Catatan Dari Hati

“BITER HAMEN” DAN KETANGGUHAN MENGHADAPI PERSOALAN

e8229f3eb9cbc83b888feda3f5115ca2056dd957ENTAH ada dimana akal sehat Ervin Lupoe berada, ketika ia memutuskan membunuh kelima anak, istri dan akhirnya dirinya sendiri hari Selasa (27/1) waktu Amerika Serikat. Ervin menembak seluruh anggota keluarganya karena khawatir pada masa depan suram setelah kehilangan pekerjaan. Anak-anaknya ikut dibunuh karena dia dan istrinya, Ana, tidak yakin pada masa depan mereka bila diasuh orang lain. Alasan bunuh diri ini membuat Los Angeles dan sekitarnya gempar karena ditulis tangan oleh Ervin Lupoe dan dikirimkan via faks ke Stasiun KABC-TV (isi suratnya bisa baca disini)

Di awal suratnya ke stasiun TV KABC ia menulis, “Nama saya Ervin Lupoe, istri saya, Ana Lupoe, putri kami Britney 8 tahun, putri kembar kami Jaszmin-Jassely, dan putra kembar kami, Benjamin dan Christian, 2 tahun 4 bulan”.Pembukaan surat pria berusia 40 tahun itu sungguh menyiratkan ia adalah lelaki yang berbahagia dan memiliki segalanya. Lihatlah foto anak-anak Ervin yang dipajangnya di Facebook .

Setelah menembak mati istrinya, putri sulungnya, putri kembarnya lalu putra kembarnya, masih dengan revolver di tangan, di pagi yang naas itu, Ervin sempat menelepon 911 pukul 08.22 dan mengaku menemukan istri dan kelima anaknya telah tewas dirumah. Empat menit kemudian, polisi tiba dirumah Ervin di Wilmington tak jauh dari Pelabuhan Los Angeles. Jasad Ervin bersama ketiga putrinya ditemukan diruang tidur utama lantai atas sementara mayat istri dan putra kembarnya di kamar tidur belakang. Tragis dan sungguh membuat saya seketika merinding membaca beritanya

“Badai” krisis ekonomi dunia yang menghantam begitu dashyat di Amerika berdampak pada hilangnya mata pencaharian banyak orang disana. Tercatat selama Desember tahun lalu jumlah karyawan yang diberhentikan sekitar 226 ribu dan lebih 3,6 juta orang disana sepanjang tahun 2008 berubah status jadi penganggur. Kejadian itu menimpa pasangan Ervin/Ana yang keduanya tercatat sebagai karyawan pada Rumah Sakit Kiasser Permanente. Pasangan ini dipecat karena dianggap memalsukan penghasilan untuk mendapatkan perawatan anak di lembaga sosial. “Menyadari kami tak lagi punya pekerjaan, dengan lima anak, kami tak tahu lagi harus kemana. So, here we are,” tulis Ervin putus asa, seperti yang saya kutip dari Majalah Tempo edisi 2-8 Februari 2009.

“Hadapi persoalanmu ini dengan Biter Hamen,”kata seorang kawan saat menghibur saya yang tengah gusar ketika saya mesti siap menghadap fakta untuk di PHK dari PT Timori pasca kerusuhan 1998

“Biter Hamen? Apa itu?,” Tanya saya keheranan. Apakah ini sebuah istilah dalam bahasa jerman atau semacamnya?, saya membatin.

Kawan saya tersenyum samar.

“Itu singkatan dari Bibir Tersenyum, Hati Menjerit,” sahutnya spontan

Tawa saya lantas meledak, kawan saya ini betul-betul memiliki selera humor yang lumayan.

“Eit, jangan ketawa dulu. Saya serius. Senyum adalah salah satu cara terbaik mengatasi masalah hati. Senyum, bisa menjadi obat. Menjadi sugesti yang datang dari sendiri untuk mengobati rasa perih, “ kata kawan saya sembari memasang tampang serius.

Saya mendelik kebingungan.

