TENTANG CINTA PERTAMA, SEBUAH KENANGAN TAK TERLUPAKAN

images (2)Kau datang membawa
Sebuah cerita
Darimu itu pasti lagu ini tercipta
Darimu itu pasti lagu ini tercipta

Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
Tembus pandang kekantin bertalu rindu
Datang mengetuk pintu hatiku

(Iwan Fals, “Jendela Kelas Satu”)

Semesta seakan berhenti bergerak.

Waktu mendadak tak berdetak.

Hening. Sunyi. Beku.

Suara lantang wali kelas kami mengumumkan kedatangan siswi baru pindahan dari sebuah kota yang jauh menyentakkan sekaligus membuat takjub kami semua. Gadis itu, siswi pendatang baru menatap malu-malu ke arah kami sembari menunduk tersipu. Potongan rambut mirip Lady Di dengan beberapa helai rambut jatuh dikeningnya membuat saya terpana dalam kekaguman.

Cantik sekali dia, saya membatin. Kemeja putih dan rok biru yang dikenakan gadis muda itu sungguh sangat kontras dengan pancaran keanggunan yang ia miliki. Dan pada matanya. Ada rembulan mengapung teduh disana.

Seketika desir-desir aneh mulai merambati hati. Sesuatu yang tak saya pahami selain sebuah keinginan besar untuk selalu dekat dengannya. Menikmati segala keindahannya. Lalu menjadi bagian dari segala kebahagiaan, juga kesedihannya. Perempuan itu telah berhasil merebut simpati dan perhatian saya pada kesempatan pertemuan pertama. Love at the first sight.

Ya, mengenang kembali Cinta Pertama bagi saya, adalah membayangkan kembali disuatu masa, dimana saya menjelma menjadi sesosok pria remaja kurus ceking berseragam putih dan celana pendek biru yang berdiri tegak kaku dengan lutut bergetar dipinggir pintu kelas,  menyaksikan dia, perempuan yang selalu jadi bunga mimpi dari malam ke malam (selanjutnya kita panggil saja “Diajeng”) , berlalu anggun sembari melepas senyum riang yang, membuat jantung saya berpacu kencang dengan desir aneh tak terkatakan.

“Suatu waktu, dia akan menemani saya tumbuh besar, dewasa, membangun keluarga bahagia, memiliki anak-anak dan menjadi tua bersama”, begitulah “tekad” sederhana yang terpatri dalam batin saya. Sebuah tekad yang mungkin “musykil” tapi bukan mustahil untuk diwujudkan.

Saya mengenang bagaimana ketika saya dengan malu-malu mencuri pandang kearah Diajeng yang duduk di bangku depan, mengagumi setiap helai rambutnya yang berpotongan ala Lady Di serta matanya yang berpendar lembut.

Saya bahkan tak pernah berani bertatapan langsung dengannya atau berbicara lebih lama, karena badan saya mendadak terasa jadi kaku tak bisa bergerak.

Setiap malam, tak pernah tak terlewatkan membayangkan sosok sang idaman hati menjelang tidur bahkan kerap berkunjung menghiasi mimpi-mimpi, menjelma bidadari berpakaian warna warni dan bersayap cemerlang.

Betapa dashyat “gempuran” hati dari cinta pertama ini.

Sayang sekali, saya tidak memiliki keberanian sedikitpun untuk melakukan pendekatan secara intens. Bukan apa-apa, saya merasa rendah diri setiap kali berhadapan dengannya. Secara status sosial ia memiliki “derajat” lebih tinggi ketimbang saya yang hanyalah seorang putra pegawai negeri biasa yang tinggal di Perumteks.

Setiap hari Diajeng diantar ke sekolah oleh mobil sang ayah sementara saya mengendarai sepeda atau kadang berjalan kaki ramai-ramai dengan teman-teman ke sekolah. Saya sungguh sungkan dan akhirnya menganggap saya bukanlah orang yang pantas mendampinginya . Saya mengalami inferioritas tahap akut dan parahnya itu justru saya alami pada perempuan yang sangat saya sukai (sesuatu yang kemudian saya sesali beberapa tahun ke depan).

Suatu Hari Diajeng datang menghampiri saya didekat kelas kami. Kaki saya mendadak gemetar dan lidah terasa kelu.

“Tolong, ajari saya matematika ya?”, katanya pelan sedikit tersipu.

Saya tak bisa berkata apa-apa. Hanya terpana (lebih tepatnya menganga).

Tak percaya rasanya mendapat anugerah sebesar ini. Saya seumpama tokoh Ikal di film Laskar Pelangi ketika pertama kali bertemu dengan A-Ling ketika membeli kapur tulis di Toko Sinar Harapan. Ada kupu-kupu beterbangan dan bunga-bunga indah bertebaran dihadapan saya dan dia. Indah sekali.

