Catatan Dari Hati

BUKU “IBU PERTIWI MEMANGGILMU PULANG” : CINTA INDONESIA TAK SEBATAS UTOPIA BELAKA

1231527_10151831876943486_1101215918_nJudul Buku : Ibu Pertiwi Memanggilmu Pulang

Penulis : Pepih Nugraha

Penerbit : PT Bentang Pustaka

Cetakan : Pertama, Agustus 2013

Tebal : xii + 263 halaman

ISBN : 978-602-7888-62-3

Judul buku ini menyiratkan secara lugas sebuah panggilan cinta untuk kembali. Pulang ke rumah, tempat segalanya berawal dan berasal. Senarai kisah yang dirangkai dan ditulis oleh jurnalis senior Kompas, Pepih Nugraha ini menyiratkan pesan yang begitu dalam dan menghentak : Cinta Indonesia tak sebatas hanya utopia dan wacana belaka melainkan mesti dimaknai sebagai upaya-upaya berkelanjutan untuk memelihara dan mengimplementasikan semangat kebangsaan itu dalam seluruh lini kehidupan, dengan aksi nyata, secara konsisten. Sesederhana apapun itu.

Membaca rangkaian 50 kisah yang ditulis dalam artikel-artikel pendek di buku ini, pembaca seakan diajak untuk bercakap-cakap dan menyelami cerita yang disajikan laksana sedang bertatap muka langsung dengan sang penulis. Dengan kemampuannya mengolah kata, Pepih Nugraha, menyajikan narasi sejumlah pengalaman yang pernah dialaminya dan meraciknya kembali dengan satu benang merah : mencintai Indonesia, tanah air tercinta, tanpa syarat.

Yang menarik adalah Kang Pepih–demikian kerapkali saya memanggilnya– menyajikan dengan bahasa yang lugas, dengan pendekatan “rasa blogger” ala jurnalisme warga (citizen journalism). Tak heran bila cerita yang disajikan mengalir renyah, bersahaja dan “lincah”, sangat berbeda dengan gaya reporter media arus utama yang terkesan baku dan formal. Dalam beberapa kisah, Kang Pepih, yang juga adalah penggagas sekaligus pendiri situs blog jurnalisme warga terkemuka di Indonesia “Kompasiana” ini, bahkan menyelipkan kalimat-kalimat humor yang memancing senyum atau bahasa daerah (dengan terjemahan) untuk menguatkan alur cerita.

1236133_10151661074918871_508981038_nPesan moral yang dipaparkan dalam setiap cerita di buku ini merefleksikan kejadian yang lekat dengan keseharian kita bahkan mengangkat kearifan lokal yang mungkin kerapkali pernah kita dengar penuturannya dari orang-orang terdekat. Sebut saja kisah yang berjudul “Ketika Mencuri Tak Dianggap Aib Lagi di Ibu Pertiwi” dimana penulis mengawali kisahnya dengan pengalamannya saat masih di kampung dulu ketika ada anak tetangga yang mencuri kelapa muda, kemudian dihukum dan diinterogasi di pos hansip.  Karena malu, anak tersebut menghilang untuk sementara waktu karena aib yang dideritanya. Diceritakan pula ada gadis tetangga jauh yang terpaksa melakukan hal serupa (menghilang sementara) akibat dikabarkan hamil diluar nikah. Kisah itu kemudian mengalir pada fenomena yang terjadi saat ini dimana koruptor yang mencuri uang rakyat malah dengan bangga menyatakan mampu memberi harta kepada istri-istri, anak dan keluarga hingga tujuh turunan. Tak ada sedikitpun rasa malu bahkan merasakan itu sebagai aib yang sangat tercela.

Pada kisah lain berjudul”Kita Harus Keluar Rumah” yang menggambarkan  dialog penulis yang pernah menjadi Kepala Biro Kompas di Makassar tahun 2002-2004 ini bersama Kiblat Said, seorang sahabatnya disana. Penulis mengangkat kata-kata bijak orang-orang tua Bugis yang dikatakan oleh Kiblat yang berbunyi : “Lebih Baik bangun daripada tidur, lebih baik berdiri daripada duduk dan lebih baik berjalan daripada berdiri”. Inti dari kalimat bijak tersebut untuk menyuruh kita agar selalu berusaha dan berkreasi agar kelangsungan hidup tetap terjaga.  Kesimpulan yang disampaikan penulis adalah: Kita harus keluar rumah untuk bisa “survive” dalam melangsungkan kehidupan kita sebagai mahluk sosial.

pepihDalam tulisan “Terbangnya Para Aeronaut Kita”, lelaki kelahiran Tasikmalaya 11 Desember 1964 ini mengupas tentang fenomena “hijrah”-nya tenaga insinyur aeronautika handal Indonesia ke negeri tetangga. Pepih mengambil contoh Endri Rachman, seorang ahli penerbangan di IPTN (sekarang PT DI) dan kini bermukim di Malaysia. Seperti ditulis dalam artikel tersebut, Endri “ditampung”negara tetangga kita itu sebagai pensyarah (dosen) sesuai keilmuan yang dimilikinya. Endri adalah salah satu dari 50 teknisi andal IPTN yang bergelar Doktor Aeronautika Jerman. Setelah mewawancarai secara mendalam, terungkaplah bahwa Endri tetap memiliki semangat untuk membangun negerinya dengan merealisasikan mimpinya membangun pabrik pesawatnya sendiri di Bandung, tanpa bantuan pemerintah sedikitpun. Dengan kritis, Pepih menulis: “siapa yang tidak nasionalis dan minim jiwa kebangsaan disini: Endri Rachman dan kawan-kawan yang kini berdiaspora ke berbagai negara atau pejabat pemerintah yang melakukan pembiaran kepada anak-anak bangsa dan tidak membujuk mereka kembali pulang ke tanah air?”.

Tulisan-tulisan editor sejumlah buku termasuk buku laris “pentalogi” Pak Beye dan Istananya ini, memang tidak ragu-ragu dalam mengekspresikan diri melalui tulisan, termasuk melontarkan sindiran tajam dan telak.Lihatlah bagaimana jurnalis senior yang juga penulis fiksi ini menuangkan keresahannya dalam tulisan”Ibu Pertiwi Memanggimu Pulang” : “Jujur, tidak pada tempatnya jika saya terlalu menyalahkan mereka–para pelajar , mahasiswa, dosen dan manusia-manusia berkeahlian tinggi, yang tidak mau kembali ke Indonesia. Pasti ada sesuatu yang salah dengan manajemen pendidikan negeri ini yang menyebabkan anak-anak terbaik bangsa itu tidak mau kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Pastilah ada yang salah urus sehingga Indonesia tercinta ini tidak cukup menarik bagi mereka untuk mencari penghidupan”.

Buku “Ibu Pertiwi” ini memang luar biasa. Ramuan “bumbu kata-kata” yang diolah cekatan, piawai dan renyah disimak membuat para pembaca akan merasa betah untuk menyelesaikan menikmati buku ini hingga ke halaman terakhir. Sekali lagi, pesan moral yang disampaikan melalui buku ini, benar-benar mampu merasuk hingga ke “sum-sum kebangsaan kita”. Buku ini tidak sekedar sebuah catatan atau senarai kisah saja, namun sekaligus menunjukkan secara gamblang bahwa Cinta Indonesia tak sebatas utopia atau retorika belaka, menjelma menjadi realita yang mesti diwujudkan, dan berlaku untuk kita. Semuanya.

Di sampul belakang buku ini, Kang Pepih menulis, “Ibu Pertiwi Memanggilmu Pulang” tidak semata-mata ditujukan kepada putera bangsa yang lebih memilih pergi akibat rentetan kekecewaan terhadap negerinya sendiri. Namun, juga mengingatkan anak-anak bangsa agar berhenti menyalahkan keadaan dan merangkai aksi demi masa depan. Dan dengan bangga, mereka akan berkata, “Tenang,ibu, masih ada aku”.

Sumber foto: Facebook Pepih Nugraha 

 