“Senyum”, kata dia lagi,”bagi sementara orang boleh jadi menjadi semacam “masker”atau “topeng” dari rasa luka dihati. Sebentuk apologi. Tapi disadari atau tidak, dengan menyunggingkan senyum—seterpaksa apapun itu—akan memberikan efek “menyembuhkan” , baik secara perlahan-lahan maupun dramatis bagi sebuah jiwa yang terkoyak. Untuk memulihkan, memang butuh waktu, tergantung sejauh mana yang bersangkutan mampu menanggulangi nya antara lain dengan cara lebih ikhlas merelakan kehilangan dan pasrah kepada Yang Maha Kuasa atas cobaan yang baru dialami serta melapangkan hati untuk siap menghadapi tantangan baru dimasa depan”.

“Tapi, bukankah itu berarti mengingkari kata hati. Mana bisa saya menebar senyum kemana-mana kalau sedang sakit hati?”, sanggah saya sengit.

Kawan saya lagi-lagi tersenyum.

“Pernahkah terlintas dalam benakmu, bahwa hidup ini sesungguhnya begitu indah?. Coba perhatikan hal-hal sederhana saja disekelilingmu. Bintang-bintang yang berkelip terang dibentang lazuardi langit , senja yang memukau dibatas cakrawala ketika matahari tenggelam, atau kebahagiaan saat bercengkrama bersama keluarga, pernahkah kamu merasakan setiap keindahan dibaliknya?. Dengan memusatkan segala pikiran dan tubuh kita pada subyek yang saya katakan tadi, akan menghasilkan sebuah kekaguman yang luar biasa. Terlebih bila kekaguman tersebut dibarengi pula pada ketakjuban pada sang sumber segala keindahan, Tuhan Yang Maha Kuasa, yang tentu lebih indah dari segala yang telah diciptakannya. Ini sebuah cara pandang bermuatan spiritualyang seyogyanya mengembalikan spirit jiwa kita untuk lebih tangguh menghdapi persoalan kehidupan dan lebih bersyukur atas nikmat hidup yang kita miliki, hingga detik ini”.

Saya menggigit bibir. Banyak Tanya merajai benak saya ketika itu.

“ Karena mereka memiliki jiwa yang belum terkontaminasi hal-hal yang bersifat materi, anak-anak senantiasa memaknai segala sesuatu yang diamatinya secara lebih indah dan menakjubkan. Mereka sangat dekat dengan kesejatian diri. Beda dengan kita yang sudah dewasa, yang kerapkali lebih dekat pada hal-hal yang bersifat materi. Hidup yang indah selalu diidentikkan dengan memiliki uang yang banyak. Kita jadi kehilangan kemampuan melihat sesuatu sebagaimana adanya karena kita tak memiliki cara pandang bermuatan spiritual untuk memandang lebih jernih tentang keindahan hidup ini”

Saya manggut-manggut.

“Jadi kawanku, sesungguhnya, tak ada alasan buat kamu dan juga saya untuk tidakselalu tersenyum, karena hidup ini indah. Jangan menjadikan masalah yang kamu hadapi ini sebagai beban. Bersyukurlah, karena dengan adanya masalah itu juga menunjukkan bahwa kita benar-benar hidup. Justru ini adalah sebuah peluang dan tantangan buatmu, bagaimana cara mencari solusi kreatifuntuk keluar dari persoalan. Kamu akan mengerahkan segala daya dan kemampuan yang kamu miliki untuk menyelesaikannya.Bila kamu menghayati semua proses itu, maka saya yakin, kamu akan menemukan serpih-serpih keindahan dan hikmah dibaliknya. Kamu bisa jadi lebih tangguh serta kreatifdan tentu menemukan “mutiara” berharga berupa pengalaman menyelesaikan masalah jika kelak kamu menghadapi persoalan serupa dimasa datang. Jadi Biter Hamen sajalah,” kata kawan saya menutup kalimat filosofisnya seraya menepuk hangat pundak saya.

Beberapa tahun setelah percakapan itu, saya menonton film “Life is Beautiful” (La Vita est Bella, 1997) yang dibintangi oleh Roberto Benigni dan Nicoletta Braschi. Film yang memenangkan 3 Penghargaan Academy Award dan 56 penghargaan internasional itu seketika membuat saya terkenang kembali uraian filosofis kawan saya.

Alkisah, film yang mengambil setting awal Perang Dunia II di Italia ini menceritakan pengalaman seorang ayah bernama Guido Orifice (Roberto Benigni) yang selalu memaknai hidupnya dengan penuh keceriaan. Ia selalu menari dan bernyanyi riang tak peduli seberat apapun masalah yang dihadapinya.

