAT PENERAPANNYA PADA TATA KELOLA RANTAI PASOK DI INDUSTRI KONSTRUKSI
Perkembangan dunia digital saat ini begitu cepat dan massif. Pada sistem Tata Kelola Rantai Pasok (Supply Chain Management), laju intensitas peningkatan penggunaan teknologi digital khususnya pada industri konsruksi juga mengalami ...
Posting Terkait
CATATAN DARI PELUNCURAN NOKIA N97
Selasa Malam (9/6), bertempat di Café Poste East Building Kawasan Lingkar Mega Kuningan Jakarta Selatan, saya diundang atas nama salah satu Blogger di Asia Blogging Network (ABN) ,untuk menghadiri Exclusive ...
Posting Terkait
Dari Rel ke Harapan: Kiprah Konstruksi Indonesia Membangun Perkeretaapian Nusantara
"Kereta api adalah simbol kemajuan peradaban. Ia menghubungkan desa dengan kota, mimpi dengan kenyataan." - Henry David Thoreau Setiap dentang roda kereta yang melintasi rel baja, sebenarnya berbisik tentang cerita panjang ...
Posting Terkait
Nepal Berdarah, Indonesia Terjaga : Pelajaran Tragis tentang Kemarahan Generasi Muda dan Masa Depan Demokrasi
uara tembakan menggema di jalanan Kathmandu pada 9 September 2025, menandai hari yang akan dikenang sebagai salah satu hari paling kelam dalam sejarah modern Nepal. Setidaknya 25 orang tewas ketika ...
Posting Terkait
Urgensi Kehadiran Dewan Insinyur Indonesia dalam Meneguhkan Profesionalisme Keteknikan Berintegritas
Indonesia, sebagai negara berkembang dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa, menghadapi tantangan besar dalam membangun infrastruktur dan teknologi yang mendukung kemajuan bangsa. Seiring pesatnya pembangunan dan modernisasi di berbagai ...
Posting Terkait
JURUS “ANTI MATI GAYA” HADAPI KRISIS GLOBAL (Dari Seminar Export Import DHL Express)
Pada Hari Selasa (24/3) lalu, saya berkesempatan menghadiri Seminar Setengah Hari mengenai Export Import yang diselenggarakan oleh PT Birotika Semesta (DHL Express) bertempat di Ballroom 1 Hotel Ritz Carlton Kawasan ...
Posting Terkait
VIDAFEST 2017 : MENISCAYAKAN KAWASAN HUNIAN KOLEKTIF YANG LEBIH HUMANIS
Hari Sabtu (30/9) siang, saya berkesempatan menghadiri kegiatan Vidafest 2017, sebuah event Festival tahunan yang digelar di kawasan Insitu-Bumi Wedari Vida Bekasi. Ini adalah acara rutin tahunan yang ketiga kalinya ...
Posting Terkait
MERAYAKAN KEBERSAMAAN BERSAMA IKA TEKNIK UNHAS (Bagian Pertama)
  Satukan Langkah.. Rentangkan Cita.. Kita Membangun Nusa dan Bangsa.. Dibawah Panji Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.. emikian penggalan lagu mars Teknik Unhas yang dinyanyikan penuh semangat sembari mengepalkan tangan ke atas oleh sekitar 1000 orang ...
Posting Terkait
Merah Putih dan Jolly Roger: Dialektika Simbol dalam Ruang Demokrasi Indonesia
enjelang peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-80, sebuah fenomena unik mencuri perhatian publik. Di berbagai sudut negeri, bendera bajak laut Topi Jerami dari serial anime One Piece ramai dikibarkan, tersebar ...
Posting Terkait
NIKMATI KEHANGATAN KOTA MAKASSAR DENGAN RENTAL MOBIL YANG HANDAL DAN TERPERCAYA
erkunjung ke kota kelahiran, Makassar kerapkali saya lakukan baik untuk keperluan pribadi maupun dinas kantor. Dalam setiap kunjungan tentunya saya membutuhkan fleksibilitas mobilisasi untuk alasan efektifitas, kemudahan dan kenyamanan. Rental ...
Posting Terkait
SCM Nindya Karya Gelar Employee Gathering di Sukabumi, Pererat Kebersamaan dan Kolaborasi
Dalam rangka mempererat kebersamaan dan meningkatkan kolaborasi antar karyawan, Divisi Supply Chain Management (SCM) PT Nindya Karya menggelar kegiatan employee gathering di Sukasantai Farmstay, Sukabumi. Acara yang berlangsung selama dua hari ...
Posting Terkait
RESENSI BUKU “ARUS DERAS” : SENARAI KISAH TENTANG MISTERI CINTA DAN HIDUP YANG TAK MUDAH
Judul Buku : Kumpulan Cerpen “Arus Deras” Karya : Agnes Majestika, Ana Mustamin, Kurnia Effendi, Kurniawan Junaedhie Jumlah halaman : 172 halaman Penerbit : Kosa Kata Kita, 2017 ISBN : 978-602-6447-16-6 KETIKA buku ini tiba ...
Posting Terkait
Kala Lukisan Bunga Menjadi Panggung Kekerasan: Narasi Kehilangan di Tengah Deru Massa
"Kebudayaan adalah buah budi manusia yang hasilnya adalah untuk menciptakan kehidupan, yakni mengatur supaya kehidupan manusia menjadi teratur, aman, tenteram, indah dan sejahtera." - Ki Hadjar Dewantara alam gemuruh hiruk pikuk ...
Posting Terkait
Mengukir Masa Depan Melalui Sumpah Insinyur: Harapan dan
KELEMBUTAN ELEGAN CAHAYA LAMPU LED
Menafsir dan Memaknai Pidato Presiden Prabowo dalam Perspektif
“COGNITIVE PROCUREMENT”, TANTANGAN DAN MANFAAT PENERAPANNYA PADA TATA
CATATAN DARI PELUNCURAN NOKIA N97
Dari Rel ke Harapan: Kiprah Konstruksi Indonesia Membangun
Nepal Berdarah, Indonesia Terjaga : Pelajaran Tragis tentang
Urgensi Kehadiran Dewan Insinyur Indonesia dalam Meneguhkan Profesionalisme
JURUS “ANTI MATI GAYA” HADAPI KRISIS GLOBAL (Dari
VIDAFEST 2017 : MENISCAYAKAN KAWASAN HUNIAN KOLEKTIF YANG
MERAYAKAN KEBERSAMAAN BERSAMA IKA TEKNIK UNHAS (Bagian Pertama)
Merah Putih dan Jolly Roger: Dialektika Simbol dalam
NIKMATI KEHANGATAN KOTA MAKASSAR DENGAN RENTAL MOBIL YANG
SCM Nindya Karya Gelar Employee Gathering di Sukabumi,
RESENSI BUKU “ARUS DERAS” : SENARAI KISAH TENTANG
Kala Lukisan Bunga Menjadi Panggung Kekerasan: Narasi Kehilangan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *