Pukul 01.50 dini hari, Senin,12 Mei 2025, salah satu legenda di Teknik Unhas berpulang ke Rahmatullah.
Kakanda Arfan Doktrin (Arsitektur Unhas angkatan 1983) menghadap sang Pencipta di Rumah Sakit Dadi Makassar.
Sosok senior panutan yang murah senyum, tegas dan terkenal dengan keteguhannya memegang prinsip yang diyakininya tutup usia karena sakit yang dideritanya.
Sebagaimana sebuah legenda, Kak Appank — begitu semua orang menyapanya– telah mengukir berbagai jejak-jejak kiprah fenomenal dalam kapasitasnya baik sebagai Mahasiswa Teknik maupun sebagai alumni yang senantiasa peduli pada setiap kegiatan Teknik Unhas.
Terakhir mengobrol banyak dengan beliau saat Munas IKA Teknik Unhas tahun lalu. Ketika itu, Kak Appank menyampaikan keinginannya agar inovasi-inovasi implementatif yang dilakukan oleh Alumni dan almamater Teknik Unhas tidak hanya diterapkan secara luas di masyarakat luas namun juga dapat disosialisasikan lebih masif dan aktif.
“Alumni Teknik Unhas punya potensi besar dalam hal inovasi, saya berharap IKA Teknik Unhas lebih aktif lagi memberdayakan potensi tersebut sebagai bagian solusi untuk masyarakat. Kita pasti bisa, dinda,” tuturnya bersemangat.
Seperti biasa, dari matanya, saya melihat gelora semangat berapi-api disana yang tak pudar bahkan sejak pertama kali mengenal beliau lebih 30 tahun silam, saat saya masih mahasiswa.
Saya masih ingat, kak Appank dengan keterampilannya yang mumpuni dibidang desain, merancang logo Suratkabar Mahasiswa “Channel 9” Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Unhas yang ikonik dan didirikan pada tahun 1991.
“Ko tau maknanya ini logo dinda? Ini tentang semangat, Keberanian, keberpihakan pada kebenaran, nyala api anak muda menyatakan sikap dan keteguhan nurani Anak Teknik Unhas yang terus menyala, tak terhenti oleh hambatan apapun,”kata kak Appank ketika itu pada saya yang menjadi Pemimpin Redaksi pertama Surat Kabar Mahasiswa yang digagas secara mandiri oleh Senat Mahasiswa Fakultas Teknik yang ketika itu dipimpin oleh kanda Sapri Pamulu (kini Ketua IKA Teknik Unhas)
Saat Suratkabar Mahasiswa “Channel 9″ terbit perdana di medio April 1991, Kak Appank bersama para senior lainnya memimpin penjualan suratkabar yang ‘beda” ala mahasiswa Unhas yang sarat kritik pemerintah Orde Baru ketika itu di terminal pete-pete kampus Tamalanrea laksana loper koran.
Beliau sangat bersemangat dan memotivasi kami untuk tak patah hati karena anggaran penerbitan yang seret juga tentu saja ancaman represif rezim orde baru ketika itu. Terlebih Suratkabar Mahasiswa “Channel 9” yang dibanderol harga Rp 100/eksemplar laku keras dikalangan mahasiswa.
Pernah suatu ketika saya menyampaikan kekhawatiran saya kepada beliau akan dipanggil intel Kodam gara-gara tulisan saya di “Channel 9” yang begitu keras mengkritik Orde Baru.
“Jangko takut dinda, hadapi saya dan senior-seniormu dulu kalau sampai kau dipanggil,” katanya menenangkan seraya menepuk bahu saya, meredakan segala kerisauan.
Sungguh, dia sosok kakak yang begitu mengayomi dan membuat saya kian kuat serta berani menghadapi situasi serumit apapun itu.
Hari ini, kepergian kak Appank, menyisakan duka mendalam di hati. Pagi ini, air mata saya menetes deras saat membaca kabar itu di WA IKA Teknik Unhas.
Saat Munas IKA Teknik tahun lalu, beliau sempat memeluk saya dengan erat. Tak ada kalimat yang keluar dari mulutnya, tapi saya tahu, kak Appank ingin segala harapan dan impiannya bisa terus dilanjutkan, bahkan hingga beliau telah tiada.
Seperti hari ini.
Selamat jalan kak Appank..
Semoga husnul khotimah, diampuni dosa-dosanya, diterima amal ibadahnya serta mendapatkan tempat yang mulia disisi Allah SWT