Hal ini menjadi ironi karena apa yang tengah dihadapi olehnya dan keluarganya ketika itu sangat berat dan tak mudah. Nasib naas menimpa Guido dan keluarganya. Mereka ditangkap oleh tentara Nazi Jerman dan dibawa ke kamp konsentrasi yang terkenal kekejamannya. Guido sadar apa yang tengah dihadapinya ketika itu dan ia tak ingin terbawa kesedihan.

Pada Joshua,putra tersayangnya yang baru berusia 6 tahun, Guido mengarang cerita bahwa apa yang sedang mereka lakukan ketika itu adalah sebuah bagian dari permainan. Siapapun yang ada dalam kamp konsentrasi itu adalah para pemainnya.

Dengan kalimat getir namun penuh optimisme, Guido memaparkan bahwa mereka harus mengikutisegala peraturan di kamp konsentrasi itu untuk memenangkan hadiah pertama yaitu sebuah tank. Hadiah itu didapatkan setelah mengumpulkan 1000 poin. Jika Joshua menangis, misalnya karena lapar atau ingin dekat sang ibu, maka seketika poinnya hilang dan akan diberikan kepada yang lain.

Ketika film berakhir , air mata saya perlahan menetes saat menyaksikan Guido akhirnya tewas tertembak, Sang anak dan istrinya selamat. Disela-sela kemenangan tentara Amerika atas Tentara Jerman, perasaan haru saya seketika membuncah saat melihat Joshua, akhirnya mendapat “hadiah atas permainan” yang dilakoninya, berupa naik tank tentara Amerika.

Film itu telah menjelma menjadi sebuah spirit dan motivasi dashyat buat saya untuk lebih menghargai hidup ini dan menikmati segenap warna-warni yang meliputinya, dengan penuh rasa syukur. Mengubah paradigma atau cara pandang kita memang tak mudah disela-sela kepahitan hidup yang kian berat menimpa pasca krisis global yang kini mulai menimpa Negara kita.

Saya ingin mengutip tulisan menarik dari Thich Nhat Hanh dalam bukunya “The Miracle of Mindfulness” (1975). Ia berkata, ada 3 cara yang bisa kita lakukan agar bisa menikmati setiap momen. Pertama adalah Bernafas. Pengendalian tubuh dan pikirantergantung dari sejauh mana kita menguasai nafas kita. Saat kepala kita penuh dengan pikiran, bernafaslah dengan segala kesadaran dengan tubuh kita.Hal ini akan membuat pikiran akan menyaru dengan tubuh kita. Dengan bernafas yang benar, maka kita akan selalu mampu merevitalisasi diri kita.

Kedua adalah Mengamati Diri. Jangan pernah membiarkan setiap pikiran yang masuk begitu saja “nyelonong” kedalam otak kita, tanpa melakukan identifikasi kritis, bagaimana dan apa bentik pikiran itu. Setiap bentuk pikiran yang muncul hendaknya selalu diamati, jangan sampai itu akan membuat kita justru bertindakkontraproduktif. Kalau anda sedang cemburu misalnya, maka seketika anda akan berkata,”Suatu perasaan cemburu baru saja muncul dalam hatiku”. Setiap tindakan yang kita lakukan senantiasa berada dalam tataran rasa sadar, bahwa itu akan menjadi hal paling penting bagi kita.

Ketiga adalah Tersenyum. Bagi Nhat Hanh, tersenyum adalah cara menarik untuk mempertahankan sikap sadar.Tersenyumlah dalam setiap kondisi apapun, mulai dari bangun tidur, beraktivitas sepanjang hari hingga kemudian tidur kembali.Senyum akan membuat kita tak serta merta larut dalam emosi bahkan justru akan senantiasa mengingatkan kita tentang momen terindah yang kita sedang atau pernah lewati.

Krisis ekonomi global sudah mulai terasa dampaknya dinegara kita, tak pelak, akan menimbulkan sejumlah persoalan-persoalan yang membebani hati. Gelombang PHK—seperti yang dialami Ervin Lupoe dan istrinya serta ribuan orang di Amerika—telah terjadi pula di Indonesia. Bukan hal yang mustahil tragedi yang dialami Ervin juga dapat terjadi di Negara kita. Terlebih ketika seseorang, yang dilanda persoalan berat yang bertubi-tubi datang menghantam, namun tak sanggup secara sadar mengendalikan diri untuk tetap berfikir secara jernih menyelesaikannya.