Related Posts
MY BLOGGING KALEIDOSKOP 2014
Seperti layaknya tahun-tahun sebelumnya, setiap awal tahun saya senantiasa membuat Kaleidoskop yang merangkum segala aktifitas terkait dunia blog yang saya ikuti sepanjang tahun 2014. Tidak terlalu banyak memang dibanding tahun-tahun ...
Posting Terkait
KUPAT TAHU MANG OMAN CIKARANG, MEMANG “SESUATU BANGET” !
alah satu gerai kuliner kegemaran saya di perumahan Cikarang Baru adalah Kupat Tahu Bandung Mang Oman yang berlokasi di Jl.Rusa Raya No.47. Seusai berenang bersama anak-anak di Kolam renang Jababeka ...
Posting Terkait
KETIKA RIZKY MENJALANI OPERASI USUS BUNTU
ada Rabu siang (11/11), anak tertua saya Rizky yang baru pulang sekolah mengeluh sakit pada perutnya di bagian sebelah kanan bawah kepada sang bunda. "Ma, sakit sekali kalau jalan, lari ...
Posting Terkait
YANG MELENGKING DARI BLOGWALKING (22)
1. Ketika Amril Menjadi Emery Kemampuan "mesin translasi" Google benar-benar luar biasa. Selain melengkapi diri dengan 35 bahasa, mesin ini juga cukup mumpuni untuk menerjemahkan bahasa di blog. Lihatlah, bagaimana Blog ...
Posting Terkait
MEMPERTANYAKAN TANGGUNG JAWAB DAN NURANI SANG PELAKU TABRAK LARI
aya terhenyak saat membaca berita yang tertera di mailing list Cikarang Baru setelah kami sekeluarga baru keluar menonton film "Brandal-Brandal Ciliwung"  Jum'at (17/8) sore. Saya memang baru menyalakan Blackberry dan ...
Posting Terkait
PERAMPOKAN BERSENJATA API DI CIKARANG
Jendela rumah Pak Hamam yang dirusak kawanan perampok Sebuah dering telepon mengejutkan saya pagi ini. Dari Guntur, kawan saya yang kerap bareng naik bis ke Jakarta. Ia menyatakan sedang berada di ...
Posting Terkait
Ronda Malam yang saya laksanakan kemarin malam (21/3) sungguh menyisakan kesan tersendiri dalam batin. Setiap malam minggu, 2 bulan sekali, saya mendapat jatah giliran ronda di wilayah RT tempat saya ...
Posting Terkait
VOTING UNTUK DAENG BATTALA DI AJANG KOMPETISI BLOGGER INTERNASIONAL
Kawan-kawan yang baik, sebagai tindak lanjut posting saya sebelumnya, blog ini akhirnya terdaftar sebagai salah satu dari peserta kompetisi blog bertaraf Internasional, The Best Of Blogs yang diselenggarakan oleh ...
Posting Terkait
ROMANTIKA LEBARAN DI CIKARANG
ni bukanlah saat pertama saya dan keluarga merayakan lebaran di Cikarang. Seingat saya, sudah 3 kali saya melewatkan masa-masa Idul Fitri di rumah sederhana kami di Kota Jababeka, Perumahan Cikarang Baru. ...
Posting Terkait
Hutan Mangrove Tugurejo Semarang Barat (sumber: Opojal.com)
Jika pada tahun silam, oleh PBB ditetapkan menjadi tahun keanekaragaman hayati Internasional, maka pada tahun 2011 ini, dicanangkan sebagai tahun hutan Internasional.  Seperti dikutip dari situs National Geographic Indonesia, "2011 ...
Posting Terkait
KISAH PERJALANAN KE PERTH (2) : CAMAR YANG GENIT DI SISI DERMAGA FREMANTLE
ari Rabu (28/8) kami berkesempatan untuk mengunjungi Fremantle. Hari itu, training kami memang hanya setengah hari saja, sehingga kami memanfaatkan waktu berjalan-jalan menuju kota kecil yang berjarak 19 kilometer arah barat ...
Posting Terkait
THERE’S SOMETHING PINKY IN MY HEART
Saya dan Rahman bernyanyi duet dalam acara perpisahan SMPN 2 Maros, Juli 1986 "ADA bagian merah jambu yang romantis dalam hatimu, pik" ,ujar kawan saya di SMP Negeri 2 Maros, Abdul Rahman pelan ...
Posting Terkait
BLOGGER NUSANTARA & WAWASAN BLOGPRENEUR INDONESIA
ejarah Indonesia menunjukkan, harapan adalah sesuatu yang sulit, tapi tak pernah padam. Kita memang sering kecewa; kita memang tahu sejak 1945 Indonesia dibangun oleh potongan-potongan optimisme yang pendek. Tapi sejak ...
Posting Terkait
Foto bareng seusai kopdar
ahagia sekali rasanya, kemarin, Minggu (29/1) kami semua anggota dan pengurus Blogger Bekasi bertemu kembali dengan sang ketua, Mas Aris Heru Utomo yang kebetulan “mudik” ke Indonesia selama masa penugasannya sebagai diplomat Kemenlu RI ...
Posting Terkait
Talkshow tentang Sumpah Pemuda 2.0, dipandu oleh Jaya Suprana
Sudah lewat seminggu lalu acaranya, namun kenangan masih membekas begitu nyata di benak. Ya, acara Sumpah Pemuda 2.0 yang digelar oleh XL, sebuah perusahaan telekomunikasi terkemuka negeri ini bertempat di ...
Posting Terkait
Terkait dengan posting saya sebelumnya, bila anda penasaran bagaimana Alya bercerita, ini dia gayanya :
Posting Terkait
MY BLOGGING KALEIDOSKOP 2014
KUPAT TAHU MANG OMAN CIKARANG, MEMANG “SESUATU BANGET”
KETIKA RIZKY MENJALANI OPERASI USUS BUNTU
YANG MELENGKING DARI BLOGWALKING (22)
MEMPERTANYAKAN TANGGUNG JAWAB DAN NURANI SANG PELAKU TABRAK
PERAMPOKAN BERSENJATA API DI CIKARANG
SEBUAH “ROMANSA” BERHARGA DARI RONDA
VOTING UNTUK DAENG BATTALA DI AJANG KOMPETISI BLOGGER
ROMANTIKA LEBARAN DI CIKARANG
TAHUN HUTAN INTERNASIONAL DAN NASIB HUTAN MANGROVE KITA
KISAH PERJALANAN KE PERTH (2) : CAMAR YANG
THERE’S SOMETHING PINKY IN MY HEART
BLOGGER NUSANTARA & WAWASAN BLOGPRENEUR INDONESIA
KEMERIAHAN KOPDAR BERSAMA KETUA BLOGGER BEKASI
CATATAN TERTINGGAL DARI SUMPAH PEMUDA 2.0 (Bagian Pertama)
SAKSIKAN BAGAIMANA ALYA BERCERITA!

5 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *