Bangkitnya BRICS: Menuju Era Baru Multipolaritas Ekonomi Global
Di tengah lanskap geopolitik global yang terus bergerak dinamis, sebuah kekuatan ekonomi baru telah bangkit dengan kekuatan yang sulit diabaikan. BRICS, yang awalnya hanya sebuah konsep ekonomi yang dicetuskan oleh Goldman Sachs pada tahun 2001, kini telah menjelma menjadi organisasi internasional yang mengubah tatanan ekonomi dunia.
Perjalanan dari Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan yang sederhana telah berevolusi menjadi blok ekonomi yang menaungi hampir separuh populasi dunia dan mengontrol porsi signifikan dari produk domestik bruto global.
Transformasi BRICS menjadi semakin dramatis dengan perluasan keanggotaan yang terjadi pada awal tahun 2025. Indonesia resmi bergabung dengan BRICS pada 6 Januari 2025, menandai langkah strategis untuk memperluas pengaruh dalam ekonomi global. Bersama dengan Indonesia, negara-negara seperti Iran, Uni Emirat Arab, Ethiopia, dan Mesir turut bergabung dalam apa yang dapat digambarkan sebagai ekspansi paling signifikan dalam sejarah BRICS . Masuknya Indonesia dan negara-negara tersebut merupakan perluasan keanggotaan kerja sama BRICS yang pertama kali terjadi.
Kekuatan ekonomi BRICS yang diperluas ini sungguh mencengangkan. Data terbaru menunjukkan bahwa BRICS menyumbang 40 persen dari ekonomi global yang diukur berdasarkan Paritas Daya Beli pada tahun 2024, dengan proyeksi meningkat menjadi 41 persen pada tahun 2025 .
Angka ini bukan sekadar statistik kering, melainkan cerminan dari pergeseran fundamental dalam kekuatan ekonomi global. Potensi ekonomi BRICS+ terus berkembang, kini mencakup sekitar 29 persen PDB global, 20 persen perdagangan barang dunia, dan hampir separuh populasi dunia.
Yang menarik dari fenomena BRICS adalah bagaimana organisasi ini mampu menunjukkan performa ekonomi yang lebih baik dibandingkan rata-rata global. Pada tahun 2024, BRICS secara kolektif mencapai pertumbuhan PDB sebesar 4 persen, sementara pertumbuhan dunia berada di angka 3,3 persen. Pertumbuhan yang lebih tinggi ini bukan kebetulan, melainkan hasil dari sinergi ekonomi antarnegara anggota yang memiliki keunggulan komparatif masing-masing.
Bergabungnya Indonesia dalam BRICS membawa dampak ekonomi yang signifikan bagi blok ini. Keanggotaan Indonesia membawa tambahan PDB nasional tahun 2023 hampir Rp22.000 triliun atau setara 1,37 triliun dolar Amerika Serikat ke BRICS. Kontribusi ini semakin memperkuat posisi BRICS sebagai kekuatan ekonomi alternatif yang kredibel di mata dunia.
Lebih dari itu, data menunjukkan bahwa negara-negara BRICS telah berinvestasi atau menanamkan modal sebesar 9,25 miliar dolar Amerika Serikat atau setara Rp145,65 triliun ke Indonesia selama Januari hingga September 2024
Perbandingan dengan G7 menjadi semakin menarik ketika kita melihat bagaimana BRICS berhasil menggeser dominasi ekonomi tradisional. Pada tahun 2024, perbedaannya semakin melebar, BRICS kini menguasai total 35 persen dari PDB dunia dibandingkan dengan 30 persen yang dikuasai oleh negara-negara G7 . Bahkan, PDB gabungan BRICS kini lebih tinggi daripada G7, yaitu 10 miliar dolar Amerika Serikat lebih tinggi . Ini adalah momen bersejarah dalam ekonomi global, di mana untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, kekuatan ekonomi dunia tidak lagi didominasi oleh negara-negara maju tradisional.
Ekspansi BRICS tidak hanya bermakna dari sisi kuantitas, tetapi juga kualitas dan diversifikasi ekonomi. BRICS yang telah diperluas merepresentasikan sekitar 45 persen dari populasi dunia dan 35 persen dari PDB global ketika diukur berdasarkan paritas daya beli. Populasi yang besar ini merepresentasikan pasar konsumen yang sangat besar dan tenaga kerja yang produktif, dua faktor fundamental yang mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Proyeksi ke depan menunjukkan bahwa kekuatan BRICS akan terus menguat. Diperkirakan bahwa pangsa BRICS yang diperluas dalam PDB global akan meningkat sebesar 3 persen, mencapai 28 persen dan pangsa dalam perdagangan dunia akan meningkat sebesar 5 persen; perdagangan intra-BRICS juga diproyeksikan meningkat sebesar 5 persen.
Perdagangan intra-BRICS yang meningkat ini mencerminkan integrasi ekonomi yang semakin erat antarnegara anggota, menciptakan ekosistem ekonomi yang mandiri dan tahan terhadap guncangan ekonomi global.
Bagi Indonesia, bergabung dengan BRICS membuka peluang ekonomi yang luar biasa. Peluang pasar dalam BRICS berjumlah lebih dari 3 miliar jiwa ). Angka ini bukan sekadar potensi, melainkan realitas pasar yang dapat diakses oleh produk dan jasa Indonesia. Sebagai contoh, pasar konstruksi komersial yang diproyeksikan tumbuh dari 33,48 miliar dolar Amerika Serikat pada 2025 menjadi 49,31 miliar dolar Amerika Serikat pada 2030 dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan 8,05 persen menunjukkan peluang konkret bagi sektor konstruksi Indonesia.
Namun, kekuatan BRICS bukan hanya terletak pada angka-angka ekonomi yang mengesankan. Organisasi ini merepresentasikan aspirasi negara-negara berkembang untuk memiliki suara yang lebih besar dalam tata kelola ekonomi global. Negara-negara BRICS adalah anggota organisasi dan lembaga internasional terkemuka yang berpengaruh, termasuk PBB, G20, Gerakan Non-Blok, dan Kelompok 77 . Jaringan diplomasi dan pengaruh politik ini memperkuat posisi tawar BRICS dalam forum-forum internasional.

Dalam konteks geopolitik yang semakin kompleks, BRICS menawarkan alternatif bagi negara-negara yang ingin mengurangi ketergantungan pada sistem ekonomi dan keuangan yang didominasi oleh negara-negara maju. Ini bukan tentang konfrontasi, melainkan tentang menciptakan sistem yang lebih multipolar dan inklusif. BRICS menjadi platform bagi negara-negara dengan latar belakang ekonomi dan politik yang beragam untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama: pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan pembangunan yang inklusif.
Dari sisi fiskal, bergabungnya Indonesia dengan BRICS juga memberikan implikasi positif. Sebagaimana disampaikan Direktorat Jenderal Pajak, keanggotaan ini dapat memperkuat kerja sama perpajakan internasional dan meningkatkan penerimaan negara (). Hal ini menunjukkan bahwa manfaat bergabung dengan BRICS tidak hanya terbatas pada sektor perdagangan dan investasi, tetapi juga meluas ke aspek tata kelola fiskal yang lebih luas.
Ke depan, tantangan terbesar BRICS adalah bagaimana mengubah potensi ekonomi yang besar menjadi kekuatan yang terorganisir dan efektif. Koordinasi kebijakan ekonomi antarnegara anggota yang memiliki sistem politik dan ekonomi yang berbeda bukanlah hal yang mudah. Namun, jejak rekam BRICS dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa organisasi ini mampu mengembangkan mekanisme kerja sama yang pragmatis dan saling menguntungkan.
BRICS bukan lagi sekadar blok ekonomi regional, melainkan kekuatan global yang mengubah lanskap ekonomi dunia. Dengan penambahan anggota baru, diversifikasi ekonomi yang semakin kuat, dan komitmen untuk pembangunan berkelanjutan, BRICS telah membuktikan diri sebagai alternatif yang layak bagi tatanan ekonomi global yang lebih seimbang dan adil. Bagi Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya, BRICS menawarkan platform untuk berkontribusi dalam menciptakan dunia yang lebih sejahtera untuk semua.