Dengan melihat bahwa masalah yang datang adalah bagian dari kesempatan berharga untuk tumbuh, maka ia dapat menjadikan itu sebagai media belajar untuk lebih tangguh serta kreatif mencari solusi terbaik sebagai jalan keluar dari masalah tadi. Abraham Lincoln, mantan Presiden Amerika ke-16 pernah berkata “Sukses berjalan dari satu kegagalan ke kegagalan yang lain, tanpa kita kehilangan semangat”.

Keberhasilan haruslah diupayakan. Kita mesti memandang bahwa urusan hasil adalah urusan Tuhan. Yang dapat kita lakukan sebagai hambaNya adalah berusaha semaksimal mungkin dan sekuat tenaga. Segala usaha berada dibawah kontrol kita, sedangkan soal hasil sepenuhnya berada dibawah kekuasaan Tuhan. Ini sejalan dengan Firman Allah SWT dalam QS 53:39 : “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang diusahakannya”.

Seseorang kerapkali merasa stress dan tertekan bila terlalu berorientasi pada hasil sehingga ia sama sekali tidak menikmati setiap proses dan usaha untuk mencapainya. Padahal, soal hasil itu, berada diluar jangkauan kontrol kita. Orang yang gagal sesungguhnya bukanlah orang yang pernah mengalami kegagalan namun orang-orang yang kalah ketika menempuh kegagalan itu sendiri. Keberhasilan terletak pada kerja dan usaha, bukan pada perolehan. Ini bisa menjadi sebuah cara pandang baru kita dalam melakukan dan memaknai setiap ikhtiar.

Maka dari itu, tersenyumlah.

Karena hidup ini begitu indah bila kita melihatnya dari jendela hati yang lebih jernih.

Related Posts
Menyongsong Era Baru: Kisah Dua Bangsa dalam Tarian Diplomasi Dagang
"Negotiation is not a policy. It's a technique. It's something you use when it's to your advantage, and something that you don't use when it's not to your advantage." - ...
Posting Terkait
BEKASI CYBER CITY, MUNGKINKAH ?
Bekasi kian tumbuh pesat sebagai “kota satelit” Jakarta dengan tingkat penetrasi jaringan internet yang cukup luas dan terus berkembang dari waktu ke waktu. Transformasi Bekasi menuju sebuah “Cyber City” bukanlah ...
Posting Terkait
Dari Nikel ke Nirkarat: Hilirisasi sebagai Jalan Menuju Kemandirian Ekonomi Bangsa
i tengah hiruk-pikuk Jakarta yang tak pernah tidur, sebuah peristiwa bersejarah akan mengukir jejak baru dalam perjalanan industri Indonesia. Tanggal 21 Oktober 2025 nanti, Hotel Grand Mercure Kemayoran akan menjadi ...
Posting Terkait
Seputar Rencana Merger GoTo dan Grab: Dampak Sistemik bagi Industri Transportasi Online Indonesia
Pasar transportasi online Indonesia kini memasuki fase krusial dengan menghangatnya rumor merger antara dua raksasa teknologi GoTo dan Grab. Rumor yang beredar semakin kuat menunjukkan bahwa Grab sedang berupaya mengakuisisi ...
Posting Terkait
Apa yang paling anda kenang di setiap malam terakhir Bulan Ramadhan? Yang pasti bagi saya, malam itu adalah malam paling mengharukan yang pernah saya lewatkan. Sebuah malam dimana segenap jiwa luruh ...
Posting Terkait
Akhirnya, buku yang ditunggu-tunggu itu terbit juga! Ya, satu tulisan saya dimuat dalam buku kompilasi tulisan inspiratif karya para penggiat situs Ngerumpi dot com. Buku ini sudah beredar di sejumlah toko ...
Posting Terkait
AYO IKUT : IB BLOGGER COMPETITION @ KOMPASIANA !
iB Blogger Competition adalah lomba penulisan artikel di kanal blog Kompasiana dengan tema umum mengenai Perbankan Syariah. Lomba bersifat terbuka untuk masyarakat umum, jurnalis, mahasiswa/pelajar, penulis dan penggiat blog di media online. Selain untuk menciptakan wabah ...
Posting Terkait
Dalam perjalanan pulang ke rumah tadi malam, saya terlibat pembicaraan menarik dengan seorang bapak diatas bis Tunggal Daya jurusan Lebak Bulus-Bekasi. Semula kami berbincang hal-hal ringan seputar pekerjaan dan kehidupan ...
Posting Terkait
Sang Penjaga Rinjani: Refleksi Tentang Keberanian dan Kemanusiaan di Puncak Ketinggian
alam keheningan fajar yang menyelimuti puncak Rinjani, ketika kabut masih memeluk lereng-lereng curam dan angin pegunungan berbisik pelan, muncullah seorang figur yang mengingatkan kita pada esensi terdalam kemanusiaan. Abdul Haris ...
Posting Terkait
Membangun Nusantara dengan Bijak: Konstruksi Ramping sebagai Jembatan Menuju Indonesia Berkelanjutan
i setiap sudut kota Jakarta yang sesak, di hamparan persawahan yang berubah menjadi kompleks perumahan, dan di pulau-pulau terpencil Nusantara yang mulai terjamah pembangunan, terdengar simfoni yang sama: bunyi martil, ...
Posting Terkait
Memaknai Berkah 80 Tahun Kemerdekaan Indonesia Dalam Bingkai Pembangunan Konstruksi
"Infrastructure is not just about concrete and steel, but about creating pathways for human potential to flourish." - António Guterres Ketika mentari pagi merekah di Nusantara yang terbentang luas, delapan dekade ...
Posting Terkait
TIPS MEMBELI RUMAH DIJUAL DENGAN THR
Bagi para karyawan di Indonesia, ada momen yang paling ditunggu menjelang Hari Raya Idul Fitri, yakni diberikannya Tunjangan Hari Raya (THR). Seperti kita ketahui, tunjangan ini memang merupakan hak setiap ...
Posting Terkait
Artis Pendukung Konser Amal JM Music Cikarang
Terkait dengan Grand Opening JM Music School Cikarang, pada hari Minggu tanggal 25 April 2010 yang akan datang bakal digelar Konser Amal dan akan menghadirkan 4 artis sinetron terkenal antara ...
Posting Terkait
IN MEMORIAM MAKSUM.A.KARAROK : KETEGARAN DAN KONSISTENSI DALAM KESEDERHANAAN
aya tak pernah menduga, pertemuan saya dengannya hari Senin pagi, 13 Februari 2018 silam adalah jumpa terakhir saya dengan, Maksum Achmad Kararok, sahabat seangkatan di Fakultas Teknik Unhas. Malam tadi, ...
Posting Terkait
BANG RAMELAN, BAPAK BLOGGER KOMPASIANA, MERETAS JALAN MENUJU KURSI GUBERNUR DKI JAKARTA
aya sempat tersentak kaget, saat pertama kali membaca berita tentang tampilnya Pak Prayitno Ramelan yang juga dikenal sebagai Bapak Blogger Kompasiana sebagai salah satu kandidat calon Gubernur DKI Jakarta periode ...
Posting Terkait
BERSAMA JAMIL AZZAINI, BLOGGER BEKASI AKAN MERAYAKAN ULTAH KETIGANYA
 ari ulang tahun Komunitas Blogger Bekasi tahun ini dirayakan dengan cara istimewa. Jika pada Ulang Tahun Pertama (2010) dirayakan lewat Buka Puasa Bersama anak-anak Rumah Baca Mutiara Mandiri Tambun, dan tahun ...
Posting Terkait
Menyongsong Era Baru: Kisah Dua Bangsa dalam Tarian
BEKASI CYBER CITY, MUNGKINKAH ?
Dari Nikel ke Nirkarat: Hilirisasi sebagai Jalan Menuju
Seputar Rencana Merger GoTo dan Grab: Dampak Sistemik
MALAM RAMADHAN TERAKHIR TAHUN INI
AYO BELI, BUKU “KEROYOKAN” TERBARU SAYA : BERBAGI
AYO IKUT : IB BLOGGER COMPETITION @ KOMPASIANA
MAU PEMILU BENERAN GAK SIH?
Sang Penjaga Rinjani: Refleksi Tentang Keberanian dan Kemanusiaan
Membangun Nusantara dengan Bijak: Konstruksi Ramping sebagai Jembatan
Memaknai Berkah 80 Tahun Kemerdekaan Indonesia Dalam Bingkai
TIPS MEMBELI RUMAH DIJUAL DENGAN THR
KONSER AMAL BAKAL DIGELAR DI CIKARANG
IN MEMORIAM MAKSUM.A.KARAROK : KETEGARAN DAN KONSISTENSI DALAM
BANG RAMELAN, BAPAK BLOGGER KOMPASIANA, MERETAS JALAN MENUJU
BERSAMA JAMIL AZZAINI, BLOGGER BEKASI AKAN MERAYAKAN ULTAH