Sampai kemudian ia menyentakkan lamunan saya dengan tawa pelan, yang, amboi..sungguh mempesona. Bagai gempa bumi 9 scala richter berpotensi tsunami yang menggetarkan relung-relung hati paling dalam. Ini sebuah anugerah luar biasa yang sama sekali tak terduga dan sangat diharapkan.

Dan begitulah dengan segala keikhlasan dan kerelaan, saya pun menemani dan mengajari Diajeng belajar matematika di teras rumahnya yang megah setidaknya seminggu dua kali. Dengan gagah berani-bagai ksatria perkasa berbaju zirah menunggang kuda sembrani- saya mengendarai sepeda Jengki berwarna Oranye saya kerumahnya yang berjarak kurang lebih 1,5 km dari rumah saya itu.

Sepeda butut saya tersebut selalu dipacu kencang menuju kesana, tak sabar ingin segera bertemu. Kerapkali rantai sepeda lepas dipinggir jalan dan merepotkan saya untuk memasangnya kembali.

Saya sudah berdandan rapi memakai minyak rambut tancho hijau yang memiliki daya lengket luar biasa dan memberikan efek ala rambut Al Pacino dalam film “Godfather” itu serta menyemprotkan parfum murahan ayah saya dari rumah. Sebuah upaya sistematis romantis untuk (sedikit) meningkatkan derajat ketampanan.

Meski akhirnya penampilan itu jadi sia-sia belaka ketika semuanya luntur saat tiba disana oleh yang keringat mengucur deras karena letih mengayuh sepeda. Semua “penderitaan” itu terbayar tunai hanya dengan melihat senyum manisnya yang menyambut saya, bagai Naysila Mirdad menyongsong Dude Herlino-nya dalam sebuah episode sinetron masa kini 🙂

Saya ingat betul, dalam kondisi ngos-ngosan, Diajeng menyodorkan air putih dingin kepada saya. “Minum dulu, capek ya? Makanya jangan ngebut-ngebut naik sepedanya,” kata Diajeng sembari memamerkan senyumnya yang fenomenal itu. Terasa benar rasa letih saya mendadak menguap ke udara dan terganti dengan rasa bahagia menyeruak di dada. Dengan tangan yang masih ada sisa oli pelumas rantai sepeda, saya meraih gelas yang disodorkan Diajeng lantas mereguknya dengan lahap, melampiaskan dahaga. Ia menyaksikan aksi spontan saya itu sambil tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala.

Sebagai “bintang kelas” tak ada kesulitan buat saya mengajarkan soal-soal matematika kepada sang wanita pujaan hati. Meski memang konsentrasi saya kadang buyar karena saya kerap lebih menikmati pesona wajahnya ketimbang serius mengajari matematika.

Walau tak terkatakan, dari sorot matanya saya tahu, Diajeng juga menyukai saya selalu berada didekatnya, berbagi serta bercerita tentang banyak hal. Dan kami sama-sama menjaga perasaan itu tersembunyi didalam lubuk hati masing-masing, secara utuh dan elegan. Cinta memang tak mesti diungkapkan secara verbal.

Ketika Diajeng harus pergi mengikuti penugasan sang ayah ke kota lain, betapa hati saya jadi layu dan terluka karenanya. Saya tak sempat mengungkapkan perasaan terdalam bahkan ketika perpisahan itu tiba hanya berselang beberapa hari setelah acara perpisahan sekolah kami.

Di hari terakhir saya bertemu dengannya, kami berjabat tangan dan berjanji akan saling mengirim kabar. Ada kepedihan terlihat dimatanya. Ia terlihat rikuh saat menarik kembali tangannya yang sudah saya genggam lama.  Saya tersenyum malu. Ia tertawa pelan lalu mengangguk saat saya berkata lirih, “Jangan lupakan saya ya?”. Dengan langkah gontai saya meninggalkan teras pekarangan rumahnya tempat dimana saya dulu sering mengajarinya matematika. Ia masih berdiri disana saat saya menoleh kebelakang. Ia melambaikan tangan dan menangis. Ah, sepenggal hati saya tertinggal disana..

Dua hari setelah Diajeng pergi, saya jatuh sakit selama seminggu. Kedua orang tua saya sempat bingung, putra sulungnya tiba-tiba sakit tak jelas, mogok makan dan mogok sekolah. Susah rasanya membangun kembali hati yang porak-poranda gara-gara cinta pertama yang berakhir memilukan begini.

Kehilangan itu sungguh sangat membekas dihati. Bahkan ketika memasuki masa SMA saya memilih untuk lebih berkonsentrasi belajar dan mengurus OSIS SMA ketimbang menjalin hubungan cinta (baca kisah “kelanjutan” cerita ini di “Love at The First Voice”). Saya masih memendam harapan pada Diajeng yang ketika itu sering mengirim surat pada saya. Di tahun kedua setelah kepergiaannya, saya kehilangan jejak dan kami tak pernah lagi saling berkirim surat.

Kenangan cinta pertama memang tak terlupakan. Dan kehangatannya masih tetap terasa hingga kini. Saya menandai momen terindah dalam sepotong episode kehidupan saya ini sebagai sebuah monumen berharga. Entah disuatu ketika (bisa jadi setelah kami sudah sama-sama tua), saat kami akhirnya bertemu kembali, saya ingin mengajaknya mengenang masa-masa indah itu, sembari bersenandung lagu lawas Iwan Fals “Jendela Kelas Satu” yang kerap saya dendangkan dengan rindu membuncah saat mengayuh sepeda menuju rumahnya mengajari Matematika

Ah, Diajeng…semoga kebahagiaan selalu berada bersamamu..


Duduk dipojok bangku deretan belakang

Didalam kelas penuh dengan obrolan

Slalu mengacau laju hayalan

 

Dari jendela kelas yang tak ada kacanya

Dari sana pula aku mulai mengenal

Seraut wajah berisi lamunan

 

Bibir merekah dan merah selalu basah

Langkahmu tenang kala engkau berjalan

Tinggi semampai gadis idaman

 

Kau datang membawa

Sebuah cerita

Darimu itu pasti lagu ini tercipta

Darimu itu pasti lagu ini tercipta

 

Dari jendela kelas yang tak ada kacanya

Tembus pandang kekantin bertalu rindu

Datang mengetuk pintu hatiku

Related Posts
10 LAGU GAEK YANG BIKIN HATI TERMEHEK-MEHEK (1)
Aristoteles sang filsuf Yunani beken pernah berkata bahwa musik mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme. Saya sepakat dengan itu. Soal selera memang berbeda-beda. ...
Posting Terkait
FILM TIGA SEKAWAN : MENGUNGKAP MISTERI HANTU DI RUMAH TUA
aya akhirnya memenuhi keinginan 2 buah hati tercinta untuk menonton film ini, Sabtu (26/1) di XXI Mall Lippo Cikarang. Mereka penasaran melihat aksi 3 sekawan mengungkap misteri hantu setelah menonton ...
Posting Terkait
KOPDAR DAN BINCANG SANTAI BERSAMA BLOGGER BEKASI
Saat tiba di Food Court Bekasi Cyber Park lantai 2 sekitar pkl.11.45 siang, bersama istri dan kedua anak saya, lokasi acara kopdar Blogger Bekasi, Minggu (26/12),  masih terlihat sepi. Belum ...
Posting Terkait
MY BLOGGING KALEIDOSKOP 2012
Januari 2012 Sabtu (28/1) saya berkesempatan menghadiri peluncuran buku "Japan After Shock" sahabat blogger saya, mas Junanto Herdiawan dan Hani Yamashita. Acara yang dihadiri oleh sekitar 100 orang ini menghadirkan Pak Prayitno ...
Posting Terkait
MENGENANG KH.ZAINUDDIN MZ : DA’I YANG DEKAT DI HATI
anpa terasa pelupuk mata saya basah membaca berita di media online tadi pagi. Kabar soal wafatnya Da'i sejuta umat KH.Zainuddin MZ di Rumah Sakit Pusat Pertamina Selasa (5/7) pukul 09.15 ...
Posting Terkait
WORKSHOP CARA CEPAT MEMBANGUN TOKO ONLINE
Tiga Komunitas Online Cikarang yaitu Komunitas Blogger Cikarang, Cikarang Online dan Komunitas Bisnis Cimart, kembali berkolaborasi dengan menggelar workshop Cara Cepat Membangun Toko Online yang akan diselenggarakan pada hari Sabtu, ...
Posting Terkait
MENIKMATI SEKEPING SURGA DIRUMAH
SAYA selalu menikmati "ritual" harian itu.  Setiap malam di hari kerja, usai pulang kantor, saat membuka pintu pagar rumah, kedua anak saya, Rizky dan Alya datang menyambut kedatangan saya dengan kegembiraan ...
Posting Terkait
MERIAH DAN SUKSES, PELAKSANAAN PESTA BLOGGER 2010 (1)
Tepat pukul 08.30 pagi, Sabtu (30/10), kami, rombongan komunitas Blogger Cikarang, yang dipimpin oleh Presidennya Pak Ceppi Prihadi, tiba  di lokasi Rasuna Episentrum Walk tempat pelaksanaan Pesta Blogger 2010. Rombongan ...
Posting Terkait
KOPDAR II KOMPASIANA : KEHANGATAN SEBUAH “RUMAH SEHAT”
Edi Taslim (General Manager Kompas Cybermedia) didampingi Pepih Nugraha memberikan penjelasan soal Kompas Phone dan QR Code Kompas dalam kesempatan Kopdar kedua Kompasiana bertempat di JHCC, Minggu,14 Juni 2009 Hari Minggu ...
Posting Terkait
MENJAGA AGAR KEHIJAUAN ITU TETAP NISCAYA DI KOTA JABABEKA
ailing list Cikarang Baru mendadak heboh terkait demonstrasi warga menolak pengalihan fungsi jalur hijau menjadi ruko. Adalah Pak Mualib Wijono yang kemudian menuliskan aksi warga itu di Kompasiana menjelaskan aksi ini ...
Posting Terkait
SUKSES BISNIS ONLINE DENGAN MENGGUNAKAN WEBSITE
  Sumber foto emasuki tahun 2018, bisnis online semakin banyak peminatnya, baik dari sisi konsumen maupun penjual. Banyak konsumen yang memilih berbelanja online karena bisa menemukan harga yang lebih murah dibanding belanja ...
Posting Terkait
ARUNG JERAM ARUS LIAR : MENAKLUKKAN TANTANGAN DAN KETAKUTAN
Matahari pagi belum muncul saat hari Sabtu 30 April 2011 saya berangkat meninggalkan rumah menuju ke kantor. Saya melirik arloji di tangan. Masih pukul 04.50, saya membatin. Kami mesti kumpul ...
Posting Terkait
RIZKY, FUTSAL DAN GELIAT KENANGAN MASA SILAM
Mulai Hari Minggu (5/12), anak pertama saya Rizky yang baru merayakan ulang tahunnya ke 8 tanggal 25 November 2010, ikut aktif dalam latihan Futsal yang diadakan khusus untuk kelas II ...
Posting Terkait
MENIKMATI KEHIJAUAN NEGERI, MELERAI LETIH DAN PERIH
Keterangan foto: Hijau Negeriku, karya Adi Wiratmo, Potret Mahakarya Indonesia, Dji Sam Soe nakku sayang Rizky & Alya Selalu terbayang dalam benak ayah, bagaimana kalian menikmati masa liburan di kampung sembari menyusuri ...
Posting Terkait
"Tanah air adalah sebuah proyek yang kita tempuh bersama-sama, kau dan aku. Sebuah kemungkinan yang menyingsing, sebuah cita-cita yang digayuh generasi demi generasi, sebuah impian yang kita jalani dengan tungkai ...
Posting Terkait
 Duka kembali merebak pada bangsa ini yang baru usia menyelenggarakan Pemilihan Capres/Cawapres pada periode 5 tahun mendatang. Seperti sudah diberitakan sejumlah media online hari ini, sebuah ledakan dashyat terjadi di ...
Posting Terkait
10 LAGU GAEK YANG BIKIN HATI TERMEHEK-MEHEK (1)
FILM TIGA SEKAWAN : MENGUNGKAP MISTERI HANTU DI
KOPDAR DAN BINCANG SANTAI BERSAMA BLOGGER BEKASI
MY BLOGGING KALEIDOSKOP 2012
MENGENANG KH.ZAINUDDIN MZ : DA’I YANG DEKAT DI
WORKSHOP CARA CEPAT MEMBANGUN TOKO ONLINE
MENIKMATI SEKEPING SURGA DIRUMAH
MERIAH DAN SUKSES, PELAKSANAAN PESTA BLOGGER 2010 (1)
KOPDAR II KOMPASIANA : KEHANGATAN SEBUAH “RUMAH SEHAT”
MENJAGA AGAR KEHIJAUAN ITU TETAP NISCAYA DI KOTA
SUKSES BISNIS ONLINE DENGAN MENGGUNAKAN WEBSITE
ARUNG JERAM ARUS LIAR : MENAKLUKKAN TANTANGAN DAN
RIZKY, FUTSAL DAN GELIAT KENANGAN MASA SILAM
MENIKMATI KEHIJAUAN NEGERI, MELERAI LETIH DAN PERIH
DARI KOPDAR JAKARTA, UNTUK INDONESIA TERCINTA, MERDEKA !!
LEDAKAN BOM TERJADI LAGI DAN DUKA KEMBALI MEREBAK…

45 comments

Leave a Reply to Wawan Pramono Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.