8 comments

  • Sebuah kado yang pas utk membuka lembaran tahun yang volatile seperti sekarang
    Krisis, tentu tak mesti membuat kita mundur atau malah menghilangkan diri dalam penyesalan
    Pelaut yg ulung tentu tak lahir dari laut yg tenang

    –Thanks atas komentarnya Rusle, sebuah analogi yang pas dan menarik.

  • Tulisan yang sangat mencerahkan Daeng.

    Saya juga mau berbagi disini, salah satu cara saya melangkah berani di dunia ini, dengan mengingat sebentarnya kita hidup di dunia ini, kalaupun kita sengsara seumur hidup di dunia tidaklah lebih dari umur kita, yang kemungkinan besar gak akan sampai 100 tahun. Tidak ada apa-apanya dengan akhirat yang jangka waktunya tidak terhingga. Sehingga kita jauh lebih mengkhawatirkan akhirat ketimbang dunia.

    Selain itu sebagai akibat kita jadi lebih bermain safe untuk akhirat, yang abu-abu mending ditinggalkan, sedangkan di dunia kita lebih berani take risk, toh hidup cuman singkat dan sekali kenapa tidak dinikmati dengan mencari tantangan, toh pahit manis itu bumbu .., walaupun saya terus terang lebih suka manis sih 🙂

    –Thanks atas komentarnya Subair. Saya sepakat bahwa dengan menyadari kefanaan hidup kita didunia ini, maka kita mesti berusaha semaksimal mungkin mengumpulkan bekal terbaik di akhirat kelak. Tempat kita akan kekal disana.
    Wah..anda di Palembang ya sekarang? Mudah-mudahan jika ada waktu kesana, bisa ketemu dan makan empek-empek langsung dibawah sungai Musi..hehehe

  • Ina

    aihhhh….postingan na berat seberat pemilik blog.

    *jauhkan biter hamen daripadaku*

    😛

    –Ah, Ina itu hanya perasaanmu saja, kok. Berat dan nggak berat tergantung dari sudut mana memandangnya. Saya sudah berusaha mengemas tulisan ini seringan mungkin. Aminnn…mudah2-an Biter Hamen jauh darimu dan menjadi Biteryus alias Bibir Tersenyum Teyuuuss…hehehe

  • Bededeh, canggih ta’ itu Daeng, makan empek-empeknya di bawah sungai musi.. hehhee, da’ cape’ki’ itu tahan nafas.

    Btw, dikabari saja kalo kesiniki’, biar sempatki’ dulu tangkap ikan untuk buat empek-empek 🙂


    –Hahahaha….Bisa aja!, Insya Allah nanti dikabari kalau suatu waktu kesana, biar kita tangkap ikannya sungai Musi dulu baru dibikin empek-empek

  • Bibir Tersenyum, Hati Menjerit merupakan ironi yang membawa hikmah besar dalam perjalanan hidup sesiapa yang dapat dan mampu menciptakannya… salam bahagia….

  • Inspiratif sekali mas, biter hamen 😀

  • iqbal amdar

    Literasi yang sangat bagus. Naru setwngahnya sy baca namun sy dah optimis share ke teman2 bhwa literature ini layak dishare.
    Terkhusus buat pribadi sy yg berpendapat agar jngan berorientasi hasil namun berorientasi proses. Krena manusia hanya berencana dan eksekusi plan tersebut. Hasil menjadi preoregatif-NYA. Baik menurut kita belum tentu baik menurut-NYA. Buruk menurut kita, belum tentu buruk menurut-NYA.
    Tq and KOFTE

Leave a Reply to Subair Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *